BAB III
DESKRIPSI UMUM DAN
PROBLEMATIKA
YAYASAN AL-MUARRAF PP.
MIFTAHUL ULUM
A.
Deskripsi
Pondok Pesantren
1.
Sejarah
dan Letak Geografis PP. Miftahul Ulum
Pondok
Pesantren Miftahul Ulum Merupakan salah atu Pondok Pesantren yang terletak di
Dusun Padukoan Desa Bicorong Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan, Nama
Padukoan diambil dari istilah orang dahulu yaitu “Tempat Perguruan” kalau
sekarang dapat di Istilahkan dengan “Tempat Menimba Ilmu”. dan padukoan juga
merupakan salah satu tempat yang pada pada masa belanda menjadi target
pencarian orang-orang Belanda selain Dusun. Banyuanyar, Dusun. Bata-Bata. Jadi
PP. Miftahul Ulum dengan nama Yayasan Al-Muarraf ini berdiri mulai -+ Tahun
50_an masih ada hubungan darah dengan “KIAI. ISBAT” pengasuh PP. Banyuanyar.
PP. Miftahul Ulum pada saat itu masih berupa sebuah tempat kecil yang hanya
cukup beberapa orang untuk belajar, dalam istilah bahasa madura “ Langgeran”.
Namun setelah beberapa tahun kemudian tepatnya -+ Tahun 60_an PP. Miftahul Ulum
mendirikan Madrasah Diniyah (MD) dimana suatu jenjang pendidikan yang fokusnya
pada Ilmu Keagaan, kemudian lembat laun berkembang semakin maju, PP. Miftahul
Ulum pada Tahun -+ 80_an membuka jenjang Pembelajaran PAUD (Pendidikan Usia
Dini) dimana untuk menampung semua anak-anak untuk belajar berbagai macam ilmu.
kemudian -+ pada tahun 90_an membuka
jenjang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang mana selain ada sarana untuk
belajar keagamaan di PP. Miftahul Ulum juga Pondok Pesantren tidak ingin
ketinggalan dari perkembangan zaman, PP. Mifathul Ulum juga ingin terjangkau
dan diakui oleh Aparat pemerintahan.
Kemudian PP. Miftahul Ulum dengan jangka waktu dan
mampu bertahan dalam dunia pendidikan akhirnya mampu membuka jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada Tahun 2005 diberi nama SMP Al-Muarraf yang
pada saat ini menjadi kepala sekolah yaitu; Drs.H.
ACHMAD DJUNAIDI , dan pada Tahun 2010 juga mampu membuka jenjang
pendidikan Sekolah menengah Kejuruan (SMK) diberi nama SMK Al-Muarraf dan yang
menjadi kepala sekolah pada saat ini yaitu; ALI WAFA, S.Pd. serta sudah
mendapat Nilai Akreditasi B. Kemudian Setiap jenjang pendidikan Mulai dari PAUD
hingga SMK sampai pada tahun ini yang menjadi pengasuh yaitu; KH. ACH MUZAMMIL.
Dalam penulisan Sejarah dan letak Geografis PP.
Miftahul Ulum Ini, mungkin tidak terlalu Sempurna karena sesuai dengan dauh
Pengasuh KH. ACH MUZAMMIL. “saya kurang begitu tahu dan tidak berani menetapkan
berapa tahun dan pada tahun berapa PP. Miftahul Ulum ini berdiri setiap jenjang
pada tahun berapa berdirinya, karena sebelum saya ada disini semua pendidikan
yang ada pada saat ini sudah terealisasi, jadi saya memakai perkiraan saja. Dan
juga sebetulnya masih ada yang lebih tahu dengan Kongkrit tentang sejarah PP.
Miftahul Ulum ini.” Jadi penulisan ini hanya sekilas saja. Dan sesuai saran dan
pesan Beliau “ kalau mau cari yang lebih Kongkrit/ Mumtaz yang tahu tempatnya
Jauh. Jadi tulis apa adanya dulu.”
2.
Peta
Demokratis
letak Keberadaan Yayasan Al-Muarraf PP.
Miftahul Ulum dapat digambarkan dalam bentuk
Diagram Ven, dengan Gambaran sebagai berikut;

Adapun jumlah Robel (Rombongan Belajar)
dari masing-masing jenjang pendidikan yang ada dibawah naugan Yayasan
Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum Padukoan Bicorong Pakong Pamekasan baik santri
Colokan Maupun yang Aktif sebanyak 291/Orang dengan rincian sebagai berikut;
|
NO
|
ROMBEL
|
IDENTITAS
|
JUMLAH
|
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
|||
|
1.
|
PAUD
|
4
|
5
|
9
|
|
2.
|
RA
|
10
|
9
|
19
|
|
3.
|
MI
|
25
|
25
|
50
|
|
4.
|
SMP
|
18
|
26
|
44
|
|
5.
|
SMK
|
15
|
22
|
37
|
|
6.
|
MD ULA
|
44
|
54
|
98
|
|
7.
|
WUSTHO
|
8
|
19
|
27
|
|
8.
|
ULYA
|
3
|
4
|
7
|
|
Jumlah
|
127
|
164
|
291
|
|
Melihat data di atas dapat dilihat bahwa dengan jumlah
peserta didik yang ada dibawah Naungan PP. Miftahul Ulum ini didominasi oleh
perempuan dari pada jumlah laki-laki. Sedangkan untuk mengetahui asal sensus
siswa Rata-Rata dari lingkungan Pondok Pesantren, namun ada Juga sebagian yang
dari kecamatan Lain seperti Waru Pamekasan.
sedangkan Jumlah personil Guru dan Pegawai
yang berada dibawah naugan Yayasan Al-Muarraf PP.Miftahul Ulum dari semua
jenjang pendidikan mulai dari Paud sampai dengan SMK sebanyak 83/ Orang dengan
rincian sebagai berikut;
|
NO
|
NAMA GURU
|
IDENTITAS
|
JUMLAH
|
|
|
LAKI-LAKI
|
PERAMPUAN
|
|||
|
1.
|
PAUD
|
-
|
3
|
3
|
|
2.
|
RA
|
-
|
4
|
4
|
|
3.
|
MI
|
10
|
5
|
15
|
|
4.
|
SMP
|
11
|
3
|
14
|
|
5.
|
SMK
|
13
|
4
|
17
|
|
6.
|
MD ULA
|
19
|
-
|
19
|
|
7.
|
WUSTHO
|
6
|
-
|
6
|
|
8.
|
ULYA
|
5
|
-
|
5
|
|
JUMLAH
|
64
|
19
|
83
|
|
a.
Bidang
Kepesantrenan
Dalam bebeapa pesantren perlu diterapkan sistem
kepemimpinan multi leader. misalnya ada pesantren yang menerapkan pola dua pemimpin
yakni urusan luar kepesantrenan dan pimpinan bidang kepesantrenan sehingga
terdapat pimpimnan umum yang di pengang oleh seorang kiyai dan pimpinan harian
yang mengurusi kegiata praktis mengenai kependidikan dan sebagainya. Dengan
model kepemimpinan kolektif pesantren bisa menjadi Pondok Pesantren modern yang
kelangsungannya tidak tergantung pada seorang kiyai sebagai pemimpin tertinggi
lagi tunggal. Bila kiyai meninggal tongkat kepemimpinan bisa dilanjutkan oelh
pemimpin lainnya.
Upaya menerapkan model kepmimpinan kolektif dalam
majemen pesantren merupakan suatu ikhtiar pembinaan pesantren sakaligus salah
satu jawaban dari problem kepmimpinan tersebut. Disamping itu, model
kepemimpinan menyebabkan kiyai bisa membagi tugas kepada wakilnya sesuai keahlian
yang dimilikinya mikanisme kepemimpinan memiliki beberapa keuntungan antara
lain: meringankan beban lain sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap
kelangsungan dan masa depan Pesantren, adanya Interaksi saling menerima dan
memberi dan menumbuhkan suasana demokratis.
Sekarang ini, dalam beberapa Pesantren memang terjadi
perubahan mekanisme suksesi yang cukup signifikan. Kini kepemimpinan telah
ditentukan oleh kalangan Pesantren sendiri atau dari luar Pesantren yang akan
berimpilikasi pada sifat dasar, ruang lingkup dan bentuk kepemimpinan
Pesantren yang unik. Dengan perubahan kecendrungan ini kiyai dan keluarganya
harus bersikap realistis dan sportif dalam pengangkatan pemimpin berikutnya.
Kursi kepemimpinan akan diduduki oleh orang yang layak, meskipun dari luar
keluarga inti kiyai itu sendiri ini berati Parameter kepemimpinan seseorang
bisa memduduki posisi pemimpin Pesantren adalah kapabilitas, kapasitas, dan
kompetensi. Putra mahkota tidak lagi menjadi ukuran utama kecuali dia memiliki
kemampuan yang memadai.
Berbicara masalah pesantren. Dan mengenai kegiatan
santri dan Masalah Program Kelembagaan, kata dewan Pengasuh (RKH. ALI MUFTI)
orang yang sangat berperan aktif dalam kegiatan kepesantrenan ini biasanya
santri sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ataupun program yang sudah
Tertata yang cukup baik, seperti kegiatan berjemaah, mengaji al-qur’an dan
mengaji kitab kuning.
Adapun fasilitas ibadah dan tempat ngaji yang ada
di PP. Miftahul Ulum adalah dibangunnya mushalla. Dimana mushalla tersebut
ada dua yaitu mushalla putra dan mushalla putri, yang teletak didepan Aula PP.
Miftahul Ulum untuk santri putra dan di disebelah Utara pondok putri untuk
santri putri. Dari hasil observasi lapangan, mushlla hanya digunakan untuk
shalat jama’ah, mengaji al-qur’an dan mengaji kitap kuning. Karena sehubungan
dengan adanya masjid yang ada di sebelah selatan PP. Miftahul Ulum, maka
mushalla tersebut tidak ramai didatangi oleh warga sekitar untuk shalat
berjemaah. Oleh karena itu, mushalla tersebut hanya khusus santri.
b.
Bidang
Lembaga Pendidikan
Kekuatan pendidikan Pesantren masih diterima sebagai
pendidikan alternatif lamanya waktu pertumbuhan dan perkembangan Islam
Indonesia serta berhasilnya proses Da’wah mempertahankan kesepakatan bahwa
Pondok Pesantren pendidikan Islam Indonesia masih perlu
ditingkatkan dari tahun ketahun. Disamping itu keterbatasan tempat
dan kurang cerahnya harapan lulusan sekolah umum menolong kedudukan Pondok
Pesantren pendidikan Islam, untuk selalu dapat melaksanakan program studinya,
baik secara menyeluruh maupun secara terbatas seperti Pesantren intensif yang
dilakukan oleh beberapa minggu.
Kuantitas Pendidikan Pesantren memiliki jumlah yang
lebih besar dari pada Pondok Pesantren Pendidikan umum lintasan sejarah
pengembangan Islam di Indonesia memberi kessempatan berdirinya Pondok Pesantren
sejalan dengan struktur menyebaran umat diseluruh tanah air.
Keterkaitan psikologis orang tua Muslim dengan Pondok
Pesantren, hususnya Pondok Pesantren Pendidikan Agama masih kuat. Adanya
tradisi Keagamaan dan kepemimpinan (Informal) pada Pesantren yang merupakan
potensi Nasional untuk pembangunan, hususnya pembinaan keimanan dan ketaqwaan
yang menjadi Tujuan Pendidikan Nasioanal tidak dapat dipungkiri bahwa
pejuang-pejuang Islam merintis gerakan Modern dan gerakan kemerdekaan,
merekapun menempati panggung kepemimpinan Informal ummatnya, baik itu dimasa
kemerdekaan maupun akhirnya kepemimpinan mereka diakui sebagai sesuatu yang
turut mempengaruhi keterlibatan ummat didalam pembangunan.
Berbicara peserta didik di PP. Miftahul Ulum Padukoan
desa Bicorong bisa dikatakan dari segi pendidikan masih tergolong sangat
rendah. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata hanya sampai tingkat SMK. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah peserta didik yang ada pada tabel diatas. Sedangkan
alumni yang lulusan SMK hanya ada Sebagian orang yang sedang melanjutkan ke
perguruan tinggi. Disamping Itu dalam Pondok Pesantren Ini menerapkan Identitas
Kesalafannya yang sangat Kuat.
Dari data tersebut, jelas sekali bahwa dalam hal pendidikan
PP. Miftahul Ulum Padukoan desa Bicorong masih tertinggal. Padahal menurut
sebagian warga masyarakat, sebenarnya daya pikir peseta didik tidak terlalu
rendah jika peserta didik ini menempuh pendidikan di luar wilayah.
Adapun fasilitas pendidikan di PP. An-Nidhamiyah
sampai saat ini hanya terdapat 16 rombel yaitu satu gedung Paud & RA dengan
Lokal yang berdempetan, Enam unit gedung MI/MD, SMP tiga unit gedung, dan SMK
tiga unit gedung. Sementara jumlah anak-anak yang menempuh pendidikan di PP. Miftahul
Ulum adalah paud berjumlah 9/orang yang terdiri dari laki-laki 4 orang dan 6
orang perempuan, RA/ 19/Orang yang terdiri dari
10 Laki-Laki dan 9 Perempuan, Untuk MI berjumlah 50 orang yang terdiri
25 orang Laki-Laki dan 25 orang Perempuan. Untuk
MD berjumlah 98 orang yang terdiri Laki-Laki 44 Orang dan 54 orang Perempuan. Untuk Tingkat SMP sebanyak 44 orang yang terdiri 18/orang Laki-Laki dan
26/orang Perempuan. Sementara untuk SMK sebanyak 37 orang yang terdiri dari
15/orang Laki-Laki dan 22/ orang Perempuan. Untuk MD Wustho Sebanyak 27 Orang yang terdiri dari 8 orang Laki-Laki
dan 19 orang Perempuan, Untuk MD Ulya sebanyak 7 Orang Yang terdiri dari 3
orang Laki-Laki dan 4 orang Perempuan.
Akan tetapi setelah sebagian besar peserta didik yang
lulus dari PP. Miftahul Ulum jarang sekali yang melanjutkan ke
tingkat yang lebih tinggi. Mereka lebih memilih bekerja dari pada
menjadi pelajar. Hal ini dikarenakan Paradigma berpikir peserta didik tentang
pentingnya pendidikan sangat minim. Apalagi yang berkenaan dengan masalah
Ekonomi yang dijadikan alasan tidak Bisa melanjutkan Studi ke Jenjang Perguruan
Tinggi.
c.
Bidang
Pengembangan Usaha
Kalau
dilihat dari fasilitas yang ada di PP. Miftahul Ulum masalah pengembangan usaha
sangat minim sekali, karena disamping tempatnya terpencil dan jauh dari
jangkauan masyarakat serta memang pihak Pondok Pesantren tidak begitu
antusias untuk mengembangkan fasilitas yang ada, kerana Basisnya Salafiyah,
sehingga sampai sekarang pengembangan usaha hanya didapat dari Kopontren yang
Konsumennya hanya dari kalangan Santri san santriwati.
B.
Problematika
Umum Pondok Pesantren
Setelah
Kami mengamati dan melakukan Observasi, banyak hal yang perlu diperhatikan dan
dipecahkan ;
1.
Masalah
Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam perspektif sejarah, Pondok Pesantren pendidikan
yang terutama berbasis di pedesaan ini telah mengalami perjalanan sejarah yang
panjang, sejak sekitar abad ke-18. bahkan ada yang mengatakan sejak abad ke-13.
Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan
munculnya tempat-tempat pengajian. Bentuk ini kemudian berkembang dengan
pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri),
yang kemudian disebut pesantren. Pesantren pertama didirikan oleh
Syekh Maulana Malik Ibrahim. Meskipun bentuknya masih sangat sederhana,
pada waktu itu pendidikan pesantren merupakan satu-satunya Pondok Pesantren
pendidikan yang terstruktur. Sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi.
Di Pondok Pesantren inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam,
khususnya menyangkut praktek kehidupan keagamaan.
Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan
Pondok Pesantren dalam hubunganya dengan peningkatankualitas sumberdaya
manusia (human resource) merupakaan berita aktual dalam arus
perbincanggan kepesantrenan kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai
kurang mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian
setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:
1.
Potensi pendidikan.
2.
Penggembangan masyarakat.
Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa
sisitem pendidikan Pondok Pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal
dengan Sunan Ampel.Terkait denggan sistem pengelolaan
Pondok Pesantren dalam interaksinya denggan perubahan sosial akibat modernisasi
ataupun globalisasi, kalangan internal pesantren sendiri sudah mulai melakukan
pembenahan salah satu bentuknya adalah pengelolaan Pondok Pesantren formal
sekolahan mulai tingkat SD/MI, sampai perguruan tinggi, di lingkungan pesantren
dengan menawarkan perpaduan kurikulum keagamaan dan umum sertaperangkat
keterampila yang dirancang secara systematic dan itegralistik.
Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan,
Madrsah Aliyah Program Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di kembangkan
pesantrenpun cukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat. Sebab ada semacam
jaminan keunggulan out put yang siap bersaing dalam kehidupan sosial. Dan
pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya masih sangat diharapkan
menjadi penopong berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia yang ditandai
banyak sekarang pesantren yang ada pendidikannya berupa formal dan tentunya non
formal juga.
Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem
pendidikanya dengan menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain terpaku
pada sistem pengajaran klasik (wetonan,bandongan) dan materi kitab-kitab
kuning. Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi
pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan
modern. Modifikasi pendidikan pesantren semacam ini telah di eksperimentasikan
oleh beberapa Pondok Pesantren seperti Darussalam (Gontor) dan Pesantren
al-Amin (Madura). Serta banyak Pesantren lainnya.
Sementara itu tidak semua pesantren melakukan
pengembangan sistem pendidikannya dengan cara memperluas cankupan wilayah
garapan, masih banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional dan konvensional denggan
membatasi diri pada penggajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral
keagamaan semata.
Pesantren model pure klasik atau salafi ini
memang unggul dalam melahirkan santri yang memiliki kesalehan, kemandirian, dan
penguasaan terhadap ilmu-ilmu ke-Islaman. Kelemahanya, out put
pendidikan pure salaf kurang kompetitif dalam percaturan persaingan
kehidupan modern. Padahal tuntutan kehidupan global menghendaki kualitas
sumberdaya manusia terdidik dan keahlian di dalam bidangnya. Realitas out put
pesantren yang memiliki sumber daya manusia kurang kompetetif inilah yang kerap
menjadikannya termaginalisasi dan kalah bersaing dengan out
put pendidikan formal baik agama maupun umum.
Penyebaran yang luas dengan keanekaragaman
karakteristik yang dimiliki pesantren saat ini di semua wilayah Indonesia
menjadi potensi luar biasa dalam percepatan pembanggunan di daerah-daerah. Jika
upaya maksimal ini dilakukan oleh pemerintah secara tepat bukan tidak mungkin
kedepan bukan tidak mungkin akan menjadi lahan subur penyemaian bibit-bibit
unggul manusia Indonesia. Jika melihat keadaan ini tampaknya akselerasi
pendidikan dan pengelolaan masyarakat di pesantren optomis bisa berjalan, namun
bagaimanapun program-program ini tergantung pada penerimaan kyai di pesantren
sendiri, maupun pengurus pesantren sebab pesantren memiliki kemandirian
(otonomi) yang relative besar juga memiliki basis konstituen yang relative
solid di mayarakat dan sumberdaya lokal yang kuat.
Sehingga intervensi dari luar akan cenderung kurang
efektif. Hal ini menjadi tantangan Departemen agama untuk scara terus menerus
mensosialisasikan dan mendorong pesantren-pesantren tersebut terlihat dalam
akselarasi pendidikan nasional akan dapat di tingkatkan scara drastis. Oleh
sebab itu pelibatan pesantren dalam akselerasi pendidikan nasional tidak bisa
ditanggani secara serampangan, apalagi karitatif dan birokatik tugas Departemen
Agama yang mendesak adalah bagaimana memperbesar partisipasi pesantren melalui
program-program yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu
sendiri.
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren
adalah berkaitan denggan pengelolaan keuanggan pesantren. Dalam pengelolaan
keuangan akan menimbulkan permasalahan yang serius apabila pengelolaanya tidak
baik. Pengelolaan keuanggan pesantren yang baik
sebenarnya merupakan upaya melindunggi personil pengelolaan pesantren
(Pengasuh, Ustadz, atau pengelola pesantren dan pengelola Kelembagaan lainya)
dari pandangan yang kurang baik dari luar pesantren. Selama
ini banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren
denggan harta milik Individu, walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren
justru lebih banyak bersumber dari kekayaan Individu. Namun dalam rangka
pelaksanaan manajemen yang baik sebaiknya diadakan pemilahan antara harta
kekayaaan pesantren dengan harta milik individu, agar kelemahan dan kekurangan
pesantren dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain, Pihak
Internal Maupun Ekstrenal termasuk orang tua santri.
Setelah kami mendata dan mengamati pembelajaran di PP.
Miftahul Ulum Padukoan Desa bicorong ini, sebagian besar yang menjadi
permasalahan disetiap jenjang yaitu masalah kurangnya membaca dan
menulis sehingga Para peserta didik minim sekali yang paham terhadap mata
pelajaran yang ada di PP. Miftahul Ulum ini, dan sebagian besar yang sangat
minim sekali dari hasil observasi kami terkait kepesantrenan yaitu masalah
kurangnya masih Kurangnya pemahaman santri terhadap membaca kitab kuning hal
ini disebabkan masih belum ada program khusus tentang Pemahaman Kitab Kuning di
Pondok Pesantren Tersebut. Dan terkait masalah kesopanan dan kedisiplinan
santri yang sangat Minim.
Oleh karena
itu, kami dari rekan-rekan PKN mencoba berunding dengan dewan Pengasuh (RKH.
ALI MUFTI) untuk memecahkan maslah tersebut sehingga dari hasil perundingan
atau musyawarah rekan-rekan PKN dan Dewan Pengasuh mandapatkan keputusan untuk
mengadakan program tambahan yakni program cepat membaca kitab kuning dan
praktek kutubiyah setiap hari yang dahulunya Program Ini Punah dan dihidupkan
kembali, dan juga kami rekan-rekan PKN memberikan Contoh tentang kedisiplinan
dan Kesopanan dengan menyalurkan peringatan melalui Penempelan Aksara-Aksara
yang menyinggung tentang Kesopana dan Kedisiplinan serta Pemberian Motivasi
yang dilaksanakan dalam salah satu Program PKN yaitu; Kuliah Tujuh Menit
(Kultum) setiap setelah Shalat Subuh.
2.
Masalah
Sarana & Prasarana Pendidikan
Pengelolaan sarana dan prasarana dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di Pondok Pesantren sangatlah penting.
Diantara
usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, Sarana dan
Prasarana yang memadai merupakan salah satu faktor yang berperan penting untuk
menunjang kualitas pendidikan, agar proses pendidikan di sebuah Pondok
Pesantren tersebut berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang telah ditentukan.
Masalah sarana pendidikan yang ada di PP. Miftahul
Ulum yaitu kurangnya Lokal atau Pembangunan, dengan satu bukti bahwa sampai
sekarang ini khusus untuk gedung perpustakaan masih belum ada, sehingga
fasilitas untuk media pembelajaran Pondok Pesantren Sangatlah minim sekali.
Dengan demikian, Para peserta didik sangat terbatas untuk mengembangkan
pengetahuannya disebabkan kurangnya sarana pendidikan.
Selain itu, salah satu problematika sarana pendidikan
yaitu tidak ada buku pegangan (lks) bagi peserta didik. Sehingga mayoritas
mata pelajaran tidak tuntas tiap semesternya. Oleh karena itu yang
jadi korban adalah peserta didiknya dengan bukti sulitnya menjawap soal-soal
ujian. Dan yang paling Miris tidak adanya sama sekali Sarana Komputer pada tiap
Tingkatan Kantor Lembaga Mulai dari PAUD sampai SMK. Sehingga dalam menyusun
Managemen Tata Usaha Pondok Pesantren maupun Lembaga yang ada dibawah naugannya
kesulitan dalam hal Penyimpanan data-data Pondok maupun Kelembagaan. Sehingga managemen Tata Usahanya sangat
Kurang.
3.
Masalah
Kenakalan Santri
Santri adalah sebutan bagi Murid yang mengikuti Pendidikan di Pondok Pesantren. Pondok
Pesantren adalah sekolah pendidikan umum yang persentasi ajarannya lebih banyak
ilmu-ilmu pendidikan agama Islam. Kebanyakan muridnya tinggal
di asrama yang
disediakan di sekolah itu.
Pondok Pesantren banyak berkembang di pulau Jawa.
Panggilan Santri Pondok X artinya ia pernah/lulus dari
Pondok Pesantren X. Panggilan Santri Kyai KH artinya ia pernah diajar
oleh Kyai KH. Umumnya, sebutan santri Kyai juga
berarti ia pernah menjadi anak asuh, Anak Didik, kadang - kadang mengabdi
(biasanya di rumah kediaman) kyai yang
bersangkutan (Wikipedia). Sedangkan Pesantren adalah sebagai Pondok Pesantren
pendidikan-agama dan Pusat penyebaran Islam yang unik ke Indonesia telah
menarik mintatnya para peneliti yang ingin mendalami kebudayaan dan agama di
Indonesia serta para Jurnalis Internasional setelah pemboman Bali pada tahun
2002. Dewasa ini pesantren di Indonesia semakin berkembang serta beranekaragam
hingga dapat dikatakan sulit tugasnya seorang peneliti yang berusaha untuk
mengklasifikasi modelnya sebuah Pondok Pesantren sebagai yang modern atau yang
tradisional.
Cita-cita Pesantren adalah meneruskan estafet
perjuangan Nabi. Begitupun idealitas pesantren sebagai basic pertahanan ajaran-ajaran
Islam. Namun realitanya justru berbalik. Ternyata prinsip-prinsip pesantren
mulai bergeser dikalangan santri, khususnya para remaja.Pergeseran ini
disebabkan kecenderungan mereka mengikuti budaya-budaya luar yang tak sejalan
dengan prinsip pesantren. Pelanggaran-pelanggaran atau prilaku negatif santri
kerap bermuara pada budaya tersebut, seperti melihat konser musik, kekerasan
fisik, pencurian, pacaran, pesta miras atau sabu-sabu, dan lain-lain tetapi
itupun juga tidak semua santri melakukan kenakalan-kenakalan semacam itu. Cara
penampilan santri tidak sedikit yang mengikuti gaya yang sedang tren di
kalangan selebritis, seperti; model pakaian yang gaul, gaya rambut yang modis
dan berwarna, gelang tangan dan memakai kalung. Belum lagi cara bergaul yang
sok abis, seperti tidak lagi bersikap tawadlu pada guru dan orang-orang
sekitarnya terutama orang tua, tutur kata yang kasar, suka urakan dan rendahnya
sikap menghormati. Budaya dan Etika Non-Religius seperti itu ditelan
mentah-mentah tanpa disikapi secara kritis.
Kemerosotan moral santri ini mengacu pada rendahnya
pemahaman ajaran ulama-ulama yang tertuang dalam bentuk ahwal (prilaku), lisan
(wejangan) atau tulisan (kitab/buku). Akibatnya, identitas santri sedikit demi
sedikit mulai terkikis seiring perkembangan usia, lebih-lebih pada remaja.
Diperparah lagi karena pengaruh pesatnya laju budaya modern dan informasi tanpa
ada filter ketat. Obyek perhatian santri dalam berpikir, bersikap dan bertindak
juga mulai bergeser mengikuti aturan main remaja sebaya yang berkembang di
lingkungan eksternal pesantren. Kontrol diri yang lemah akan menambah daftar
"kenakalan" santri yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima. Begitupun bagi mereka
yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan ilmu
pengetahuannya.
Dari data yang kami dapatkan tentang kenakalan santri
di PP. Miftahul Ulum ini adalah salah satu seringnya Para santri
yang tidak masuk sekolah, hal itu disebabkan dengan eratnya pergaulan
antara santri dengan siswa yang bukan santri (colokan), sehingga banyak sekali
Para santri yang bolos sekolah karena tidak bisa dipungkiri bahwa peserta didik
yang ada di Pondok Pesantren Ini didominasi dengan peserta didik (bukan
statusntnya santri) yang mayoritas mereka hanya hura-hurakan, senang pada dunia
Hedonis dan tidak pernah memikirkan pelajarannya bahkan Apatis.
Menurut pandangan kami, faktor utama yang menyebabkan
hal ini terjadi yaitu kurangnya perhatian dan motivasi dari Para senioritas
yang ada di Pondok Pesantren Tersebut. Bisa kami simpulkan bahwa hal seperti
ini adalah masalah yang turun-temurun dari sejak dahulu, itu juga yang
dijelaskan oleh salah satu pendidik/guru SMP Miftahul Ulum (bapak
Kholik).
4.
Masalah
Kedisiplinan Santri
Tujuan utama pendidikan dalam Islam bukan hanya untuk
mencetak generasi yang cerdas secara akademik melainkan juga cerdas secara
Emosional dan Spiritual. Fenomena penyimpangan perilaku peserta didik yang
sekarang banyak terjadi merupakan gambaran belum berhasilnya proses pendidikan
khususnya dalam pembinaan Akhlak. Pondok Pesantren sebagai cerminan
terbaikpendidikan Islam memiliki cara tersendiri dalam pembinaan akhlak,
salah satunya adalah melalui penerapan kedisiplinan yang disinyalir mampu
melahirkan generasi berakhlak mulia.
Adapun problematika yang dihadapi di Pondok Pesantren
Miftahul Ulum tidak jauh berbeda, yaitu kurangnya SDM pembina, kurangnya
kesadaran disiplin santri, problem pribadi dan psikologis santri serta orang
tua, Sarana Prasarana yang belum memadai, dan belum adanya dokumentasi terkait
konsep pembinaan akhlak yang bisa dijadikan acuan serta belum lengkapnya
dokumentasi terkait konsep penerapan kedisiplinan.
Di samping beberapa persoalan di atas, masalah
kedisiplinan santri menjadi sangat berarti bagi kemajuan Pondok Pesantren
itu sendiri. Di Pondok Pesantren yang tertib akan selalu menciptakan
proses pembelajaran yang baik.sebaliknya pada Pondok Pesantren yang tidak tertib
kondisinya akan jauh berbeda.
Berdasarkan hasil obsevasi kami selama kurang lebih
tiga minggu kami tinggal di Pondok Pesantren Ini, terdapat banyak santri yang
melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.
Pelanggaran-pelangaran yang kami maksud adalah salah satu terlambatnya santri
masuk sekolah. Sedangkan tata tertib yang berlaku bagi siswa-siswi disekolah
SMP/SMK Miftahul Ulum adalah diberikan sangsi membaca yasin dihalaman sekolah.
Dari banyaknya santri yang sering melanggar setiap harinya menunjukkan bahwa
kedisiplinan santri masih belum teratasi.
Dan kami sempat memberikan solusi kepada kepala
sekolah SMK Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum (Bapak ALI, S,Pd) bahwa jika memang
siswa/santri harus dituntut untuk disiplin sebaiknya dilakukan setelah
sebelumnya Para guru dan karyawan juga menanamkan disiplin, baik untuk
Persiapan mengajar maupun disiplin kerja yang lebih utama, karena dari
pengamatan kami sehari-hari ternyata bukan hanya siswa/santri yang tidak
disiplin, akan tetapi pendidik dan tenaga kependikannya yang juga kurang
disiplin.
5.

Masalah
Kesadaran akan Kebersihan Lingkungan

Masalah
Kesadaran akan Kebersihan Lingkungan
Kebersihan adalah salah satu aspek nilai Islam di
pondok. Dalil yang komplit tentang kebersihan, pastilah para ustad sudah hafal
diluar kepala. Jadi tidak perlu kita menggarami air laut. “Kebersihan adalah
bagian dari iman”.
Dalil ini sudah dihapalkan sejak masa sekolah di Taman
Kanak-Kanak. Karena Kebersihan bagian dari iman maka ini perlu dibuktikan
dengan perbuatan. Tidak cukup dengan lesan saja. Seorang ulama dalam
sebuah bukunya bahkan menyatakan bahwa, "Dalam masalah kebersihan,
Islam memiliki sikap yang tidak dapat ditanding oleh agama apapun. Islam
memandang kebersihan sebagai ibadah dan sekaligus cara untuk mendekatkan diri
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahkan Islam mengkategorikan kebersihan
sebagai salah satu kewajiban bagi setiap Muslim." Luar biasa. Dengan
demikian fikih pertama yang dipelajari oleh umat Islam adalah masalah
kebersihan (al-thaharah).
Apakah untuk mewujudkan kebersihan sebagai
ibadah, perlu ilmu pengetahuan tambahan? Kalau iya, bentuknya seperti apa?
Baiklah. Dalam ilmu kesehatan lingkungan sarana
Sanitasi Rumah, Asrama, Pondok antara lain Kepadatan Hunian, Penerangan Alami,
Penyediaan Air Bersih, Sarana Pembuangan Kotoran Manusia, Sarana
Pembuangan Sampah, Konstruksi Bangunan, Ventilasi, Suhu Dan Kelembaban.
Sebuah observasi oleh ahli kesehatan lingkungan
didapatkan gambaran antara lain banyak diketemukan sanitasi Ponpes (Pondok
Pesantren) yang kurang memadai, kebersihan perorangan santri yang buruk,
pengetahuan dan perilaku santri yang kurang mendukung pola hidup sehat, serta
pihak pengelola Lembaga Pendidikan yang kurang tertarik dengan masalah sanitasi
lingkungan ponpes.
Sejauh yang kami tahu tentang kesadaran akan kebersihan
dari Para santri cukup baik. Bahkan semua santri memiliki jadwal piket Secara
Umum yaitu setiap hari Minggu mengadakan Kerja Bakti semua santri di Halaman
PP. Miftahul Ulum. khususnya di halaman pondok, dan termasuk dihalaman posko
PKN. Setiap harinya kami sebagai peserta PKN ikut berpartisipasi dalam
pembersihan di halaman tersebut dan bahkan itu sudah menjadi rutinitas santri
setiap harinya Baik Santri Putri maupun santri putra.
Akan tetapi, satu hal yang sangat mengganjal bagi
kami, yaitu sering rusaknya tempat sampah, hal itu disebabkan kurangnya rasa
memiliki terhadap fasilitas pesantren, bahkan ada diantara rekan-rekan PKN yang
sempat bertanya tentang ada tidaknya tong sampah kepada salah satu santri yang
pada saat itu sedang membuang sampah dengan memggunakan tangannya,
santri tersebut menjawab bahwa masalah tempat sampah memang tidak pernah awet
karena selalu dijadikan bola pimpong dengan sebagian santri.
Dengan permasalahan tersebut, maka muncul
inisiatif dari kami pertama membuat Aksara Peringatan tentang Kebersihan
yang diletakkan disetiap Penjuru dan kami juga membuat Tempat sampah yang
lumayan ada dan baik, dan alhamdulillah rencana itu terealisasi dengan lancar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar