Jumat, 07 September 2018

LAPORAN AKHIR PKN XXIII POSKO X 2018


BAB I
PENDAHULUAN

A.                        LATAR BELAKANG
Hamdan lillah, segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala (SWT), Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat dan ma’unah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada sang teladan sejati, Nabi Muhammad shallahu alaihi wa sallam, beserta semua keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti kebaikan-kebaikan yang beliau ajarkan.
Pondok Pesantren merupakan salah satu Pondok Pesantren pendidikan non formal yang terbesar di Indonesia. Pondok Pesantrenlahir ditengah-tengah masyarakat. Setiap Pondok Pesantren memiliki ciri khas yang berbeda-beda tergantung dari bagaimana type leadershipnya dan metode seperti yang diterapkan dalam pembelajarannya. Seiring dengan perkembangan zaman, tidak sedikit pesantren yang mencoba menyesuaikan dan bersedia menerima akan suatu perubahan, namun tidak sedikit pula pesantren yang memiliki sikap penutup diri dari segala perubahan-perubahan dan pengaruh perkembangan zaman dan cendrung mempertahankan apa yang menjadi keyakinan.
Dalam dunia kampus mahasiswa dikenal sebagai komunitas yang membawa perubahan.Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah perubahan yang seperti apa? Ini merupakan pertanyaan yang mendasari sikap dan  gerak langkah mahasiswa itu sendiri. Kemudian disamping itu,tentu ada langkah kongkrit atau gerakan representatif mahasiswa itu sendiri untuk memberikan perubahan, tentunya perubahan sosial yang diharapkan.Tanggung jawab moral mahasiswa sangat besar sebagaimana yang tertuang dalam Tri Darma Perguruan yang kemudian mewajibkan mahasiswa untuk membawa misi perubahan.
Tri Darma Perguruan Tinggi menyebutkan pendidikan sebagai topang kegiatan yang mencerdaskan kehidupan bangsa baik secara formal maupun non formal, kemudian penelitian merupakan salah satu bentuk kepedulian mahasiswa untuk mengetahui kondisi masyarakat, dan yang terakhir adalah pengabdian kepada masyarakat yakni sebagai bentuk nyata mahasiswa untuk mengaplikasikan segala pengetahuannya
Langkah konkrit untuk memenuhi tanggung jawab mahasiswa untuk merealisasikan ketiga Tri Darma Perguruan Tinggi tersebut, Institut Agama Islam (IAI) Al-Khairat Pamekasan mengadakan Perkuliahan Kerja Nyata (PKN) sebagai bentuk nyata pengejewantahan Tri Darma tersebut. Kemudian PKN yang digunakan saat ini merupakan PKN berbasis PAR (Participatory, Action And Research) yang kemudian diurutkan kedalam urutan kerja sebagai berikut:
1.       Research (Penelitian) ini merupakan tahapan yang melakukan pengecekan suatu permasalahan yang dirasakan oleh masyarakat,kemudian permasalahan itu dikaji dan didiskusikan kemudian dicarikan solusinya.
2.      Action (Aksi) ini setelah penelitian, kemudian ditindaklanjuti dengan bentuk nyata dan dirumuskan kedalam tahap ini. Setelah itu dicarikan alternatifnya masalah apa yang harus diselesaikan (Program Prioritas) lalu dirumuskan kedalam program kerja yang siap dilaksanakan.
3.      Participatory (Partisipasi) kedua poin diatas akan dilaksanakan secara partisipasi artinya masyarakat harus dilibatkan secara keseluruhan dalam rangka terjadinya perubahan pola pikir masyarakat.
Ketiga metode PAR ini mahasiswa bisa bersama-sama dengan masyarakat dalam menyelesaikan segala permasalahan yang dialaminya. Dalam metode PAR ini masyarakat secara keseluruhan terlibat dan mahasiswa menjadi fasilitator, mediator dan motivator untuk memberikan perubahan secara signifikan kepada masyarakat.
Perkulihan Kerja Nyata (PKN) adalah nama lain dari Perkuliahan Kerja Nyata (PKN). Nama ini mungkin hanya diterapkan di Institut Agama Islam (IAI) Al-Khairat Pamekasan, hal ini mungkin untuk sedikit menghindari kata PKN sebenarnya lebih dekat dengan kepanjangan dari korupsi, kolusi dan nepotisme.Tidak diketahui pasti mengenai alasan jelas dari penggunaan kata PKN ini. Hanya di hampir seluruh pergururan tinggi di Indonesia, semuanya menggunakan kata PKN. Dari program pemerintah pun demikian.
Namun secara hakekatnya PKN yang ada di kampus yang sudah berusia puluhan tahun ini sama dengan yang lainnya.Yaitu merupakan pelaksanaan dari falsafah pendidikan nasional, dalam rangka Tri darma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat sebagaimana penjelasan diatas.
Kegiatan ini lebih mengutamakan aktvitas nyata yang dilakukan oleh para mahasiswa, sehingga keberadaannya dalam masyarakat akan bermanfaat bagi masyarakat, khususnya warga masyarakat yang berada di lokasi PKN.
PKN yang merupakan bagian dari Undang-Undang Sitem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 ini merupakan salah satu mata kuliah dalam Perguruan Tinggi,dimana dalam kegiatan ini mahasiswa melakukan segala tugas-tugas yang merupakan penerapan kegiatan akademik yang diwujudkan dalam kegiatan langsung mahasiswa di masyarakat atau lembaga sehingga menjadi pengalaman yang dapat meningkatkan kedewasaan atau keprofesionalisme mahasiswa untuk memperbaharui dan mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
PKN sebagai sesuatu yang penting, harus dilakukan mahasiswa dalam rangka ikut dan turut serta dalam memberikan solusi dalam persoalan-persoalan masyarakat dengan tetap melibatkan peran serta aktif warga setempat. Kegitan ini merupakan wujud dari pengabian masyarakat  yang  betujuan pada pengembangan kepribadian (Personality Development), pemberdayaan  masyarakat (Community Empowerment) dan pengembangan kelembagaan (Institutional  Development)  dengan  harapan  memeberikan  kontribusi  yang  berarti  bagi masyarakat yang akan ditempati.
Dengan demikian PKN memiliki makna yang cukup signifikan. Selain aplikasi luhur perguruan tinggi dalam melakukan pengabdian pada masyarakat dalam bentuk pengamalan ilmu dan pengetahuan, PKN juga merupakan aktifitas transformasi sosial budaya sebagai upaya pengembangan dan proteksi sumber daya lokal yang merupakan aset nasional yang sangat berharga. Sebagaimana dijelaskan dalam Buku Juknis PKN XXIII berbasis PAR 2018 IAI Al-Khairat,  Bab  II  Pasal 2,   PKN   tahun   akademik 2017/2018   ini   bertema
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Mahasiswa Mengabdi.
Program PKN XXIII IAI Al-Khairat Pamekasan tahun 2018, yang untuk kedua kalinya  berbasis  PAR  dan  menggunakan  system  bottom  up,  dilaksanakan  di  daerah Kabupaten Pamekasan dan tersebar di beberapa beberapa desa, lembaga pendidikan, dan pondok pesantren berbeda.
Untuk  PKN 2018  Kelompok X melaksanakan PKN di PP. Miftahul Ulum Padukoan Bicorong Pakong Pamekasan. PP. Miftahul Ulum sendiri adalah sebuah Pondok Pesantren dengan Yayasan Al-Muarraf yang menaungi beberapa jenjang pendidikan, yaitu, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Raudlatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) , Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)  Madrasah Diniyan (MD) Ula, Wustha dan Ulya.
B.                          TUJUAN PELAKSANAAN PKN
Tujuan Pelaksanaan PKN IAI Al-Khairat Tahun 2018  sebagaimana dijelaskan dalam Buku Petunjuk dan Teknis (Juknis) PKN XXIII berbasis PAR IAI Al-Khairat 2018 Bab V Pasal 7 yaitu :
  1.  Memperjelas dan memperdalam penghayatan (Empati) mahasiswa terhadap fungsi dan peran dirinya dalam pembangunan di tengah-tengah Masyarakat.
  2.  Mengorientasikan mahasiswa ke arah pengenalan, pemahaman dan pemecahan masalah.
  3.  Membantu program pemerintah dalam pembangunan Khususnya Pembangunan  Pengurus Pondok Pesantren / Lembaga Pendidikan Pedesan.
C.                            SASARAN DAN TARGET PKN
Sasaran PKN XXIII  berbasis PAR juga terdapat dapa buku Juknis dijelaskan pada Bab VI pasal 11 yaitu :
  1.  Pemberdayaan Pengurus Pondok Pesantren / Lembaga Pendidikan Desa
  2.  Pengelolaan Lembaga Pendidikan
  3.  Pengelolaan Pondok Pesantren
Sedangkan Targetnya dijelaskan pada Bab V pasal 8 yaitu :
  1.  Timbulnya rasa kesadaran dan tanggung jawab mahasiswa terhadap masalah-masalah atau sejumlah persoalan, sehingga  dapat  menempatkan  dirinya  sesuai  dengan  fungsi  dan perannya di Pengurus Pondok Pesantren / Lembaga Pendidikan.
  2.  Mahasiswa  mengenal  secara  langsung  beberapa  metode pendekatan  dalam pemecahan masalah  Pengurus Kelembagaan khususnya Kepengurusan Pondok Pesantren.
  3.  Meningkatka kesadaran dan penghayatan Pengurus Kelembagaan khususnya Pengurus Pondok Pesantren  terhadapat kehidupan keagamaan, Sosila dan Pendidikan Masyarakat.
D.                            SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sampul Dalam
Lembar Pengesahan Pengasuh
Lembar Pengesahan & Persetujuan DPL & LP3M
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A.    Latar Belakang
B.     Tujuan Pelaksanaan PKN
C.     Sasaran dan Target PKN
D.    Sistematika Pembahasan
Bab II Proses Penerapan PAR
A.    Proses Perkenalan dan Warga Pondok Pesantren
B.     Proses Pemahaman dan Inkulturisasi
1.   Observasi
2.   Membangun Komunitas
3.   Membangun Trust (Kepercayaan)
Bab III Deskripsi Umum & Problematika Pondok Pesantren  
A.    Sejarah dan Letak Geografis
B.     Peta Demokrafis
1.  Bidang Kepesantrenan
2.  Bidang Lembaga Pendidikan
3.  Bidang Pengembangan Usaha
C.     Problematika Umum Lembaga Pendidikan
1.  Masalah Pelaksanaan Pembelajaran
2.  Masalah Sarana Pendidikan
3.  Masalah Kenakalan Siswa
4.  Masalah Kedisiplinan
5. Masalah Kesadaran akan Kebersihan dan Lingkungan
Bab IV Identifikasi Masalah, Potensi dan Kendala-Kendala
A. Identifikasi Masalah dan Prosesnya
1. Observasi
2. Wawancara
B. Identifikasi Potensi
C. Identifikasi Kendala
Bab V Realisasi dan Evaluasi Program
A. Perencanaan
B. Pelaksanaan
C. Evaluasi
D. Program Pendekatan dengan Lembaga
E. Identifikasi Hasil
Bab VI Penutup
A.   Kesimpulan
B.  Rekomendasi
Lampiran Fhoto
Biografi Peserta
Lampiran-Lampiran

BAB II
PROSES PENERAPAN
PARTICIPATORY ACTION RESEARCH (PAR)

A.        Proses Perkenalan dengan Warga Pondok Pesantren
FB_IMG_1532880796209IMG_20180729_064511Sebagaimana lazimnya orang yang masuk di Daerah orang lain tentu banyak hal yang harus dilakukan. Kemudian langkah awal untuk mengenali Masyarakat tersebut dituntut untuk melakukan observasi secara keseluruhan. Siapapun yang datang berkunjung sekaligus menetap ke tempat masyarakat lain sangatlah penting melakukan proses perkenalan, karena kami berada dilingkungan Pondok Pesantren maka langkah awal kami mengenali seluruh civitas Pondok Pesantren, dan dimana kami sebagai peserta Perkuliahan Kerja Nyata (PKN), untuk membicarakan duduk persoalan tentang apa maksud dan tujuan kedatangan anggota PKN ke Pondok Pesantren Miftahul Ulum Padukoan, kemudian kami kemas kedalam bentuk rill seperti melakukan perkenalan dengan masyarakat  sekitar.
Disini kami disambut baik oleh pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Padukoan beserta para dewan  pengasuh yang di antaranya RKH. Ali Mufti dan  Ustad Kholik. Dalam sambutannya ada banyak hal yang disampaikan oleh beliau tentang kondisi Pondok Pesantren dan Keadaan Lembaga serta kondisi masyarakat sekitar. Beliau mengatakan bahwa Kami sangat bersyukur, Pondok Pesantren kami yang jauh dari jangkauan orang-orang dan bertempat di pedalaman serta sangat terpencil ini, kali ini sudah terjangkau Peserta PKN yang mau melaksanakan PKN di Pondok Pesantren ini, dimana sebelumnya tidak pernah ada peserta PKN di Pondok Kami ini.                        
Kemudian pesan beliau yang di sampaikan kepada kami sebagai anggota PKN Perdana Di Pondok Pesantren salah satunya adalah jagalah nama baik Pondok Pesantren serta nama baik Institut Agama Islam (IAI) yang mengutus kami. Dan beliau juga berpesan tunjukanlah dirimu sebagai orang- orang yang memberikan amanah terhadap orang yang belum mengenal peradaban pendidikan dan berhati-hatilah, jangan sampai masyarakat lain tersinggung dengan metode da’wah yang kita sampaikan. Kemudian kami mengharap dengan kedatangan kalian ini mampu membawa perubahan terhadap Pondok Pesantren kami, Khususnya masalah yang berhubungan dengan moral tingkah laku santri kami, dan yang terakhir, karena Mayoritas kalian ini dari Prodi Managemen Pendidikan Islam (MPI) yang tentunya mampu mengurai dan mengelola Kelembagaan, maka kami mengahrap lembaga kami mulai dari PAUD, RA, MI, SMP, SMK, MD (ULA, WUSTHO,  DAN ULYA) yang sangat jauh dari kesempurnaan baik dari sarana dan Prasarana serta Bagian Tata Usaha Khususnya, kalian dapat menyalurkan Ilmu-Ilmu serta Aspirasi yang kalian miliki.
Setelah melakukan perkenalan dengan pihak penngasuh dan dewan pengasuh, kami membagi kelompok kami menjadi 3 bagian (devisi) yakni, Divisi 1 sosialisasi dengan masyarakat atau silaturrahmi ke rumah masyarakat, Devisi 2 Interview atau silaturrahmi ke sebagian anggota dewan guru di PP. Miftahul Ulum,  devisi 3 melihat kondisi kelembagaan dan menganalisa potensi yang ada. Tindakan dan langkah yang dilakukan 3 divisi di kelompok kami untuk mengambil sampel dalam penilitian kami adalah:
1.      Masyarakat
IMG_20180803_055649IMG_20180803_062556Langkah pertama yang kami lakukan adalah melakukan perkenalan dengan masyarakat “Bapak. Kholik” salah satu Pengurus Kelembagaan bagian Tata Usaha dan  “bapak Ali” sebagai kepala sekolah SMK Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum”, dimana dalam pertemuan atau silaturrahmi tersebut banyak hal yang di ceritakan mengenai kondisi Pendidikan  Kelembagaan serta keadaan Lembaga PP. Miftahul Ulum Padukoan Bicorong Pakong Pamekasan. Dimana isi dari dialog tersebut salah satunya adalah, Harapan kepada kami sebagai Peserta PKN, membantu membenahi kekurangan serta memberikan Sumbangsih ide dan pemikiran pada lembaga kami khususnya bagian Tata Kelola Lembaga PP. Miftahul Ulum ini.
2.       Pengasuh Yayasan Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum
Disini merupakan salah satu langkah kami sebagai peserta PKN berbasis PAR untuk melakukan silahturahmi. Dengan alsan kami bertempat di Pondok Pesantren ,dalam pertemuan ini kami kemas dengan Pembukan dan perumusan Program PKN yang mana Program tersebut sudah kami Rumuskan dalam Rapat Interna Peserta PKN ,untuk mengawali Pelaksanaan PKN diisi dengan Tawassul kepada para auliya’ dan  Guru- Guru serta masyarakat sekitar.  Sebagaimana Pengasuh PP. Miftahul Ulum merupakan orang yang di anggap yang paling utama, karena beliau Pemimpin Pondo Pesantren ini.
Kemudian kamipun memperkenalkan satu persatu di antara  kami dan beliaupun memberikan beberapa masukan yang salah satunya adalah “mari kita kerjasama untuk menjaga nama baik Perguruan Tinggi yang mengutus Kalian serta Almamater pondok Pesantren ini dan marilah kita bersama sama dalam menata menyukseskan Pelaksanaan Peserta PKN Al-Khairat ini secara maksimal serta mendapat Barokah dan Ridho Allah. Amin”
B.        Proses Pemahaman dan Inkulturasi
PAR memiliki tiga arti penting yang saling berkaitan antara satu sama lain yang kemudian diartikan kedalam Partisipasi, Aksi dan Riset. Dalam hal ini ketika melakukan riset atau hasil penelitian harus ditindak lanjuti dengan bentuk nyata atau kedalam bentuk aksi. Proses melakukan perubahan sosial tersebut, masyarakat / warga terkait harus dilibatkan karena disinilah objek untuk melakukan perubahan sosial. Disini merupakan letak partisipasi masyarakat untuk memecahkan persoalan yang terjadi sehingga lahir perubahan pola pikir ditengah-tengah masyarakat. Langkah awal sebelum melakukan perubahan sosial, perlu sekali mengenali dan memahami kondisi Pondok Pesantren serta lembaga yang berada dibawah naungannya baik yang Intern atau Eksternal. Langkah yang kami lakukan untuk mengenali kondisi tersebut adalah:


1.         Observasi
Observasi merupakan suatu metode pengamatan dimana  tahap ini merupakan tahapan yang paling urgen, karena untuk mengetahui lebih jauh tentang kondisi yang ada. Disini observasi yang diambil adalah secara langsung maupun tidak langsung. Observasi langsung seperti keterlibatan dalam mengikuti musyawarah, Tahlillan/Istiqasah, Sholat berjemaah dan acara-acara lainnya.
Mahasiswa secara langsung ikut serta menjadi mediator dalam membangun ide-ide kreatif, sarana komunikasi dan lain-lain. Sedangkan dalam observasi tidak langsung mahasiswa peserta PKN Berbasis PAR hanya melakukan pengamatan dari luar dan tidak melakukan kegiatan langsung dalam proses kegiatan Pondok maupun kelembagaannya dalam melakukan kegiatan keseharian dan berbagai aktivitas lainya.
Observasi ini dilakukan oleh kelompok X PKN Berbasis PAR saat pertama kali datang di Yayasan Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum Padukoan pada minggu pertama kami hadir. Hal ini di lakukan dalam rangka membina hubungan antara kami dengan pengasuh dan dewan pengurus serta para santri dan siswa, serta mengambil beberapa informasi yang berkaitan dengan kondisi lingkungan setempat. Dari data yang kami peroleh, kemudian kami rembuk kembali dalam satu musyawarah kelompok dalam forum-forum evaluasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami secara umum kondisi Pondok Pesantren dan kelembagaan serta menganalisa apa saja yang harus kami lakukan.
Kesimpulan yang kami ambil dari data ini belum final, dan kami perlu mengadakan observasi kembali untuk mengukuhkan kesimpulan yang kami ambil dengan melakukan musyawarah lanjutan dewan-dewan pengurus lain yang masih belum kami datangi. Setelah data itu di peroleh tentang seluk beluk Pondok Pesantren serta keadaan lembaga yang ada dibawah naugan pondok tersebut, barulah data tersebut kami exsplor kepada dewan pengasuh untuk memusawarahkan dengan peserta PKN mengenai hasil observasi kami. Proses pengambilan data tidak dengan cara top down, akan tetapi proses eklsplorasi data tersebut kami lakukan dengan mengajak Keperngurusan yang ada untuk berdiskusi dan mencari solusi permasalahan yang mereka hadapi, barulah menentukan skala prioritas persoalan yang paling mendesak untuk secepatnya antisipasi. 
2.         Membangun Komonitas  
Komonitas merupakan kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagai lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan, keinginan dan tujuan yang sama. Selaku pendatang baru yang baru akan memulai sebuah komonitas dan menyatukan tujuan yang awalnya berbeda menjadi sebuah tujuan yang sama maka banyak hal yang sejatinya harus di perhatikan oleh peserta PKN Berbasis PAR kelompok X untuk membangun hal itu, karena banyak hal yang sejatinya tidak kami inginkan bisa saja terjadi. Meskipun dalam membangun komunitas itu kami merasa tertatih tatih. Akan tetapi, berkat usaha dan kinerja keras yang dilakukan teman-teman PKN kelompok X bisa dikatakan kami sukses membangun komonitas di PP. Miftahul Ulum yang menaungi kami.
Dalam hal membangun komonitas banyak hal yang dilakukan teman-teman PKN Berbasis PAR kelompok X salah satunya mengintensfitaskan silaturarrahmi dengan masyrakat sekitar, seringnya berkonsultasi dengan dewan pengasuh untuk membiacarakan agenda atau hal-hal yang yang bersangkutan dengan kegiatan PKN, serta menjadi mediasi bagi siswa yang membutuhkan bimbingan belajar dan menciptakan dan menghidupkan kembali Program Pondok yang belum terealisasi.
3.         Membangu Trus ( Kepercayaan)
Langkah strategis untuk membangun kesadaran sosial kemasyarakatan serta kepengurusan Pondok Pesantren maupun Lembaga supaya terwujudnya lembaga pendidikan dibawah naugan Pondok Pesanren yang memang betul-betul berbasis Islami serta masyarakat yang mandiri, peserta PKN Berbasis PAR kelompok X bertindak sebagai mediator dalam proses perubahan yang diinginkan. Disini kami membangun komunitas-komunitas kecil. Kebetulan kami melihat kondisi musholla sebagai tempat ibadah yang mengharuskan semua siswa/santri berinteraksi dan sebagai tempat Belajar serta lapisan masyarakat pada umumnya untuk melakukan ibadah bersama. Khusunya karena berada di lingkungan Pondok. Untuk meningkatkan kesadaran para santri untuk menyadari hal tersebut.
Proses pembentukan komunitas ini dilakukan melalui forum, hal utama yang kami lakukan adalah membicarakan dengan teman teman PKN hal apa yang akan kita lakukan untuk mengatasi permasalahan dari sampel yang sudah kita miliki, kemudian disini kami berdiskusi mengenai permasalahan yang terjadi serta langkah kongkrit yang akan kami lakukan dalam mengatasi hal tersebut.
Dari beberapa permasalahan yang kami dapat dari hasil observasi ada suatu hal yang cukup menyita perhatian kami selaku anggota PKN yang berbasis pendidikan yakni, Kesemangatan dan Moral para santri yang miris, sedangkan basis dari pada lembaga pendidikan tersebut merupakan pesantren, banyak guru yang lupa akan tanggung jawabnya dan lebih mementingkan masalah materi.
Pertama kali kami datang ke PP. Miftahul Ulum ini,  yang mana disini merupakan lokasi pengabdian kami terhadap lembaga pendidikan khusunya dan masyarakat pada umumnya. Tidak bisa dipungkiri ketika kami bersosialisasi dengan masyarakat ternyata hampir semua lapisan masyarakat beranggapan bahwa kedatangan peserta PKN dengan membawa proyek. Mungkin karena minim pengetahuan dalam dunia pendidikan atau di pengaruhi oleh sebagian pakar politik  yang begis akhirnya dapat meracuni pemikiran masyarakat. Inilah anggapan yang  harus di cegah dan di benahi sebab dapat mengahancurkan kepercayaan dalam dunia ilmu pengetahuan dan kemanjuan Lembaga Pendidikan serta Masyarakat sekitar.
Disini masyarakat masih kuat beranggapan bahwa kedatangan peserta PKN dengan membawa finansial yang banyak dalam membangun program disegala bidang. Pada dasarnya kedatangan kami tidak hanya melakukan seperti yang diasumsikan oleh masyarakat selama ini. PAR memiliki tujuan yang paling urgen yaitu belajar bersama lembaga dan masyarakat dalam melakukan pemberdayaan terhadap kehidupan sosial.
Dalam proses perkenalan baik dengan dewan pengasuh ataupun dengan para santri/siswa, yang mana perkenalan terhadap santri atau siswa, kami mengambil siasat membangun program- program santri yang sebelumnya masih belum ada dan terlaksana diantanranya 1. Program Ilmu Qu’an, karena disini basisnya Pondok Pesantren sangat miris jikalau santri tidak bisa mengaplikasikan Ilmu Al-Qur’an Seperti Pemahaman Ilmu Tajwid,  bacaan – Bacaan yang baik, dan lainnya 2. Program Kaligrafi dan ada juga program lainnya, kami menyampaikan beberapa hal yakni tugas dari pada anggota PKN.
Setelah dua hari ka berada di PP. Miftahul Ulumkamipun mengundang pengasuh untuk membicarakan atau diskusi beberapa permasalahan yang kami dapatkan dari hasil observasi serta harapan pengasuh terhadap anggota PKN. Dari hasil pertemuan tersebut kamipun mendapatkan beberapan hal atau harapan yang semestinya kami lakukan dalam sekala waktu PKN dengan mendapatkan Barokah serta memaksimalkan Program yang sudah dirumuskan dan kamipun memasukan hasil dari pada pertemuan tersebut kedalam agenda kami selama PKN sebagaimana terlampir dalam agenda PKN kelompok X.

                                      

BAB III
DESKRIPSI UMUM DAN PROBLEMATIKA
YAYASAN AL-MUARRAF PP. MIFTAHUL ULUM

A.         Deskripsi Pondok Pesantren
1.         Sejarah dan Letak Geografis PP. Miftahul Ulum
  Pondok Pesantren Miftahul Ulum Merupakan salah atu Pondok Pesantren yang terletak di Dusun Padukoan Desa Bicorong Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan, Nama Padukoan diambil dari istilah orang dahulu yaitu “Tempat Perguruan” kalau sekarang dapat di Istilahkan dengan “Tempat Menimba Ilmu”. dan padukoan juga merupakan salah satu tempat yang pada pada masa belanda menjadi target pencarian orang-orang Belanda selain Dusun. Banyuanyar, Dusun. Bata-Bata. Jadi PP. Miftahul Ulum dengan nama Yayasan Al-Muarraf ini berdiri mulai -+ Tahun 50_an masih ada hubungan darah dengan “KIAI. ISBAT” pengasuh PP. Banyuanyar. PP. Miftahul Ulum pada saat itu masih berupa sebuah tempat kecil yang hanya cukup beberapa orang untuk belajar, dalam istilah bahasa madura “ Langgeran”.
Namun setelah beberapa tahun kemudian  tepatnya -+ Tahun 60_an PP. Miftahul Ulum mendirikan Madrasah Diniyah (MD) dimana suatu jenjang pendidikan yang fokusnya pada Ilmu Keagaan, kemudian lembat laun berkembang semakin maju, PP. Miftahul Ulum pada Tahun -+ 80_an membuka jenjang Pembelajaran PAUD (Pendidikan Usia Dini) dimana untuk menampung semua anak-anak untuk belajar berbagai macam ilmu. kemudian -+ pada tahun  90_an membuka jenjang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang mana selain ada sarana untuk belajar keagamaan di PP. Miftahul Ulum juga Pondok Pesantren tidak ingin ketinggalan dari perkembangan zaman, PP. Mifathul Ulum juga ingin terjangkau dan diakui oleh Aparat pemerintahan.
Kemudian PP. Miftahul Ulum dengan jangka waktu dan mampu bertahan dalam dunia pendidikan akhirnya mampu membuka jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada Tahun 2005 diberi nama SMP Al-Muarraf yang pada saat ini menjadi kepala sekolah yaitu; Drs.H. ACHMAD DJUNAIDI , dan pada Tahun 2010 juga mampu membuka jenjang pendidikan Sekolah menengah Kejuruan (SMK) diberi nama SMK Al-Muarraf dan yang menjadi kepala sekolah pada saat ini yaitu; ALI WAFA, S.Pd. serta sudah mendapat Nilai Akreditasi B. Kemudian Setiap jenjang pendidikan Mulai dari PAUD hingga SMK sampai pada tahun ini yang menjadi pengasuh yaitu; KH. ACH MUZAMMIL.
Dalam penulisan Sejarah dan letak Geografis PP. Miftahul Ulum Ini, mungkin tidak terlalu Sempurna karena sesuai dengan dauh Pengasuh KH. ACH MUZAMMIL. “saya kurang begitu tahu dan tidak berani menetapkan berapa tahun dan pada tahun berapa PP. Miftahul Ulum ini berdiri setiap jenjang pada tahun berapa berdirinya, karena sebelum saya ada disini semua pendidikan yang ada pada saat ini sudah terealisasi, jadi saya memakai perkiraan saja. Dan juga sebetulnya masih ada yang lebih tahu dengan Kongkrit tentang sejarah PP. Miftahul Ulum ini.” Jadi penulisan ini hanya sekilas saja. Dan sesuai saran dan pesan Beliau “ kalau mau cari yang lebih Kongkrit/ Mumtaz yang tahu tempatnya Jauh. Jadi tulis apa adanya dulu.”
2.             Peta Demokratis
Letak Keberadaan Yayasan Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum dapat digambarkan dalam bentuk  Diagram Ven, dengan Gambaran sebagai berikut;
Reserved: Masjid 













Adapun jumlah Robel (Rombongan Belajar) dari masing-masing jenjang pendidikan yang ada dibawah naugan Yayasan Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum Padukoan Bicorong Pakong Pamekasan baik santri Colokan Maupun yang Aktif sebanyak 291/Orang dengan rincian sebagai berikut;
NO
ROMBEL
IDENTITAS
JUMLAH
Laki-Laki
Perempuan
1.       
PAUD
4
5
9
2.       
RA
10
9
19
3.       
MI
25
25
50
4.       
SMP
18
26
44
5.       
SMK
15
22
37
6.       
MD ULA
44
54
98
7.       
WUSTHO
8
19
27
8.       
ULYA
3
4
7
Jumlah
127
164
291

Melihat data di atas dapat dilihat bahwa dengan jumlah peserta didik yang ada dibawah Naungan PP. Miftahul Ulum ini didominasi oleh perempuan dari pada jumlah laki-laki. Sedangkan untuk mengetahui asal sensus siswa Rata-Rata dari lingkungan Pondok Pesantren, namun ada Juga sebagian yang dari kecamatan Lain seperti Waru Pamekasan.
sedangkan Jumlah personil Guru dan Pegawai yang berada dibawah naugan Yayasan Al-Muarraf PP.Miftahul Ulum dari semua jenjang pendidikan mulai dari Paud sampai dengan SMK sebanyak 83/ Orang dengan rincian sebagai berikut;
NO
NAMA  GURU
IDENTITAS
JUMLAH
LAKI-LAKI
PERAMPUAN
1.        
PAUD
-
3
3
2.        
RA
-
4
4
3.        
MI
10
5
15
4.        
SMP
11
3
14
5.        
SMK
13
4
17
6.        
MD ULA
19
-
19
7.        
WUSTHO
6
-
6
8.        
ULYA
5
-
5
JUMLAH
64
19
83

a.             Bidang Kepesantrenan
Dalam bebeapa pesantren perlu diterapkan sistem kepemimpinan multi leader. misalnya ada pesantren yang menerapkan pola dua pemimpin yakni urusan luar kepesantrenan dan pimpinan bidang kepesantrenan sehingga terdapat pimpimnan umum yang di pengang oleh seorang kiyai dan pimpinan harian yang mengurusi kegiata praktis mengenai kependidikan dan sebagainya. Dengan model kepemimpinan kolektif pesantren bisa menjadi Pondok Pesantren modern yang kelangsungannya tidak tergantung pada seorang kiyai sebagai pemimpin tertinggi lagi tunggal. Bila kiyai meninggal tongkat kepemimpinan bisa dilanjutkan oelh pemimpin lainnya.
Upaya menerapkan model kepmimpinan kolektif dalam majemen pesantren merupakan suatu ikhtiar pembinaan pesantren sakaligus salah satu jawaban dari problem kepmimpinan tersebut. Disamping itu, model kepemimpinan menyebabkan kiyai bisa membagi tugas kepada wakilnya sesuai keahlian yang dimilikinya mikanisme kepemimpinan memiliki beberapa keuntungan antara lain: meringankan beban lain sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan dan masa depan Pesantren, adanya Interaksi saling menerima dan memberi dan menumbuhkan suasana demokratis.
Sekarang ini, dalam beberapa Pesantren memang terjadi perubahan mekanisme suksesi yang cukup signifikan. Kini kepemimpinan telah ditentukan oleh kalangan Pesantren sendiri atau dari luar Pesantren yang akan berimpilikasi pada sifat dasar, ruang lingkup dan bentuk kepemimpinan Pesantren yang unik. Dengan perubahan kecendrungan ini kiyai dan keluarganya harus bersikap realistis dan sportif dalam pengangkatan pemimpin berikutnya. Kursi kepemimpinan akan diduduki oleh orang yang layak, meskipun dari luar keluarga inti kiyai itu sendiri ini berati Parameter kepemimpinan seseorang bisa memduduki posisi pemimpin Pesantren adalah kapabilitas, kapasitas, dan kompetensi. Putra mahkota tidak lagi menjadi ukuran utama kecuali dia memiliki kemampuan yang memadai.
Berbicara masalah pesantren. Dan mengenai kegiatan santri dan Masalah Program Kelembagaan, kata dewan Pengasuh (RKH. ALI MUFTI) orang yang sangat berperan aktif dalam kegiatan kepesantrenan ini biasanya santri sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ataupun program yang sudah Tertata yang cukup baik, seperti kegiatan berjemaah, mengaji al-qur’an dan mengaji kitab kuning.
Adapun fasilitas ibadah dan tempat ngaji yang ada di PP. Miftahul Ulum adalah dibangunnya mushalla. Dimana mushalla tersebut ada dua yaitu mushalla putra dan mushalla putri, yang teletak didepan Aula PP. Miftahul Ulum untuk santri putra dan di disebelah Utara pondok putri untuk santri putri. Dari hasil observasi lapangan, mushlla hanya digunakan untuk shalat jama’ah, mengaji al-qur’an dan mengaji kitap kuning. Karena sehubungan dengan adanya masjid yang ada di sebelah selatan PP. Miftahul Ulum, maka mushalla tersebut tidak ramai didatangi oleh warga sekitar untuk shalat berjemaah. Oleh karena itu, mushalla tersebut hanya khusus santri.
b.            Bidang Lembaga Pendidikan
Kekuatan pendidikan Pesantren masih diterima sebagai pendidikan alternatif lamanya waktu pertumbuhan dan perkembangan Islam Indonesia serta berhasilnya proses Da’wah mempertahankan kesepakatan bahwa Pondok Pesantren pendidikan Islam Indonesia masih perlu ditingkatkan dari tahun ketahun. Disamping itu keterbatasan tempat dan kurang cerahnya harapan lulusan sekolah umum menolong kedudukan Pondok Pesantren pendidikan Islam, untuk selalu dapat melaksanakan program studinya, baik secara menyeluruh maupun secara terbatas seperti Pesantren intensif yang dilakukan oleh beberapa minggu.
Kuantitas Pendidikan Pesantren memiliki jumlah yang lebih besar dari pada Pondok Pesantren Pendidikan umum lintasan sejarah pengembangan Islam di Indonesia memberi kessempatan berdirinya Pondok Pesantren sejalan dengan struktur menyebaran umat diseluruh tanah air.
Keterkaitan psikologis orang tua Muslim dengan Pondok Pesantren, hususnya Pondok Pesantren Pendidikan Agama masih kuat. Adanya tradisi Keagamaan dan kepemimpinan (Informal) pada Pesantren yang merupakan potensi Nasional untuk pembangunan, hususnya pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang menjadi Tujuan Pendidikan Nasioanal tidak dapat dipungkiri bahwa pejuang-pejuang Islam merintis gerakan Modern dan gerakan kemerdekaan, merekapun menempati panggung kepemimpinan Informal ummatnya, baik itu dimasa kemerdekaan maupun akhirnya kepemimpinan mereka diakui sebagai sesuatu yang turut mempengaruhi keterlibatan ummat didalam pembangunan.
Berbicara peserta didik di PP. Miftahul Ulum Padukoan desa Bicorong bisa dikatakan dari segi pendidikan masih tergolong sangat rendah. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata hanya sampai tingkat SMK. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta didik yang ada pada tabel diatas. Sedangkan alumni yang lulusan SMK hanya ada Sebagian orang yang sedang melanjutkan ke perguruan tinggi. Disamping Itu dalam Pondok Pesantren Ini menerapkan Identitas Kesalafannya yang sangat Kuat.
Dari data tersebut, jelas sekali bahwa dalam hal pendidikan PP. Miftahul Ulum Padukoan desa Bicorong masih tertinggal. Padahal menurut sebagian warga masyarakat, sebenarnya daya pikir peseta didik tidak terlalu rendah jika peserta didik ini menempuh pendidikan di luar wilayah.
Adapun fasilitas pendidikan di PP. An-Nidhamiyah sampai saat ini hanya terdapat 16 rombel yaitu satu gedung Paud & RA dengan Lokal yang berdempetan, Enam unit gedung MI/MD, SMP tiga unit gedung, dan SMK tiga unit gedung. Sementara jumlah anak-anak yang menempuh pendidikan di PP. Miftahul Ulum adalah paud berjumlah  9/orang  yang terdiri dari laki-laki 4 orang dan 6 orang perempuan, RA/ 19/Orang yang terdiri dari  10 Laki-Laki dan 9 Perempuan, Untuk MI berjumlah 50 orang yang terdiri 25 orang Laki-Laki dan 25 orang Perempuan. Untuk MD berjumlah 98 orang yang terdiri Laki-Laki 44 Orang dan 54 orang Perempuan. Untuk Tingkat SMP sebanyak  44 orang yang terdiri 18/orang Laki-Laki dan 26/orang Perempuan. Sementara untuk SMK sebanyak 37 orang yang terdiri dari 15/orang Laki-Laki dan 22/ orang Perempuan. Untuk MD Wustho Sebanyak  27 Orang yang terdiri dari 8 orang Laki-Laki dan 19 orang Perempuan, Untuk MD Ulya sebanyak 7 Orang Yang terdiri dari 3 orang Laki-Laki dan 4 orang Perempuan.
Akan tetapi setelah sebagian besar peserta didik yang lulus dari PP. Miftahul Ulum jarang sekali yang melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka lebih memilih bekerja dari pada menjadi pelajar. Hal ini dikarenakan Paradigma berpikir peserta didik tentang pentingnya pendidikan sangat minim. Apalagi yang berkenaan dengan masalah Ekonomi yang dijadikan alasan tidak Bisa melanjutkan Studi ke Jenjang Perguruan Tinggi.
c.            Bidang Pengembangan Usaha
20180820_080650Kalau dilihat dari fasilitas yang ada di PP. Miftahul Ulum masalah pengembangan usaha sangat minim sekali, karena disamping tempatnya terpencil dan jauh dari jangkauan masyarakat serta memang pihak Pondok Pesantren tidak begitu antusias untuk mengembangkan fasilitas yang ada, kerana Basisnya Salafiyah, sehingga sampai sekarang pengembangan usaha hanya didapat dari Kopontren yang Konsumennya hanya dari kalangan Santri san santriwati.
B.           Problematika Umum Pondok Pesantren
Setelah Kami mengamati dan melakukan Observasi, banyak hal yang perlu diperhatikan dan dipecahkan ;
1.             Masalah Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam perspektif sejarah, Pondok Pesantren pendidikan yang terutama berbasis di pedesaan ini telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, sejak sekitar abad ke-18. bahkan ada yang mengatakan sejak abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri), yang kemudian disebut pesantren. Pesantren pertama didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim. Meskipun bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pendidikan pesantren merupakan satu-satunya Pondok Pesantren pendidikan yang terstruktur. Sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi. Di Pondok Pesantren inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam, khususnya menyangkut praktek kehidupan keagamaan.
Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan Pondok Pesantren dalam hubunganya dengan peningkatankualitas sumberdaya manusia (human resource) merupakaan berita aktual dalam arus perbincanggan kepesantrenan kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:
1.      Potensi pendidikan. 
2.      Penggembangan masyarakat.
Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisitem pendidikan Pondok Pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal dengan Sunan Ampel.Terkait denggan sistem pengelolaan Pondok Pesantren dalam interaksinya denggan perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi, kalangan internal pesantren sendiri sudah mulai melakukan pembenahan salah satu bentuknya adalah pengelolaan Pondok Pesantren formal sekolahan mulai tingkat SD/MI, sampai perguruan tinggi, di lingkungan pesantren dengan menawarkan perpaduan kurikulum keagamaan dan umum sertaperangkat keterampila yang dirancang secara systematic dan itegralistik.
Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrsah Aliyah Program Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di kembangkan pesantrenpun cukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat. Sebab ada semacam jaminan keunggulan out put yang siap bersaing dalam kehidupan sosial. Dan pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya masih sangat diharapkan menjadi penopong berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia yang ditandai banyak sekarang pesantren yang ada pendidikannya berupa formal dan tentunya non formal juga.
Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem pendidikanya dengan menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain terpaku pada sistem pengajaran klasik (wetonan,bandongan) dan materi kitab-kitab kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern. Modifikasi pendidikan pesantren semacam ini telah di eksperimentasikan oleh beberapa Pondok Pesantren seperti Darussalam (Gontor) dan Pesantren al-Amin (Madura). Serta banyak Pesantren lainnya.
Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan sistem pendidikannya dengan cara memperluas cankupan wilayah garapan, masih banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional dan konvensional denggan membatasi diri pada penggajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral keagamaan semata.
Pesantren model pure klasik atau salafi ini memang unggul dalam melahirkan santri yang memiliki kesalehan, kemandirian, dan penguasaan terhadap ilmu-ilmu ke-Islaman. Kelemahanya, out put pendidikan pure salaf kurang kompetitif dalam percaturan persaingan kehidupan modern. Padahal tuntutan kehidupan global menghendaki kualitas sumberdaya manusia terdidik dan keahlian di dalam bidangnya. Realitas out put pesantren yang memiliki sumber daya manusia kurang kompetetif inilah yang kerap menjadikannya termaginalisasi dan kalah bersaing dengan out put pendidikan formal baik agama maupun umum.
Penyebaran yang luas dengan keanekaragaman karakteristik yang dimiliki pesantren saat ini di semua wilayah Indonesia menjadi potensi luar biasa dalam percepatan pembanggunan di daerah-daerah. Jika upaya maksimal ini dilakukan oleh pemerintah secara tepat bukan tidak mungkin kedepan bukan tidak mungkin akan menjadi lahan subur penyemaian bibit-bibit unggul manusia Indonesia. Jika melihat keadaan ini tampaknya akselerasi pendidikan dan pengelolaan masyarakat di pesantren optomis bisa berjalan, namun bagaimanapun program-program ini tergantung pada penerimaan kyai di pesantren sendiri, maupun pengurus pesantren sebab pesantren memiliki kemandirian (otonomi) yang relative besar juga memiliki basis konstituen yang relative solid di mayarakat dan sumberdaya lokal yang kuat.
Sehingga intervensi dari luar akan cenderung kurang efektif. Hal ini menjadi tantangan Departemen agama untuk scara terus menerus mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut terlihat dalam akselarasi pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan scara drastis. Oleh sebab itu pelibatan pesantren dalam akselerasi pendidikan nasional tidak bisa ditanggani secara serampangan, apalagi karitatif dan birokatik tugas Departemen Agama yang mendesak adalah bagaimana memperbesar partisipasi pesantren melalui program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu sendiri.
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan denggan pengelolaan keuanggan pesantren. Dalam pengelolaan keuangan akan menimbulkan permasalahan yang serius apabila pengelolaanya tidak baik. Pengelolaan keuanggan pesantren yang baik sebenarnya merupakan upaya melindunggi personil pengelolaan pesantren (Pengasuh, Ustadz, atau pengelola pesantren dan pengelola Kelembagaan lainya) dari pandangan yang kurang baik dari luar pesantren. Selama ini banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren denggan harta milik Individu, walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren justru lebih banyak bersumber dari kekayaan Individu. Namun dalam rangka pelaksanaan manajemen yang baik sebaiknya diadakan pemilahan antara harta kekayaaan pesantren dengan harta milik individu, agar kelemahan dan kekurangan pesantren dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain, Pihak Internal Maupun Ekstrenal termasuk orang tua santri.
Setelah kami mendata dan mengamati pembelajaran di PP. Miftahul Ulum Padukoan Desa bicorong ini, sebagian besar yang menjadi permasalahan disetiap jenjang yaitu masalah kurangnya membaca dan menulis sehingga Para peserta didik minim sekali yang paham terhadap mata pelajaran yang ada di PP. Miftahul Ulum ini, dan sebagian besar yang sangat minim sekali dari hasil observasi kami terkait kepesantrenan yaitu masalah kurangnya masih Kurangnya pemahaman santri terhadap membaca kitab kuning hal ini disebabkan masih belum ada program khusus tentang Pemahaman Kitab Kuning di Pondok Pesantren Tersebut. Dan terkait masalah kesopanan dan kedisiplinan santri yang sangat Minim.
20180815_044844Oleh karena itu, kami dari rekan-rekan PKN mencoba berunding dengan dewan Pengasuh (RKH. ALI MUFTI) untuk memecahkan maslah tersebut sehingga dari hasil perundingan atau musyawarah rekan-rekan PKN dan Dewan Pengasuh mandapatkan keputusan untuk mengadakan program tambahan yakni program cepat membaca kitab kuning dan praktek kutubiyah setiap hari yang dahulunya Program Ini Punah dan dihidupkan kembali, dan juga kami rekan-rekan PKN memberikan Contoh tentang kedisiplinan dan Kesopanan dengan menyalurkan peringatan melalui Penempelan Aksara-Aksara yang menyinggung tentang Kesopana dan Kedisiplinan serta Pemberian Motivasi yang dilaksanakan dalam salah satu Program PKN yaitu; Kuliah Tujuh Menit (Kultum) setiap setelah Shalat Subuh.

2.             Masalah Sarana & Prasarana Pendidikan
Pengelolaan sarana dan prasarana dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Pondok Pesantren sangatlah penting.
Diantara usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, Sarana dan Prasarana yang memadai merupakan salah satu faktor yang berperan penting untuk menunjang kualitas pendidikan, agar proses pendidikan di sebuah Pondok Pesantren tersebut berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang telah ditentukan.
Masalah sarana pendidikan yang ada di PP. Miftahul Ulum yaitu kurangnya Lokal atau Pembangunan, dengan satu bukti bahwa sampai sekarang ini khusus untuk gedung perpustakaan masih belum ada, sehingga fasilitas untuk media pembelajaran Pondok Pesantren Sangatlah minim sekali. Dengan demikian, Para peserta didik sangat terbatas untuk mengembangkan pengetahuannya disebabkan kurangnya sarana pendidikan.
Selain itu, salah satu problematika sarana pendidikan yaitu tidak ada buku pegangan (lks) bagi peserta didik. Sehingga mayoritas mata pelajaran tidak tuntas tiap semesternya. Oleh karena itu yang jadi korban adalah peserta didiknya dengan bukti sulitnya menjawap soal-soal ujian. Dan yang paling Miris tidak adanya sama sekali Sarana Komputer pada tiap Tingkatan Kantor Lembaga Mulai dari PAUD sampai SMK. Sehingga dalam menyusun Managemen Tata Usaha Pondok Pesantren maupun Lembaga yang ada dibawah naugannya kesulitan dalam hal Penyimpanan data-data Pondok maupun Kelembagaan.  Sehingga managemen Tata Usahanya sangat Kurang.
3.             Masalah Kenakalan Santri
Santri adalah sebutan bagi Murid yang mengikuti Pendidikan di Pondok Pesantren. Pondok Pesantren adalah sekolah pendidikan umum yang persentasi ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam. Kebanyakan muridnya tinggal di asrama yang disediakan di sekolah itu. Pondok Pesantren banyak berkembang di pulau Jawa.
Panggilan Santri Pondok X artinya ia pernah/lulus dari Pondok Pesantren X. Panggilan Santri Kyai KH artinya ia pernah diajar oleh Kyai KH. Umumnya, sebutan santri Kyai juga berarti ia pernah menjadi anak asuh, Anak Didik, kadang - kadang mengabdi (biasanya di rumah kediaman) kyai yang bersangkutan (Wikipedia). Sedangkan Pesantren adalah sebagai Pondok Pesantren pendidikan-agama dan Pusat penyebaran Islam yang unik ke Indonesia telah menarik mintatnya para peneliti yang ingin mendalami kebudayaan dan agama di Indonesia serta para Jurnalis Internasional setelah pemboman Bali pada tahun 2002. Dewasa ini pesantren di Indonesia semakin berkembang serta beranekaragam hingga dapat dikatakan sulit tugasnya seorang peneliti yang berusaha untuk mengklasifikasi modelnya sebuah Pondok Pesantren sebagai yang modern atau yang tradisional.
Cita-cita Pesantren adalah meneruskan estafet perjuangan Nabi. Begitupun idealitas pesantren sebagai basic pertahanan ajaran-ajaran Islam. Namun realitanya justru berbalik. Ternyata prinsip-prinsip pesantren mulai bergeser dikalangan santri, khususnya para remaja.Pergeseran ini disebabkan kecenderungan mereka mengikuti budaya-budaya luar yang tak sejalan dengan prinsip pesantren. Pelanggaran-pelanggaran atau prilaku negatif santri kerap bermuara pada budaya tersebut, seperti melihat konser musik, kekerasan fisik, pencurian, pacaran, pesta miras atau sabu-sabu, dan lain-lain tetapi itupun juga tidak semua santri melakukan kenakalan-kenakalan semacam itu. Cara penampilan santri tidak sedikit yang mengikuti gaya yang sedang tren di kalangan selebritis, seperti; model pakaian yang gaul, gaya rambut yang modis dan berwarna, gelang tangan dan memakai kalung. Belum lagi cara bergaul yang sok abis, seperti tidak lagi bersikap tawadlu pada guru dan orang-orang sekitarnya terutama orang tua, tutur kata yang kasar, suka urakan dan rendahnya sikap menghormati. Budaya dan Etika Non-Religius seperti itu ditelan mentah-mentah tanpa disikapi secara kritis.
Kemerosotan moral santri ini mengacu pada rendahnya pemahaman ajaran ulama-ulama yang tertuang dalam bentuk ahwal (prilaku), lisan (wejangan) atau tulisan (kitab/buku). Akibatnya, identitas santri sedikit demi sedikit mulai terkikis seiring perkembangan usia, lebih-lebih pada remaja. Diperparah lagi karena pengaruh pesatnya laju budaya modern dan informasi tanpa ada filter ketat. Obyek perhatian santri dalam berpikir, bersikap dan bertindak juga mulai bergeser mengikuti aturan main remaja sebaya yang berkembang di lingkungan eksternal pesantren. Kontrol diri yang lemah akan menambah daftar "kenakalan" santri yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan ilmu pengetahuannya.
Dari data yang kami dapatkan tentang kenakalan santri di PP. Miftahul Ulum ini adalah salah satu seringnya Para santri yang tidak masuk sekolah, hal itu disebabkan dengan eratnya pergaulan antara santri dengan siswa yang bukan santri (colokan), sehingga banyak sekali Para santri yang bolos sekolah karena tidak bisa dipungkiri bahwa peserta didik yang ada di Pondok Pesantren Ini didominasi dengan peserta didik (bukan statusntnya santri) yang mayoritas mereka hanya hura-hurakan, senang pada dunia Hedonis dan tidak pernah memikirkan pelajarannya bahkan Apatis.
Menurut pandangan kami, faktor utama yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu kurangnya perhatian dan motivasi dari Para senioritas yang ada di Pondok Pesantren Tersebut. Bisa kami simpulkan bahwa hal seperti ini adalah masalah yang turun-temurun dari sejak dahulu, itu juga yang dijelaskan oleh salah satu pendidik/guru SMP Miftahul Ulum (bapak Kholik).
4.             Masalah Kedisiplinan Santri
Tujuan utama pendidikan dalam Islam bukan hanya untuk mencetak generasi yang cerdas secara akademik melainkan juga cerdas secara Emosional dan Spiritual. Fenomena penyimpangan perilaku peserta didik yang sekarang banyak terjadi merupakan gambaran belum berhasilnya proses pendidikan khususnya dalam pembinaan Akhlak. Pondok Pesantren sebagai cerminan terbaikpendidikan Islam memiliki cara tersendiri dalam pembinaan akhlak, salah satunya adalah melalui penerapan kedisiplinan yang disinyalir mampu melahirkan generasi berakhlak mulia.
Adapun problematika yang dihadapi di Pondok Pesantren Miftahul Ulum tidak jauh berbeda, yaitu kurangnya SDM pembina, kurangnya kesadaran disiplin santri, problem pribadi dan psikologis santri serta orang tua, Sarana Prasarana yang belum memadai, dan belum adanya dokumentasi terkait konsep pembinaan akhlak yang bisa dijadikan acuan serta belum lengkapnya dokumentasi terkait konsep penerapan kedisiplinan.
Di samping beberapa persoalan di atas, masalah kedisiplinan santri menjadi sangat berarti bagi kemajuan Pondok Pesantren itu sendiri. Di Pondok Pesantren yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik.sebaliknya pada Pondok Pesantren yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda.
Berdasarkan hasil obsevasi kami selama kurang lebih tiga minggu kami tinggal di Pondok Pesantren Ini, terdapat banyak santri yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Pelanggaran-pelangaran yang kami maksud adalah salah satu terlambatnya santri masuk sekolah. Sedangkan tata tertib yang berlaku bagi siswa-siswi disekolah SMP/SMK Miftahul Ulum adalah diberikan sangsi membaca yasin dihalaman sekolah. Dari banyaknya santri yang sering melanggar setiap harinya menunjukkan bahwa kedisiplinan santri masih belum teratasi.
Dan kami sempat memberikan solusi kepada kepala sekolah SMK Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum (Bapak ALI, S,Pd) bahwa jika memang siswa/santri harus dituntut untuk disiplin sebaiknya dilakukan setelah sebelumnya Para guru dan karyawan juga menanamkan disiplin, baik untuk Persiapan mengajar maupun disiplin kerja yang lebih utama, karena dari pengamatan kami sehari-hari ternyata bukan hanya siswa/santri yang tidak disiplin, akan tetapi pendidik dan tenaga kependikannya yang juga kurang disiplin.
5.         IMG_20180806_165529IMG_20180729_065951   Masalah Kesadaran akan Kebersihan Lingkungan







Kebersihan adalah salah satu aspek nilai Islam di pondok. Dalil yang komplit tentang kebersihan, pastilah para ustad sudah hafal diluar kepala. Jadi tidak perlu kita menggarami air laut. “Kebersihan adalah bagian dari iman”.
Dalil ini sudah dihapalkan sejak masa sekolah di Taman Kanak-Kanak. Karena Kebersihan bagian dari iman maka ini perlu dibuktikan dengan perbuatan. Tidak cukup dengan lesan saja. Seorang ulama dalam sebuah bukunya bahkan menyatakan bahwa, "Dalam masalah kebersihan, Islam memiliki sikap yang tidak dapat ditanding oleh agama apapun. Islam memandang kebersihan sebagai ibadah dan sekaligus cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahkan Islam mengkategorikan kebersihan sebagai salah satu kewajiban bagi setiap Muslim." Luar biasa. Dengan demikian fikih pertama yang dipelajari oleh umat Islam adalah masalah kebersihan (al-thaharah).
Apakah untuk mewujudkan kebersihan sebagai ibadah, perlu ilmu pengetahuan tambahan? Kalau iya, bentuknya seperti apa?
Baiklah. Dalam ilmu kesehatan lingkungan sarana Sanitasi Rumah, Asrama, Pondok antara lain Kepadatan Hunian, Penerangan Alami, Penyediaan Air Bersih, Sarana Pembuangan Kotoran Manusia, Sarana Pembuangan Sampah, Konstruksi Bangunan, Ventilasi, Suhu Dan Kelembaban.
Sebuah observasi oleh ahli kesehatan lingkungan didapatkan gambaran antara lain banyak diketemukan sanitasi Ponpes (Pondok Pesantren) yang kurang memadai, kebersihan perorangan santri yang buruk, pengetahuan dan perilaku santri yang kurang mendukung pola hidup sehat, serta pihak pengelola Lembaga Pendidikan yang kurang tertarik dengan masalah sanitasi lingkungan ponpes.
Sejauh yang kami tahu tentang kesadaran akan kebersihan dari Para santri cukup baik. Bahkan semua santri memiliki jadwal piket Secara Umum yaitu setiap hari Minggu mengadakan Kerja Bakti semua santri di Halaman PP. Miftahul Ulum. khususnya di halaman pondok, dan termasuk dihalaman posko PKN. Setiap harinya kami sebagai peserta PKN ikut berpartisipasi dalam pembersihan di halaman tersebut dan bahkan itu sudah menjadi rutinitas santri setiap harinya Baik Santri Putri maupun santri putra.
Akan tetapi, satu hal yang sangat mengganjal bagi kami, yaitu sering rusaknya tempat sampah, hal itu disebabkan kurangnya rasa memiliki terhadap fasilitas pesantren, bahkan ada diantara rekan-rekan PKN yang sempat bertanya tentang ada tidaknya tong sampah kepada salah satu santri yang pada saat itu sedang membuang sampah dengan memggunakan tangannya, santri tersebut menjawab bahwa masalah tempat sampah memang tidak pernah awet karena selalu dijadikan bola pimpong dengan sebagian santri.
Dengan permasalahan tersebut, maka muncul inisiatif dari kami pertama membuat Aksara Peringatan tentang Kebersihan yang diletakkan disetiap Penjuru dan kami juga membuat Tempat sampah yang lumayan ada dan baik, dan alhamdulillah rencana itu terealisasi dengan lancar.

BAB IV
IDENTIFIKASI, POTENSI
DAN KENDALA-KENDALA
A.         Identifikasi Masalah dan Prosesnya
Adapun masalah-masalah yang ada di PP. Al-Muarraf sangat begitu kompleks. Salah satunya adalah kurang tertatanya Manajemen kepesantrenan, sehingga secara subtansial apabila manajemennya kurang baik, maka semua kegiatan terbengkali. Salah satu contoh masalah adiministrasi Pondok Pesantren, di Pondok Pesantren maupun Lembaga yang berada dibawah naungannya ini juga demikian.
Akan tetapi sebelum membahas lebih jauh tentang masalah yang ada di PP. Miftahul Ulum ini, alangkah lebih baiknya, jika kita harus mengetahui bagaimana masalah-masalah yang harus diidentifikasi. Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan identifikasi masalah tersebut melalui:
1.     Observasi
20180728_145630Langkah awal yang peserta PKN Berbasis PAR lakukan adalah dengan melakukan observasi secara langsung di lapangan. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui pola kepesantrenan baik Manajemen Kepesantrenan maupun pola kegiatan santri sehari-hari.
IMG_20180813_100106Dari hasil observasi inilah kami mendapatkan beberapa data tentang kondisi dan problematika Pondok Pesantren ini, serta bagaimana pola kegiatan santri dalam sehari-harinya, sehingga kesimpulan umum sementara  yang kami dapat adalah meliputi:
a.             Pondok Pesantren Miftahul memiliki beberapa jenjang Pendidikan diantaranya PAUD, MI, SMP, SMK, MD ULA, WUSTHO dan ULYA Serta Pondok Pesantren yang mampu menampung para siswa/santri dan bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar, meskipun masih banyak dikalangan masyarakat yang masih belum sadar akan pentingnya suatu pendidikan. Namun hal ini tentunya telah menjadi satu point emas, sehingga tidak salah dengan adanya Pondok Pesantren ini telah membawa keharuman masyarakat sekitar.
b.            Kurang tertatanya manajemen pesantren maupun Kelembagaan yang berada dibawah Naungan Pondok Pesantren, ini menimbulkan kurang baiknya administrasi pesantren dan segala kegiatan yang ada di Pondok Pesantren, seperti kegiatan ubudiyah, kegiatan Belajar Mengajar dan lain-lain.
c.             Dalam pola kegiatan santri Pondok Pesantren memiliki integritas yang sangat minim dan kurang semangatnya santri untuk membaca buku atau kitab. Hal ini dapat dilihat karena terbatasnya fasilitas Pondok Pesantren, dan kurang termotivasinya dari berbagai elemen baik dari senioritas maupun dari pihak orang tua
d.            Kepedulian terhadap kebersihan lingkungan sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kekompakan santri sehari-hari, dengan adanya penjadwalan piket kebersihan setiap hari (setelah Asyar) dan Jadwal Piket Mingguan setiap Hari Minggu Pagi.
2.     Wawancara
IMG_20180816_083745IMG_20180818_083157Dari hasil observasi tersebut kemudian kami lanjutkan dengan  melakukan wawancara langsung bersama Dewan Pengasuh yang memang penanggung Jawab segala program yang ada untuk mengetahui persoalan-persoalan yang ada di Pondok Pesantren secara mendetail. Sedangkan wawancara kami lakukan, baik secara formal ( Langsung Sosialisasi dengan Dewan Pengasuh ) ataupun non formal (dilakukan ketika kumpul dengan santri sambil minum kopi dan lain sebagainya). Dari beberapa hasil wawacara tersebut kami mendapatkan beberapa data tentang beberapa persoalan yang ada di Pondok Pesantren ini. Secara umum masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut meliputi:
a.            Kurangnya Kesadaran Akan pentingnya pendidikan
Santri yang Berada Di Pondok Pesantren An-Nidhamiyah Ini Masih Sangat minim Akan pentingnya Pendidikan Sehingga Para Santri Lebih Mementingkan Kesenian-Kesenian Yang Ada. Sehingga tak pernah berfikir Bahwa Pendidikan Itu Sangatlah Penting untuk Masa Depan yang Akan Di jalani.
b.           Kurang Tertatanya Managemen Pendidikan
Di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Ini untuk Menejemen pesantren sangatlah Minim. Di karenakan Pengurus Yang Ada Di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Ini Kurang Menyadari Terhadap Job yang di pegang. Penyebabnya tidak lain Kerena Pengurus Yang Ada Tidak Ada Pelantikan Secara Resmi. Akibatnya Pengurus tersebut kurang Begitu Paham Terhadap Jobnya. Sehingga tidak tertatalah menejemen pesantren secara Rapi.
c.             Kurang Termotivasinya Santri Untuk Membaca
Karena sudah tertera di poin Nomor dua ataupun sudah tidak tertatanya menejemen pesantren. Maka otomatis juga Tidak Ada pengurus Yang Mengontrol Santri Untuk Membaca ataupun Belajar. Kalau menunggu kemauan dari santri untuk membaca ataupun belajar, sangatlah sulit tanpa ada pantauan Dari pengurus Yang Bertugas.
B.           Identifikasi Potensi
Walaupun ada permasalahan yang sering dihadapi oleh Pondok Pesantren ini  dan minimnya Motivasi serta kurang tertatanya Manajemen Pesantren, Pondok Pesantren ini juga memiliki  beberapa potensi yang dimanfaatkan oleh santri meliputi:
1.      Potensi Kesenian Dan Olahraga
a.      Futsal/Bola
Olahraga Futsal/Boal ini juga banyak di gemari oleh para santriwan sehingga para santri untuk Kesenian Futsal ini Latihannya setiap Sore. Dari saking Senengnya dan karena adanya lapangan/Lahan yang Memadai.
b.    IMG_20180730_192226  Musik Rebana Al-Banjari
Kesenian yang Ini Bisa Juga di katakan banyak penggemarnya karena berkenaan dengan undangan yang selalu menunngu maka, para santri jadi semangat untuk selalu latihan setiap ba’da Isya’ pada Malam Selasa. Dan untuk ini Pengasuh juga sangat merespon positif dengan Kegiatan ini karena bisa selalu di iringi dengan shalawat yang indah.
2.     Potensi Pendidikan
a.      Paud
b.      RA
c.         MI
d.      SMP
e.         SMK
f.         MD Ula, Wustho dan Ulya
Dari beberapa potensi di atas, dapat dilakukan analisa jika potensi tersebut bisa dimanfaatkan secara maksimal dan didukung oleh skill manajerial yang bagus dari pihak Pondok Pesantren dan tidak menutup kemungkinan problematika Pondok Pesantren bisa di atasi dengan cepat.
C.      Identifikasi Kendala
1.      Kendala Kesenian dan Olahraga
a.            Dari kegiatan Futsal yang menjadi kendala pada santri yaitu kurang baiknya fasilitas lapangan.
b.            Dari Musik Rebana yang menjadi salah satu kendala pada potensi santri yaitu dengan kurang lengkapnya alat-alat yang biasa digunakan untuk Musik Rebana.
2.        Kendala Lembaga Pendidikan
a.         Pada Pendidika Anak Usia Dini (PAUD) ini yang sangat menjadi penghambat pada perubahan yang signifikan adalah dengan kurangnya lokal yang bisa memadai untuk anak usia dini, karena Lokan yang dipakai sat ini masih tergabung satu Lokal dengan Jenjang Pendidikan RA.
3.         Pada Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) ini adalah masih minimnya tenaga pendidik dan kependidikan yang lulus Strata Satu, sehingga ada kalanya masih kesulitan untuk memecahkan masalah yang timbul dari peserta didik.
4.         Pada pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ini yang menjadi suatu kendala pada potensi yang ada didalamnya adalah masih banyaknya tenaga pendidik yang tidak sesuai dengan frofesi yang diampuh atau tidak linier.
5.        Dari Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK) yang menjadi salah satu kendala pada potensi yang ada adalah kurangnya sarana pendukung terhadap jurusan yang ada di SMK, kurang liniernya tenaga pendidik dan kependikan yang diampuh pada mata pelajaran sehingga masih banyak yang merasa kesulitan dalam menghadapi masalah-masalah yang ada di mata pelajaran masing-masing, dan kurangnya pemantapan terlebih dahulu terhadap materi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sehingga banyak sekali peserta didik yang merasa sulit untuk menanggapi materi yang disampaikan dengan cerna.
Dari semua kendala-kendala yang terjadi dalam setiap tahapan diatas yang terpenting dalam masalah ini yaitu; masalah berkenaan dengan Pembiayaan atau keuangan yang sangat Minim sehingga pengadaan sarana dan Prasarana Santir ataupun Masalah perlengkapan Sarana Kelembagaan sangat terhambat, dan juga berpengaruh dengan daya belajar siswa/siswi.
3.        Kendala Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan hal yang urgen bagi dalam suatu pendidikan tidak terpenuhi, sarpras merupakan salah satu penunjang dalam suskesnya pendidikan baik formal maupun Nonformal. Yang terjadi pada PP. Miftahul Ulum ini sangat terbatasnya sarana perlengkapan belajar santri/siswa. Dikarenakan pembiayaan yang kurang memadai.
4.       Kendala Internal (Dari Anggota PKN)
a.       Menejemen waktu tiap-tiap anggota PKN yang berbeda
b.      Minimya skill mahasiswa dalam melakuakan sosialisai, baik dengan siswa atau guru.
c.          Sebagian mahasiswa belum maksimal memahami konsep Participatory, Action dan Research (PAR).
d.        Masih tingginya sifat egoisme antar anggota
5.         Kendala Eksternal (Dari Pondok Pesantren atau Lembaga Pendidikan)
a.         Terpenting Minimnya Pendanaan karena tidak adanya atau sangat sedikitnya pengembangan usaha.
b.        Beberapa Pengurus Pesantren atau Lembaga belum memahami metode yang digunakan oleh anggota PKN
c.         Minimnya komunikasi dari guru walaupun sudah didatangi ke kantor dalam artian “harus membuka bicara terus.”
e.         Kurang adanya keberanian untuk mengungkapkan suatu permasalahan
f.         Paradigma Pengurus Pondok ataupun lembaga cendrung menginginkan sesuatu yang instan, sehinggasulit untuk di ajakmelakuakan proses perubahan yang membutuhkan waktu dan kemampuan yang maksimal
g.        Ada salah satu guru yang sulit untuk diajak komunikasi
6.        Kendala Lain-lain
a.         Masih kurangnya kesadaran dan tidak adanya kekompakan masyarakat disekitar Pondok Pesantren.
b.        Waktu PKN yang singkat membuat kegiatan ini kurang maksimal
c.         Kerjasama  antara PKN dengan sebagian Pengurus yang mempunyai sifat egois sangat minim.




BAB V
REALISASI DAN EVALUASI PROGRAM
A.         Perencanaan
Beberapa rencana program yang telah disusun bersama Peserta PKN dan Pengasuh serta Dewan Pengasuh ada sekitar Delapan program yang menjadi skala prioritas yang akan dilaksanakan, ada bermacam-macam kategori program yang direncanakan bersama Pengasuh, Dewan Pengasuh dan peserta PKN yang memiliki kaitan terhadap permasalahan-permasalahan dan menjadikan  program tersebut sebagai suatu solusi adapun  program yang Delapan tersebut  adalah:
1.   Manajemen Pesantren dan Lembaga.
2.   cara cepat membaca kitab kuning
3.   Tartilul Qur’an
4.   Bela Diri (Pasopati)
5.   Kaligrafi
6.   Musik Rebana (Hadrah Al Banjari)
7.   Pembuatan Tempat Sampah Pondok, Papan Nama Pondok, Bank Data, Struktur, Pembuatan Pagar Pasarean , Pembuatan denah Arah Pondok, pembuatan Aksara tentang Kebersihan.
8.   Lomba Menggali Potensi Santri/Siswa Sekaligus Pengajian Umum.
B.          Pelaksanaan
1.         Managemen Pesantren dan Lembaga
Kata manajemen pesantren berasal dari bahasa yaitu management yang dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola.
sedangkan secara Termenologis menurut Davis (1976,hal.2) yang di kutip oleh mede pidarta terbagi kepada manajemen sebagai peranan dan manajemen sebagai tugas, hal ini memberi jalan untuk membedakan kedua istilah itu. Menejemen sebagai tugas ialah melaksanakan Fungsi-Fungsi menejemen, sementara itu salah satu menejemen sebagai peranan di sebutkanperan administrasi Eksekutif.
Peserta PKN Ke XXIII Berbasis PAR IAI Al-Kahairat Pamekasan kelompok X Telah Mengangkat Program Manajemen Pesantren atau Lembaga, program ini adalah program Unggulan kami yang mana program ini kami menemukan dari hasil observasi di Pondok Pesantren Miftahul Ulum dan juga merupakan permintaan khusus dari dewan pengasuh ingin membenahi dan melengkapi Administrasi pesantren maupun Lembaga, dengan adanya prgram ini pihak Pondok Pesantren sangat berapresiasi terhadap apa yang dilaksanan oleh peserta PKN karena memang sudah sepantasnya Pondok Pesantren yang sudah agak lama berdiri memiliki manajeman yang jelas.
2.            Cara Cepat Baca Kitab Kuning          
Sejak tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab-kitab klasik diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren yaitu mendidik calon-calon ulama’ yang setia terhadap paham Islam tradisional. Karena itu kitab-kitab Islam klasik merupakan bagian integral dari nilai dan paham pesantren yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Penyebutan kitab-kitab Islam klasik di dunia pesantren lebih populer dengan sebutan “kitab kuning”, tetapi asal usul istilah ini belum diketahui secara pasti. Mungkin penyebutan istilah tersebut guna membatasi dengan tahun karangan atau disebabkan warna kertas dari kitab tersebut berwarna kuning, tetapi argumentasi ini kurang tepat sebab pada saat ini kitab-kitab Islam klasik sudah banyak dicetak dengan kertas putih.
Kitab-kitab Islam klasik adalah kepustakaan dan pegangan para Kyai di pesantren. Keberadaannya tidaklah dapat dipisahkan dengan Kyai di pesantren. Kitab-kitab Islam klasik merupakan modifikasi nilai-nilai ajaran Islam, sedangkan Kyai merupakan personifikasi dari nilai-nilai itu. Di sisi lain keharusan Kyai di samping tumbuh disebabkan kekuatan-kekuatan mistik yang juga karena kemampuannya menguasai kitab-kitab Islam klasik.
Dengan demikian, pengajaran kitab-kitab Islam klasik merupakan hal utama di pesantren guna mencetak alumnus yang menguasai pengetahuan tentang Islam bahkan diharapkan di antaranya dapat menjadi Kyai.
Maka dari itu Kmi selaku Peserta PKN Kelompok X mengadakan program yang Sehubungan dengan salah satu hasil dari wawancara dengan Dewan Pengasuh, yang mengatakan bahwa santri yang ada di Pondok ini masih minim sekali pemahamannya terhadap membaca kitab kuning, maka  Dalam program ini kami menghidupkan program Baca kitab yang asalnya ini memang keinginan dewan pengasuh namun belum terealisasi, untuk itu kami berinisiatif untuk melaksanaknnya dan program ini diberi nama “NUBDAH”  Adapun kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 01 Agusus 2018 setiap Malam saat Jam Belajar.
3.            Tartilul Qur’an
IMG_20180801_182230Al-qur’an merupakan ilmu yang wajib dipelajari dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan menuju hidup yang sempurna. Salah satu termasuk keahlian dan kewajiban seorang santri paham dalam membaca al-Qur’an dengan baik dan sempurna, karena sangat miris sekali apabila alumni pondok pesantren lemah dalam membaca Al-Qur’an.
Untuk itu kami dalam sosialisasi perumusan program PKN dengan dewan pengasuh untuk mengadakan program Baca Al-Qur’an meliputi; pemahaman Maharijul Khuruf, Lagu-lagu tartil dan Ilmu Tajwid yang dilaksanakan setiap selesai shalat Magrib dan dilanjutkan setelah Isya’ saat Jam Belajar sebagai salah satu Program Peserta PKN.
4.             Bela Diri (Pasopati)
20180729_22242620180729_222457Menteri Agama, Suryadharma Ali mengatakan pencak silat akan menjadi bagian dari pembelajaran wajib di madrasah dan Pondok Pesantren seluruh Indonesia dalam satu tahun ke depan. Pasalnya, saat ini pencak silat yang merupakan unsur bela diri tradisional bangsa tidak banyak dipelajari anak muda Indonesia dan lebih memilih seni bela diri dari luar negeri.
“Dalam tradisi yang berkembang, pencak silat bukan hanya mengajarkan seni dan beladiri saja, namun juga penguatan akhlak anak didik,” ujarnya dalam acara peluncuran pencak silat sebagai pembelajaran di madrasah dan Pondok Pesantren di Serang Banten, Sabtu (21/9/2013).
Ia mengemukakan dahulu santri yang ingin belajar pencak silat memiliki persyaratan agama yang ketat. Mereka dilarang keras melakukan kegiatan maksiat atau hal-hal yang dilarang agama, termasuk dilarang berlaku sombong. Ini menunjukkan pendidikan akhlak bagi setiap para pesilat. Karenanya, lanjut Menag, silat memiliki pendidikan akhlak yang tinggi, yang tidak ada diajarkan pada setiap beladiri dan olahraga lain saat ini.
“Disinilah pentingnya madrasah dan pesantren sebagai Pondok Pesantren pendidikan agama, menguatkan kembali pembelajaran silat,” ujarnya.
Saat ini, lanjut dia, baru madrasah dan pesantren di Banten saja yang sudah diwajibkan pembelajaran silat. Namun, satu tahun ke depan pihaknya menargetkan seluruh madrasah dan pesantren sudah menjadikan silat sebagai pembelajaran wajib Selanjutnya berhubungan dengan santri yang mayoritas hobbi terhadap kesenian, maka kami juga mengadakan kegiatan yang sifatnya Kesenian yakni dengan mengadakan Bela Diri, Bela Diri yang diajarkan ini adalah salah satu aliran Pagar Nusa yang diberi nama Pasopati. Dengan pengajuan angket untuk kemudian diceklist kepada santri yang berminat ternyata kegiatan ini banyak peminatnya, sehingga kegiatan digelar bersamaan dengan Program Kutubiyah diatas, Namun hanya saja kegiatan dilaksanakan tiga kali dalam satu minggu.
5.             Musik Rebana (Hadrah Al Banjari)
IMG_20180730_192234Musik rebana merupakan salah satu dari sekian banyak seni tradisional yang ada di berbagai daerah Indonesia yang bernafaskan keislaman. Seni rebana mengandung nilai-nilai religius, etika, dan norma ajaran yang diduga dapat menjadi salah satu alternatif untuk membantu mengatasi krisis moral bangsa Indonesia dewasa ini. Seni rebana tidak hanya dilestarikan oleh komunitas pendukungnya di pesantren, melainkan juga telah dikembangkan menjadi seni komersial yang mampu memberikan kontribusi bagi kelangsungan hidup pendukungnya, baik secara sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Dengan kemanfaatan tersebut, maka sangatlah krusial musik rebana dipertimbangkan untuk menjadi salah satu materi pembelajarn seni di sekolah umum.
Untuk mengoptimalkan fungsi musik rebana dalam dunia pendidikan, diperlukan pemahaman yang menyeluruh. Sekurang-kurangnya mencakup pemahaman terhadap makna-makna simbolik pada musik rebana, refleksi nilai-nilai dari musikalitas, dan perumusan metode pengajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan bagi peserta didik. Program Rebana ini Memang sudah ada dan terlaksana di PP. Miftahul Ulum dan dari peserta PKN hanya memberikan pembinaan lebih lanjut dan pembenahan dalam kegiatan Al-Banjari ,Adapun kegiatan ini dilaksanakan 2 kali dalam satu minggu setiap malam Selasa dan Jum’at.
6.             Pembuatan Tempat Sampah, Papan Nama Pondok Pesantren, Bank Data,Struktur, Pembuatan Pagar Pasarean , Pembuatan denah Arah Pondok, pembuatan Aksara tentang Kebersihan.
Program ini adalah program yang sifatnya hanya ingin melengkapi sebagian Inventaris yang sangat dibutuhkan oleh orang banyak, baik itu inventaris pondok maupun inventaris Mushalla Maupun Kelas. 
IMG_20180818_112550IMG_20180815_134500Salah satu kegiatan yang kami laksanakan dalam melengkapi inventarisasi Pondok Pesantren, yaitu dengan membuat Tempat sampah untuk halaman pondok putra. Ada lagi yang menjadi program kami yaitu kami membuat Papan nama Pondok Pesantren dengan tujuan salah satunya adalah untuk memberitahukan kepada semua orang bahwa di desa Bicorong bertempat di dusun Padukoan ini ada Pondok Pesantren yang bernama Miftahul Ulum. Oleh karena itu, papan nama tersebut kami sengaja diletakkan di pinggir jalan raya.
Selanjutnya selain dari itu, kami membuat Aksara Tentang Kedisiplinan dan kebersiha serta Kesopanan dengan dilakukan diposko kami, hal ini merupakan salah satu kegiatan tambahan yang merujuk pada kebutuhan Pondok Pesantren serta sebagai Peringatan Pada semua santri pada khususnya.
IMG_20180803_084059Dan selanjutnya pembuatan tempat Sampah dan Sapu Lidi sebagai perlengkapan dan sarana kebersihan lingkungan PP. Miftahul Ulum agar tercipta lingkungan yang bersih dan Indah.
IMG_20180807_150409Dan juga pembuatan pagar Pasarean (Makam) Umum Masayrakat Padukoan agar masayarakat dapat membedakan mana pemakaman keluarga PP. Miftahul Ulum dan masayrakat sekitanya.

C.                Evaluasi Program
Dari program yang telah dilaksanakan tersebut, anggota PKN kelompok  X melakukan evaluasi dari berbagi eleman terkait program yang telah dilaksanakan mulai dari Kepengurusan Pesantren Maupun Lembaga, santri/ siswa, guru, kepala sekolah. Ternyata program yang kami laksanakan membuahkan hasil diantaranya mulai adanya sifat kesadaran akan lingkungan bersih, kesopanan, kedisiplinan dalam diri Santri Khususnya, Pengelola/pengurus pendidikanguru, ini ditandai dengan Kebersihan Lingkungan, meningkatnya kesopanan santri dan bagi guru sedikit menyadari akan tanggung jawabnya  serta nilai kepribadian guru sebagai pendidik sudah mulai muncul. Bagi pengurus/.pengelola Pendidikan baik pesantren maupun Lembaga mulai bermunculan dengan dimulai dari perlengkapan administrasi kelembagaan serta administrasi pesantren.
Akan tetapi ketika melakukan evaluasi pada siswa, ternyata masih ada siswa yang belum berubah. Yang menjadi tolak ukur kami adalah sikap keseharian siswa ketika sekolah ataupun  tidak yaitu  tetap seperti biasa. Evaluasi yang kami lakukan kurang begitu maksimal, ini disebabkan  waktu yang singkat yaitu hanya satu bulan.



D.          Program Pendekatan dengan Pengurus Pesantren maupun Lembaga
Disamping beberapa program tersebut, ada beberapa program yang dilakukan oleh anggota PKN kelompok X sebagai pendekatan dengan Pesantren dan Lembaga Pendidikan , adapun  program  tersebut adalah meliputi:
1.       Membersihkan lingkungan, mushalla dan halaman sekolah.
2.       Membantu mengajar PAUD, RA, MI, SMP, SMK, MD Ula, Wustho dan Ulya
3.       Membantu mengajar Al-Quran
4.       Membuat papan nama Pondok Pesantren
5.       Membuat Aksara Tentang Kebersihan, Kedisiplinan serta Motivasi semangat belajar di berbagai penjuru Pesantren dan Lembaga.
6.       Membuat Sarana Kebersihan
7.       Membuat Pagar Pasarean (Makam)
E.               Identifikasi Hasil
Dari beberapa program yang dilaksanakan berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi Pondok Pesantren Khusunya masalah santri serta Program, anggota PKN berhasil melakukan  identifikasi hasil terkait perubahan perilaku santri dan pengurus Pendidikan yang mulai membenahi bagian tata usaha yang dimulai dari pembenahan administrasi. Hal ini bisa dilihat kedisiplinan dan kesadaran yang mulai tumbuh dari santri maupun pengurus/pengelola Pendidikan Tetapi masih ada juga di setiap tingkatan belum ada perubahan yang signifikan dan seperti biasa sering tidak ada guru yang masuk, alasannya karena masih ada anggota PKN yang bisa menggantikannya. Padahal itu merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan karena ada anggota  PKN. Dan juga dengan adanya peserta PKN pengasuh sangat mengapresiasi keberadaan kami rekan PKN, karena kata beliau mampu merubah kesadaran santri, pengurus, serta masyarakat bahwa betapa pentingnya pendidikan itu.





BAB V
PENUTUP

A.                    Kesimpulan
Dari semua pemaparan di atas, bisa disimpulkan bahwa permaslahan yang dihadapi oleh Yayasan Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum (berdasarkan skala prioritas) adalah yang terpenting masalah  minimnya pendanaan untuk berbagai pembenahan Sarana dan Prasarana, kurang tertatanya manajemen kelembagaan khusunya, apatisme yang masih tinggi, standar pendidikan yang masih belum mempuni, dan kurangnya kesadaran pengelola pendidikan tentang fungsi dan tanggung jawabnya. Selain itu masih ada beberapa permasalahan yang sudah kami identifikasi namun tidak sempat kami laksanakan, karena minimnya waktu dan keterbatasan kemampuan kami.
Adapun yang sudah kami identifikasi namun belum sempat kami pecahkan tentang penglolaan koperasi pesantren.  Karena hasil pantauan kami masih banyak yang perlu benahi dari koperasi pesantren terutama di sektor pengelolaan serta miknisme dalam dunia koperasi.
Dari  semua  yang  para  peserta  PKN  PAR  Kelompok X  telah  lakukan  ditempat pengabdian,  PP. Miftahul Ulum,  mulai  dari  proses  perkenalan,  penelitian hingga aksi  yang  dilakukan,  bahwa  proses  penerapan  PAR  itu  akan  sangat  membantu apabila mendapat  dukungan  penuh  dari  berbagai  pihak.  Karena  partisipasi  dari  semua pihak, khususnya pengurus lembaga dan semua peserta PKN adalah poin terpenting   yang harus sangat  diperhatikan  dalam  melakukan  aksi  dari  penelitian.  Selain  itu  kekompakan
dari semua  peserta  juga  sangat  menentukan  keberhasilannya.  kemudian  agar kemanfaatannya bisa  terus-menerus  dirasakan  oleh  banyak  pihak  khususnya  para pengurus/ pengelola pendidikan yang diteliti,  pihak  Pondok Pesatren khususnya pengasuh dan dewan pengasuh   yang  memiliki  peran  penting  di Pondok Pesantren  tersebut  harus  diikutkan sepenuhnya.  Karena  walau  bagaimanapun  merekalah yang  berwenang  terhadap  program yang  dibentuk  oleh  peserta  PKN.  Kalaupun  peserta
PKN  semangat,  tapi  ketika  peserta PKN  keluar  dari  pihak  lembaga  tidak  ada  tindak lanjut  yang  serius,  maka  apa  yang  telah direncakan tentunya tidak cukup berpengaruh baik.
B.             Rekomendasi
1.      Kepada Panitia PKN
a.     Panitia  PKN  harus  memberikan  pembinaan  secara  intensif  kepada  semua peserta PKN  yang  akan  melakukan pengabdian, karena ternyata  apa  yang ada di tempat PKN banyak tidak ada pelajarannya di kampus secara akademik.
b.     Penjelasan  tentang  konsep  PAR  terhadap  peserta  PKN  harus  dilakukan  jauh-         jauh  harus  sebelum  keberangkatan,  agar  mereka  bisa  belajar  lebih  banyak            sebelum terjun ke lapangan.
c.       Pembinaan dan pengawasan terhadap peserta PKN di tempatnya oleh DPL dan LP3M juga harus dilakukan secara intensif, sehingga semua anggota kelompok         tidak lalai dan benar-benar terarah dalam melakukan aksi.
d.     Tranparansi dana PKN yang sudah di keluarkan oleh mahasiswa.
2.      Kepada Pihak Pondok Pesantren
a.    Semua program yang dibentuk diharap untuk selalu diawasi dan ditindak lanjuti serta tidak dibiarkan lenyap  begitu  saja  meskipun  peserta  PKN  telah meninggalkan tempat.
3.      Kepada Pihak Lembaga Pendidikan Islam
b.    Menertibkan manajemen lembaga.
c.    Meningkatkan kualitas tenaga pendidik.
d.   Membenahi sarana dan prasarana
4.      Kepada Guru dan Pengelola Pendidikan
a.    Lebih meningkatkan kedisiplinan.
b.    Meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab
c.    Peningkatan Pengelolaan menuju lebuh baik
5.      Kepada Santri/Siswa
a.    Taatilah peraturan yang ada di Pondok Pesantren maupun lembaga.
b.    Belajarlah dengan giat karena masa depan ada di tangan kalian.
c.     Belajarlah disiplin waktu sejak dini

BIOGRAFI PESERTA
PKN XXIII BERBASIS PAR 2018 POSKO X
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL-KHAIRAT PAMEKASAN

NAMA          : IMAM BUKHORI
ALAMAT     : Bulangan Haji Pegantenan Pamekasan
TETALA       : Bangka Belitung, 20 Januari 1996
NIM              : 2015762000269
BIDANG       : Administrasi Kesekretariatan


20180728_111328
NAMA          : NOR KHALIS
ALAMAT     : Bulangan Haji Pegantenan Pamekasan
TETALA       : Pamekasan, 06 Juli 1995
NIM              : 2015762000302
BIDANG       : Ketua Kelompok


NAMA          : AGUS SAERI
ALAMAT     : Klampes Bangkalan
TETALA       : Samarinda, 21 Oktober 1995
NIM              : 2015762000253
BIDANG       : Wakil Ketua



IMG_20180817_152126
NAMA          : MOH. RIFA’I
ALAMAT     : Bajang Pakong Pamekasan
TETALA       : Pamekasan, 12 Juni 1995
NIM              : 2015762000287
BIDANG       : Bendahara



BIOGRAFI PESERTA
PKN XXIII BERBASIS PAR 2018 POSKO X
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL-KHAIRAT PAMEKASAN
IMG_20180815_124616
NAMA          : HERI IRAWAN
ALAMAT     : Sokobanah Sampang
TETALA       : Sampang, 13 Juni 1995
NIM              : 2015762000361
BIDANG       : Sekretaris Umum



IMG_20180815_123327

NAMA          : SAMSUL ARIFIN
ALAMAT     : Tamberu Daya Sokobanah Sampang
TETALA       : Sampang, 19 Oktober 1993
NIM              : 2015762000310
BIDANG       : Pubdekdok



IMG-20180822-WA0066
NAMA          : MOH GHAZALI
ALAMAT     : Bujur Timur BatuMarmar Pamekasan
TETALA       : Pamekasan,12 Oktober 1995
NIM              : 2015762000279
BIDANG       : Humas



IMG-20180821-WA0004

NAMA          : SYAFIUDDIN
ALAMAT     : Konang Bangkalan
TETALA       : Bangkalan, 02 September 1997
NIM              : 2015762000322
BIDANG       : Humas

BIOGRAFI PESERTA
PKN XXIII BERBASIS PAR 2018 POSKO X
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL-KHAIRAT PAMEKASAN
IMG_20180807_144602
NAMA          : SAYUTI
ALAMAT     : Kadur Pamekasan
TETALA       : Pamekasan, 05 Januari 1993
NIM              : 2015762000311
BIDANG       : Koordinator Lapangan


IMG-20180822-WA0023

NAMA          : HAMIM WAHYUDI
ALAMAT     : Bujur Tengah Batumarmar Pameakasan
TETALA       : Pamekasan, 12 Desember 1996
NIM              : 2015762000266
BIDANG       : Koordinator Lapangan



20180815_124737
NAMA          : UMAR HADI
ALAMAT     : Kedungdung  Sampang
TETALA       : Surabaya, 10 Juni 1994
NIM              : 2015762000325
BIDANG       : Perlengkapan




IMG_20180818_132445

NAMA          : AHMAD MAIMUN
ALAMAT     : Cen Lecen Pakong Pamekasan
TETALA       : Pamekasan, 04 Juli 1995
NIM              : 2015762000256
BIDANG       : Perlengkapan

BIOGRAFI PESERTA
PKN XXIII BERBASIS PAR 2018 POSKO X
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AL-KHAIRAT PAMEKASAN


NAMA          : SUMHARI
ALAMAT     : Karang Penang Oloh Sampang
TETALA       : Sampang, 08 Agustus 1995
NIM              : 2015762000318
BIDANG       : Keamanan



IMG_20180815_183049
NAMA          : KHUSNOL ROFIK
ALAMAT     : Karang Sokon Guluk-Guluk Sumnenep
TETALA       : Sumenep, 16 Mei 1996
NIM              : 2015762000318
BIDANG       : Keamanan




IMG-20180822-WA0072

NAMA          : GHAZALI
ALAMAT     : Ketapang Sampang
TETALA       : Sampang, 21 Juli 1996
NIM              : 2015762000265
BIDANG       : Konsumsi




20180817_151805
NAMA          : MOH. BASHORI
ALAMAT     : Cenlecen Pakong Pamekasan
TETALA       : Pamekasan, 06 Juli 1996
NIM              : 2015762000285
BIDANG       : Konsumsi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar