Jumat, 07 September 2018

BAB III. LAPORAN AKHIR PKN XXIII POSKO X 2018


BAB III
DESKRIPSI UMUM DAN PROBLEMATIKA
YAYASAN AL-MUARRAF PP. MIFTAHUL ULUM

A.      Deskripsi Pondok Pesantren
1.         Sejarah dan Letak Geografis PP. Miftahul Ulum
  Pondok Pesantren Miftahul Ulum Merupakan salah atu Pondok Pesantren yang terletak di Dusun Padukoan Desa Bicorong Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan, Nama Padukoan diambil dari istilah orang dahulu yaitu “Tempat Perguruan” kalau sekarang dapat di Istilahkan dengan “Tempat Menimba Ilmu”. dan padukoan juga merupakan salah satu tempat yang pada pada masa belanda menjadi target pencarian orang-orang Belanda selain Dusun. Banyuanyar, Dusun. Bata-Bata. Jadi PP. Miftahul Ulum dengan nama Yayasan Al-Muarraf ini berdiri mulai -+ Tahun 50_an masih ada hubungan darah dengan “KIAI. ISBAT” pengasuh PP. Banyuanyar. PP. Miftahul Ulum pada saat itu masih berupa sebuah tempat kecil yang hanya cukup beberapa orang untuk belajar, dalam istilah bahasa madura “ Langgeran”.
Namun setelah beberapa tahun kemudian  tepatnya -+ Tahun 60_an PP. Miftahul Ulum mendirikan Madrasah Diniyah (MD) dimana suatu jenjang pendidikan yang fokusnya pada Ilmu Keagaan, kemudian lembat laun berkembang semakin maju, PP. Miftahul Ulum pada Tahun -+ 80_an membuka jenjang Pembelajaran PAUD (Pendidikan Usia Dini) dimana untuk menampung semua anak-anak untuk belajar berbagai macam ilmu. kemudian -+ pada tahun  90_an membuka jenjang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang mana selain ada sarana untuk belajar keagamaan di PP. Miftahul Ulum juga Pondok Pesantren tidak ingin ketinggalan dari perkembangan zaman, PP. Mifathul Ulum juga ingin terjangkau dan diakui oleh Aparat pemerintahan.
Kemudian PP. Miftahul Ulum dengan jangka waktu dan mampu bertahan dalam dunia pendidikan akhirnya mampu membuka jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada Tahun 2005 diberi nama SMP Al-Muarraf yang pada saat ini menjadi kepala sekolah yaitu; Drs.H. ACHMAD DJUNAIDI , dan pada Tahun 2010 juga mampu membuka jenjang pendidikan Sekolah menengah Kejuruan (SMK) diberi nama SMK Al-Muarraf dan yang menjadi kepala sekolah pada saat ini yaitu; ALI WAFA, S.Pd. serta sudah mendapat Nilai Akreditasi B. Kemudian Setiap jenjang pendidikan Mulai dari PAUD hingga SMK sampai pada tahun ini yang menjadi pengasuh yaitu; KH. ACH MUZAMMIL.
Dalam penulisan Sejarah dan letak Geografis PP. Miftahul Ulum Ini, mungkin tidak terlalu Sempurna karena sesuai dengan dauh Pengasuh KH. ACH MUZAMMIL. “saya kurang begitu tahu dan tidak berani menetapkan berapa tahun dan pada tahun berapa PP. Miftahul Ulum ini berdiri setiap jenjang pada tahun berapa berdirinya, karena sebelum saya ada disini semua pendidikan yang ada pada saat ini sudah terealisasi, jadi saya memakai perkiraan saja. Dan juga sebetulnya masih ada yang lebih tahu dengan Kongkrit tentang sejarah PP. Miftahul Ulum ini.” Jadi penulisan ini hanya sekilas saja. Dan sesuai saran dan pesan Beliau “ kalau mau cari yang lebih Kongkrit/ Mumtaz yang tahu tempatnya Jauh. Jadi tulis apa adanya dulu.”
2.         Peta Demokratis
letak Keberadaan Yayasan Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum dapat digambarkan dalam bentuk  Diagram Ven, dengan Gambaran sebagai berikut;
Reserved: Masjid 













Adapun jumlah Robel (Rombongan Belajar) dari masing-masing jenjang pendidikan yang ada dibawah naugan Yayasan Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum Padukoan Bicorong Pakong Pamekasan baik santri Colokan Maupun yang Aktif sebanyak 291/Orang dengan rincian sebagai berikut;
NO
ROMBEL
IDENTITAS
JUMLAH
Laki-Laki
Perempuan
1.       
PAUD
4
5
9
2.       
RA
10
9
19
3.       
MI
25
25
50
4.       
SMP
18
26
44
5.       
SMK
15
22
37
6.       
MD ULA
44
54
98
7.       
WUSTHO
8
19
27
8.       
ULYA
3
4
7
Jumlah
127
164
291

Melihat data di atas dapat dilihat bahwa dengan jumlah peserta didik yang ada dibawah Naungan PP. Miftahul Ulum ini didominasi oleh perempuan dari pada jumlah laki-laki. Sedangkan untuk mengetahui asal sensus siswa Rata-Rata dari lingkungan Pondok Pesantren, namun ada Juga sebagian yang dari kecamatan Lain seperti Waru Pamekasan.
sedangkan Jumlah personil Guru dan Pegawai yang berada dibawah naugan Yayasan Al-Muarraf PP.Miftahul Ulum dari semua jenjang pendidikan mulai dari Paud sampai dengan SMK sebanyak 83/ Orang dengan rincian sebagai berikut;
NO
NAMA  GURU
IDENTITAS
JUMLAH
LAKI-LAKI
PERAMPUAN
1.        
PAUD
-
3
3
2.        
RA
-
4
4
3.        
MI
10
5
15
4.        
SMP
11
3
14
5.        
SMK
13
4
17
6.        
MD ULA
19
-
19
7.        
WUSTHO
6
-
6
8.        
ULYA
5
-
5
JUMLAH
64
19
83

a.         Bidang Kepesantrenan
Dalam bebeapa pesantren perlu diterapkan sistem kepemimpinan multi leader. misalnya ada pesantren yang menerapkan pola dua pemimpin yakni urusan luar kepesantrenan dan pimpinan bidang kepesantrenan sehingga terdapat pimpimnan umum yang di pengang oleh seorang kiyai dan pimpinan harian yang mengurusi kegiata praktis mengenai kependidikan dan sebagainya. Dengan model kepemimpinan kolektif pesantren bisa menjadi Pondok Pesantren modern yang kelangsungannya tidak tergantung pada seorang kiyai sebagai pemimpin tertinggi lagi tunggal. Bila kiyai meninggal tongkat kepemimpinan bisa dilanjutkan oelh pemimpin lainnya.
Upaya menerapkan model kepmimpinan kolektif dalam majemen pesantren merupakan suatu ikhtiar pembinaan pesantren sakaligus salah satu jawaban dari problem kepmimpinan tersebut. Disamping itu, model kepemimpinan menyebabkan kiyai bisa membagi tugas kepada wakilnya sesuai keahlian yang dimilikinya mikanisme kepemimpinan memiliki beberapa keuntungan antara lain: meringankan beban lain sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan dan masa depan Pesantren, adanya Interaksi saling menerima dan memberi dan menumbuhkan suasana demokratis.
Sekarang ini, dalam beberapa Pesantren memang terjadi perubahan mekanisme suksesi yang cukup signifikan. Kini kepemimpinan telah ditentukan oleh kalangan Pesantren sendiri atau dari luar Pesantren yang akan berimpilikasi pada sifat dasar, ruang lingkup dan bentuk kepemimpinan Pesantren yang unik. Dengan perubahan kecendrungan ini kiyai dan keluarganya harus bersikap realistis dan sportif dalam pengangkatan pemimpin berikutnya. Kursi kepemimpinan akan diduduki oleh orang yang layak, meskipun dari luar keluarga inti kiyai itu sendiri ini berati Parameter kepemimpinan seseorang bisa memduduki posisi pemimpin Pesantren adalah kapabilitas, kapasitas, dan kompetensi. Putra mahkota tidak lagi menjadi ukuran utama kecuali dia memiliki kemampuan yang memadai.
Berbicara masalah pesantren. Dan mengenai kegiatan santri dan Masalah Program Kelembagaan, kata dewan Pengasuh (RKH. ALI MUFTI) orang yang sangat berperan aktif dalam kegiatan kepesantrenan ini biasanya santri sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ataupun program yang sudah Tertata yang cukup baik, seperti kegiatan berjemaah, mengaji al-qur’an dan mengaji kitab kuning.
Adapun fasilitas ibadah dan tempat ngaji yang ada di PP. Miftahul Ulum adalah dibangunnya mushalla. Dimana mushalla tersebut ada dua yaitu mushalla putra dan mushalla putri, yang teletak didepan Aula PP. Miftahul Ulum untuk santri putra dan di disebelah Utara pondok putri untuk santri putri. Dari hasil observasi lapangan, mushlla hanya digunakan untuk shalat jama’ah, mengaji al-qur’an dan mengaji kitap kuning. Karena sehubungan dengan adanya masjid yang ada di sebelah selatan PP. Miftahul Ulum, maka mushalla tersebut tidak ramai didatangi oleh warga sekitar untuk shalat berjemaah. Oleh karena itu, mushalla tersebut hanya khusus santri.
b.        Bidang Lembaga Pendidikan
Kekuatan pendidikan Pesantren masih diterima sebagai pendidikan alternatif lamanya waktu pertumbuhan dan perkembangan Islam Indonesia serta berhasilnya proses Da’wah mempertahankan kesepakatan bahwa Pondok Pesantren pendidikan Islam Indonesia masih perlu ditingkatkan dari tahun ketahun. Disamping itu keterbatasan tempat dan kurang cerahnya harapan lulusan sekolah umum menolong kedudukan Pondok Pesantren pendidikan Islam, untuk selalu dapat melaksanakan program studinya, baik secara menyeluruh maupun secara terbatas seperti Pesantren intensif yang dilakukan oleh beberapa minggu.
Kuantitas Pendidikan Pesantren memiliki jumlah yang lebih besar dari pada Pondok Pesantren Pendidikan umum lintasan sejarah pengembangan Islam di Indonesia memberi kessempatan berdirinya Pondok Pesantren sejalan dengan struktur menyebaran umat diseluruh tanah air.
Keterkaitan psikologis orang tua Muslim dengan Pondok Pesantren, hususnya Pondok Pesantren Pendidikan Agama masih kuat. Adanya tradisi Keagamaan dan kepemimpinan (Informal) pada Pesantren yang merupakan potensi Nasional untuk pembangunan, hususnya pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang menjadi Tujuan Pendidikan Nasioanal tidak dapat dipungkiri bahwa pejuang-pejuang Islam merintis gerakan Modern dan gerakan kemerdekaan, merekapun menempati panggung kepemimpinan Informal ummatnya, baik itu dimasa kemerdekaan maupun akhirnya kepemimpinan mereka diakui sebagai sesuatu yang turut mempengaruhi keterlibatan ummat didalam pembangunan.
Berbicara peserta didik di PP. Miftahul Ulum Padukoan desa Bicorong bisa dikatakan dari segi pendidikan masih tergolong sangat rendah. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata hanya sampai tingkat SMK. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta didik yang ada pada tabel diatas. Sedangkan alumni yang lulusan SMK hanya ada Sebagian orang yang sedang melanjutkan ke perguruan tinggi. Disamping Itu dalam Pondok Pesantren Ini menerapkan Identitas Kesalafannya yang sangat Kuat.
Dari data tersebut, jelas sekali bahwa dalam hal pendidikan PP. Miftahul Ulum Padukoan desa Bicorong masih tertinggal. Padahal menurut sebagian warga masyarakat, sebenarnya daya pikir peseta didik tidak terlalu rendah jika peserta didik ini menempuh pendidikan di luar wilayah.
Adapun fasilitas pendidikan di PP. An-Nidhamiyah sampai saat ini hanya terdapat 16 rombel yaitu satu gedung Paud & RA dengan Lokal yang berdempetan, Enam unit gedung MI/MD, SMP tiga unit gedung, dan SMK tiga unit gedung. Sementara jumlah anak-anak yang menempuh pendidikan di PP. Miftahul Ulum adalah paud berjumlah  9/orang  yang terdiri dari laki-laki 4 orang dan 6 orang perempuan, RA/ 19/Orang yang terdiri dari  10 Laki-Laki dan 9 Perempuan, Untuk MI berjumlah 50 orang yang terdiri 25 orang Laki-Laki dan 25 orang Perempuan. Untuk MD berjumlah 98 orang yang terdiri Laki-Laki 44 Orang dan 54 orang Perempuan. Untuk Tingkat SMP sebanyak  44 orang yang terdiri 18/orang Laki-Laki dan 26/orang Perempuan. Sementara untuk SMK sebanyak 37 orang yang terdiri dari 15/orang Laki-Laki dan 22/ orang Perempuan. Untuk MD Wustho Sebanyak  27 Orang yang terdiri dari 8 orang Laki-Laki dan 19 orang Perempuan, Untuk MD Ulya sebanyak 7 Orang Yang terdiri dari 3 orang Laki-Laki dan 4 orang Perempuan.
Akan tetapi setelah sebagian besar peserta didik yang lulus dari PP. Miftahul Ulum jarang sekali yang melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi. Mereka lebih memilih bekerja dari pada menjadi pelajar. Hal ini dikarenakan Paradigma berpikir peserta didik tentang pentingnya pendidikan sangat minim. Apalagi yang berkenaan dengan masalah Ekonomi yang dijadikan alasan tidak Bisa melanjutkan Studi ke Jenjang Perguruan Tinggi.
c.         Bidang Pengembangan Usaha
20180820_080650Kalau dilihat dari fasilitas yang ada di PP. Miftahul Ulum masalah pengembangan usaha sangat minim sekali, karena disamping tempatnya terpencil dan jauh dari jangkauan masyarakat serta memang pihak Pondok Pesantren tidak begitu antusias untuk mengembangkan fasilitas yang ada, kerana Basisnya Salafiyah, sehingga sampai sekarang pengembangan usaha hanya didapat dari Kopontren yang Konsumennya hanya dari kalangan Santri san santriwati.
B.       Problematika Umum Pondok Pesantren
Setelah Kami mengamati dan melakukan Observasi, banyak hal yang perlu diperhatikan dan dipecahkan ;
1.         Masalah Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam perspektif sejarah, Pondok Pesantren pendidikan yang terutama berbasis di pedesaan ini telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, sejak sekitar abad ke-18. bahkan ada yang mengatakan sejak abad ke-13. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya tempat-tempat pengajian. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri), yang kemudian disebut pesantren. Pesantren pertama didirikan oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim. Meskipun bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pendidikan pesantren merupakan satu-satunya Pondok Pesantren pendidikan yang terstruktur. Sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi. Di Pondok Pesantren inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam, khususnya menyangkut praktek kehidupan keagamaan.
Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan Pondok Pesantren dalam hubunganya dengan peningkatankualitas sumberdaya manusia (human resource) merupakaan berita aktual dalam arus perbincanggan kepesantrenan kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:
1.      Potensi pendidikan. 
2.      Penggembangan masyarakat.
Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisitem pendidikan Pondok Pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal dengan Sunan Ampel.Terkait denggan sistem pengelolaan Pondok Pesantren dalam interaksinya denggan perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi, kalangan internal pesantren sendiri sudah mulai melakukan pembenahan salah satu bentuknya adalah pengelolaan Pondok Pesantren formal sekolahan mulai tingkat SD/MI, sampai perguruan tinggi, di lingkungan pesantren dengan menawarkan perpaduan kurikulum keagamaan dan umum sertaperangkat keterampila yang dirancang secara systematic dan itegralistik.
Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrsah Aliyah Program Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di kembangkan pesantrenpun cukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat. Sebab ada semacam jaminan keunggulan out put yang siap bersaing dalam kehidupan sosial. Dan pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya masih sangat diharapkan menjadi penopong berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia yang ditandai banyak sekarang pesantren yang ada pendidikannya berupa formal dan tentunya non formal juga.
Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem pendidikanya dengan menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain terpaku pada sistem pengajaran klasik (wetonan,bandongan) dan materi kitab-kitab kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern. Modifikasi pendidikan pesantren semacam ini telah di eksperimentasikan oleh beberapa Pondok Pesantren seperti Darussalam (Gontor) dan Pesantren al-Amin (Madura). Serta banyak Pesantren lainnya.
Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan sistem pendidikannya dengan cara memperluas cankupan wilayah garapan, masih banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional dan konvensional denggan membatasi diri pada penggajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral keagamaan semata.
Pesantren model pure klasik atau salafi ini memang unggul dalam melahirkan santri yang memiliki kesalehan, kemandirian, dan penguasaan terhadap ilmu-ilmu ke-Islaman. Kelemahanya, out put pendidikan pure salaf kurang kompetitif dalam percaturan persaingan kehidupan modern. Padahal tuntutan kehidupan global menghendaki kualitas sumberdaya manusia terdidik dan keahlian di dalam bidangnya. Realitas out put pesantren yang memiliki sumber daya manusia kurang kompetetif inilah yang kerap menjadikannya termaginalisasi dan kalah bersaing dengan out put pendidikan formal baik agama maupun umum.
Penyebaran yang luas dengan keanekaragaman karakteristik yang dimiliki pesantren saat ini di semua wilayah Indonesia menjadi potensi luar biasa dalam percepatan pembanggunan di daerah-daerah. Jika upaya maksimal ini dilakukan oleh pemerintah secara tepat bukan tidak mungkin kedepan bukan tidak mungkin akan menjadi lahan subur penyemaian bibit-bibit unggul manusia Indonesia. Jika melihat keadaan ini tampaknya akselerasi pendidikan dan pengelolaan masyarakat di pesantren optomis bisa berjalan, namun bagaimanapun program-program ini tergantung pada penerimaan kyai di pesantren sendiri, maupun pengurus pesantren sebab pesantren memiliki kemandirian (otonomi) yang relative besar juga memiliki basis konstituen yang relative solid di mayarakat dan sumberdaya lokal yang kuat.
Sehingga intervensi dari luar akan cenderung kurang efektif. Hal ini menjadi tantangan Departemen agama untuk scara terus menerus mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut terlihat dalam akselarasi pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan scara drastis. Oleh sebab itu pelibatan pesantren dalam akselerasi pendidikan nasional tidak bisa ditanggani secara serampangan, apalagi karitatif dan birokatik tugas Departemen Agama yang mendesak adalah bagaimana memperbesar partisipasi pesantren melalui program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu sendiri.
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan denggan pengelolaan keuanggan pesantren. Dalam pengelolaan keuangan akan menimbulkan permasalahan yang serius apabila pengelolaanya tidak baik. Pengelolaan keuanggan pesantren yang baik sebenarnya merupakan upaya melindunggi personil pengelolaan pesantren (Pengasuh, Ustadz, atau pengelola pesantren dan pengelola Kelembagaan lainya) dari pandangan yang kurang baik dari luar pesantren. Selama ini banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren denggan harta milik Individu, walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren justru lebih banyak bersumber dari kekayaan Individu. Namun dalam rangka pelaksanaan manajemen yang baik sebaiknya diadakan pemilahan antara harta kekayaaan pesantren dengan harta milik individu, agar kelemahan dan kekurangan pesantren dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain, Pihak Internal Maupun Ekstrenal termasuk orang tua santri.
Setelah kami mendata dan mengamati pembelajaran di PP. Miftahul Ulum Padukoan Desa bicorong ini, sebagian besar yang menjadi permasalahan disetiap jenjang yaitu masalah kurangnya membaca dan menulis sehingga Para peserta didik minim sekali yang paham terhadap mata pelajaran yang ada di PP. Miftahul Ulum ini, dan sebagian besar yang sangat minim sekali dari hasil observasi kami terkait kepesantrenan yaitu masalah kurangnya masih Kurangnya pemahaman santri terhadap membaca kitab kuning hal ini disebabkan masih belum ada program khusus tentang Pemahaman Kitab Kuning di Pondok Pesantren Tersebut. Dan terkait masalah kesopanan dan kedisiplinan santri yang sangat Minim.
20180815_044844Oleh karena itu, kami dari rekan-rekan PKN mencoba berunding dengan dewan Pengasuh (RKH. ALI MUFTI) untuk memecahkan maslah tersebut sehingga dari hasil perundingan atau musyawarah rekan-rekan PKN dan Dewan Pengasuh mandapatkan keputusan untuk mengadakan program tambahan yakni program cepat membaca kitab kuning dan praktek kutubiyah setiap hari yang dahulunya Program Ini Punah dan dihidupkan kembali, dan juga kami rekan-rekan PKN memberikan Contoh tentang kedisiplinan dan Kesopanan dengan menyalurkan peringatan melalui Penempelan Aksara-Aksara yang menyinggung tentang Kesopana dan Kedisiplinan serta Pemberian Motivasi yang dilaksanakan dalam salah satu Program PKN yaitu; Kuliah Tujuh Menit (Kultum) setiap setelah Shalat Subuh.

2.         Masalah Sarana & Prasarana Pendidikan
Pengelolaan sarana dan prasarana dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Pondok Pesantren sangatlah penting.
Diantara usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, Sarana dan Prasarana yang memadai merupakan salah satu faktor yang berperan penting untuk menunjang kualitas pendidikan, agar proses pendidikan di sebuah Pondok Pesantren tersebut berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang telah ditentukan.
Masalah sarana pendidikan yang ada di PP. Miftahul Ulum yaitu kurangnya Lokal atau Pembangunan, dengan satu bukti bahwa sampai sekarang ini khusus untuk gedung perpustakaan masih belum ada, sehingga fasilitas untuk media pembelajaran Pondok Pesantren Sangatlah minim sekali. Dengan demikian, Para peserta didik sangat terbatas untuk mengembangkan pengetahuannya disebabkan kurangnya sarana pendidikan.
Selain itu, salah satu problematika sarana pendidikan yaitu tidak ada buku pegangan (lks) bagi peserta didik. Sehingga mayoritas mata pelajaran tidak tuntas tiap semesternya. Oleh karena itu yang jadi korban adalah peserta didiknya dengan bukti sulitnya menjawap soal-soal ujian. Dan yang paling Miris tidak adanya sama sekali Sarana Komputer pada tiap Tingkatan Kantor Lembaga Mulai dari PAUD sampai SMK. Sehingga dalam menyusun Managemen Tata Usaha Pondok Pesantren maupun Lembaga yang ada dibawah naugannya kesulitan dalam hal Penyimpanan data-data Pondok maupun Kelembagaan.  Sehingga managemen Tata Usahanya sangat Kurang.
3.         Masalah Kenakalan Santri
Santri adalah sebutan bagi Murid yang mengikuti Pendidikan di Pondok Pesantren. Pondok Pesantren adalah sekolah pendidikan umum yang persentasi ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam. Kebanyakan muridnya tinggal di asrama yang disediakan di sekolah itu. Pondok Pesantren banyak berkembang di pulau Jawa.
Panggilan Santri Pondok X artinya ia pernah/lulus dari Pondok Pesantren X. Panggilan Santri Kyai KH artinya ia pernah diajar oleh Kyai KH. Umumnya, sebutan santri Kyai juga berarti ia pernah menjadi anak asuh, Anak Didik, kadang - kadang mengabdi (biasanya di rumah kediaman) kyai yang bersangkutan (Wikipedia). Sedangkan Pesantren adalah sebagai Pondok Pesantren pendidikan-agama dan Pusat penyebaran Islam yang unik ke Indonesia telah menarik mintatnya para peneliti yang ingin mendalami kebudayaan dan agama di Indonesia serta para Jurnalis Internasional setelah pemboman Bali pada tahun 2002. Dewasa ini pesantren di Indonesia semakin berkembang serta beranekaragam hingga dapat dikatakan sulit tugasnya seorang peneliti yang berusaha untuk mengklasifikasi modelnya sebuah Pondok Pesantren sebagai yang modern atau yang tradisional.
Cita-cita Pesantren adalah meneruskan estafet perjuangan Nabi. Begitupun idealitas pesantren sebagai basic pertahanan ajaran-ajaran Islam. Namun realitanya justru berbalik. Ternyata prinsip-prinsip pesantren mulai bergeser dikalangan santri, khususnya para remaja.Pergeseran ini disebabkan kecenderungan mereka mengikuti budaya-budaya luar yang tak sejalan dengan prinsip pesantren. Pelanggaran-pelanggaran atau prilaku negatif santri kerap bermuara pada budaya tersebut, seperti melihat konser musik, kekerasan fisik, pencurian, pacaran, pesta miras atau sabu-sabu, dan lain-lain tetapi itupun juga tidak semua santri melakukan kenakalan-kenakalan semacam itu. Cara penampilan santri tidak sedikit yang mengikuti gaya yang sedang tren di kalangan selebritis, seperti; model pakaian yang gaul, gaya rambut yang modis dan berwarna, gelang tangan dan memakai kalung. Belum lagi cara bergaul yang sok abis, seperti tidak lagi bersikap tawadlu pada guru dan orang-orang sekitarnya terutama orang tua, tutur kata yang kasar, suka urakan dan rendahnya sikap menghormati. Budaya dan Etika Non-Religius seperti itu ditelan mentah-mentah tanpa disikapi secara kritis.
Kemerosotan moral santri ini mengacu pada rendahnya pemahaman ajaran ulama-ulama yang tertuang dalam bentuk ahwal (prilaku), lisan (wejangan) atau tulisan (kitab/buku). Akibatnya, identitas santri sedikit demi sedikit mulai terkikis seiring perkembangan usia, lebih-lebih pada remaja. Diperparah lagi karena pengaruh pesatnya laju budaya modern dan informasi tanpa ada filter ketat. Obyek perhatian santri dalam berpikir, bersikap dan bertindak juga mulai bergeser mengikuti aturan main remaja sebaya yang berkembang di lingkungan eksternal pesantren. Kontrol diri yang lemah akan menambah daftar "kenakalan" santri yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan ilmu pengetahuannya.
Dari data yang kami dapatkan tentang kenakalan santri di PP. Miftahul Ulum ini adalah salah satu seringnya Para santri yang tidak masuk sekolah, hal itu disebabkan dengan eratnya pergaulan antara santri dengan siswa yang bukan santri (colokan), sehingga banyak sekali Para santri yang bolos sekolah karena tidak bisa dipungkiri bahwa peserta didik yang ada di Pondok Pesantren Ini didominasi dengan peserta didik (bukan statusntnya santri) yang mayoritas mereka hanya hura-hurakan, senang pada dunia Hedonis dan tidak pernah memikirkan pelajarannya bahkan Apatis.
Menurut pandangan kami, faktor utama yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu kurangnya perhatian dan motivasi dari Para senioritas yang ada di Pondok Pesantren Tersebut. Bisa kami simpulkan bahwa hal seperti ini adalah masalah yang turun-temurun dari sejak dahulu, itu juga yang dijelaskan oleh salah satu pendidik/guru SMP Miftahul Ulum (bapak Kholik).
4.         Masalah Kedisiplinan Santri
Tujuan utama pendidikan dalam Islam bukan hanya untuk mencetak generasi yang cerdas secara akademik melainkan juga cerdas secara Emosional dan Spiritual. Fenomena penyimpangan perilaku peserta didik yang sekarang banyak terjadi merupakan gambaran belum berhasilnya proses pendidikan khususnya dalam pembinaan Akhlak. Pondok Pesantren sebagai cerminan terbaikpendidikan Islam memiliki cara tersendiri dalam pembinaan akhlak, salah satunya adalah melalui penerapan kedisiplinan yang disinyalir mampu melahirkan generasi berakhlak mulia.
Adapun problematika yang dihadapi di Pondok Pesantren Miftahul Ulum tidak jauh berbeda, yaitu kurangnya SDM pembina, kurangnya kesadaran disiplin santri, problem pribadi dan psikologis santri serta orang tua, Sarana Prasarana yang belum memadai, dan belum adanya dokumentasi terkait konsep pembinaan akhlak yang bisa dijadikan acuan serta belum lengkapnya dokumentasi terkait konsep penerapan kedisiplinan.
Di samping beberapa persoalan di atas, masalah kedisiplinan santri menjadi sangat berarti bagi kemajuan Pondok Pesantren itu sendiri. Di Pondok Pesantren yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik.sebaliknya pada Pondok Pesantren yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda.
Berdasarkan hasil obsevasi kami selama kurang lebih tiga minggu kami tinggal di Pondok Pesantren Ini, terdapat banyak santri yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. Pelanggaran-pelangaran yang kami maksud adalah salah satu terlambatnya santri masuk sekolah. Sedangkan tata tertib yang berlaku bagi siswa-siswi disekolah SMP/SMK Miftahul Ulum adalah diberikan sangsi membaca yasin dihalaman sekolah. Dari banyaknya santri yang sering melanggar setiap harinya menunjukkan bahwa kedisiplinan santri masih belum teratasi.
Dan kami sempat memberikan solusi kepada kepala sekolah SMK Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum (Bapak ALI, S,Pd) bahwa jika memang siswa/santri harus dituntut untuk disiplin sebaiknya dilakukan setelah sebelumnya Para guru dan karyawan juga menanamkan disiplin, baik untuk Persiapan mengajar maupun disiplin kerja yang lebih utama, karena dari pengamatan kami sehari-hari ternyata bukan hanya siswa/santri yang tidak disiplin, akan tetapi pendidik dan tenaga kependikannya yang juga kurang disiplin.
5.         IMG_20180806_165529IMG_20180729_065951Masalah Kesadaran akan Kebersihan Lingkungan






Kebersihan adalah salah satu aspek nilai Islam di pondok. Dalil yang komplit tentang kebersihan, pastilah para ustad sudah hafal diluar kepala. Jadi tidak perlu kita menggarami air laut. “Kebersihan adalah bagian dari iman”.
Dalil ini sudah dihapalkan sejak masa sekolah di Taman Kanak-Kanak. Karena Kebersihan bagian dari iman maka ini perlu dibuktikan dengan perbuatan. Tidak cukup dengan lesan saja. Seorang ulama dalam sebuah bukunya bahkan menyatakan bahwa, "Dalam masalah kebersihan, Islam memiliki sikap yang tidak dapat ditanding oleh agama apapun. Islam memandang kebersihan sebagai ibadah dan sekaligus cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahkan Islam mengkategorikan kebersihan sebagai salah satu kewajiban bagi setiap Muslim." Luar biasa. Dengan demikian fikih pertama yang dipelajari oleh umat Islam adalah masalah kebersihan (al-thaharah).
Apakah untuk mewujudkan kebersihan sebagai ibadah, perlu ilmu pengetahuan tambahan? Kalau iya, bentuknya seperti apa?
Baiklah. Dalam ilmu kesehatan lingkungan sarana Sanitasi Rumah, Asrama, Pondok antara lain Kepadatan Hunian, Penerangan Alami, Penyediaan Air Bersih, Sarana Pembuangan Kotoran Manusia, Sarana Pembuangan Sampah, Konstruksi Bangunan, Ventilasi, Suhu Dan Kelembaban.
Sebuah observasi oleh ahli kesehatan lingkungan didapatkan gambaran antara lain banyak diketemukan sanitasi Ponpes (Pondok Pesantren) yang kurang memadai, kebersihan perorangan santri yang buruk, pengetahuan dan perilaku santri yang kurang mendukung pola hidup sehat, serta pihak pengelola Lembaga Pendidikan yang kurang tertarik dengan masalah sanitasi lingkungan ponpes.
Sejauh yang kami tahu tentang kesadaran akan kebersihan dari Para santri cukup baik. Bahkan semua santri memiliki jadwal piket Secara Umum yaitu setiap hari Minggu mengadakan Kerja Bakti semua santri di Halaman PP. Miftahul Ulum. khususnya di halaman pondok, dan termasuk dihalaman posko PKN. Setiap harinya kami sebagai peserta PKN ikut berpartisipasi dalam pembersihan di halaman tersebut dan bahkan itu sudah menjadi rutinitas santri setiap harinya Baik Santri Putri maupun santri putra.
Akan tetapi, satu hal yang sangat mengganjal bagi kami, yaitu sering rusaknya tempat sampah, hal itu disebabkan kurangnya rasa memiliki terhadap fasilitas pesantren, bahkan ada diantara rekan-rekan PKN yang sempat bertanya tentang ada tidaknya tong sampah kepada salah satu santri yang pada saat itu sedang membuang sampah dengan memggunakan tangannya, santri tersebut menjawab bahwa masalah tempat sampah memang tidak pernah awet karena selalu dijadikan bola pimpong dengan sebagian santri.
Dengan permasalahan tersebut, maka muncul inisiatif dari kami pertama membuat Aksara Peringatan tentang Kebersihan yang diletakkan disetiap Penjuru dan kami juga membuat Tempat sampah yang lumayan ada dan baik, dan alhamdulillah rencana itu terealisasi dengan lancar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar