BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Hamdan lillah, segala puji hanya milik Allah Subhanahu
Wa Ta’ala (SWT), Tuhan semesta alam yang
telah memberikan rahmat dan ma’unah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
sang teladan sejati, Nabi Muhammad
shallahu alaihi wa sallam, beserta semua keluarga, sahabat dan orang-orang yang
mengikuti kebaikan-kebaikan yang
beliau ajarkan.
Pondok Pesantren merupakan salah satu Pondok Pesantren pendidikan
non formal yang terbesar di Indonesia. Pondok Pesantrenlahir
ditengah-tengah masyarakat. Setiap Pondok Pesantren memiliki ciri khas yang
berbeda-beda tergantung dari bagaimana type leadershipnya dan metode seperti
yang diterapkan dalam pembelajarannya. Seiring dengan perkembangan zaman, tidak
sedikit pesantren yang mencoba menyesuaikan dan bersedia menerima akan suatu
perubahan, namun tidak sedikit pula pesantren yang memiliki sikap penutup diri
dari segala perubahan-perubahan dan pengaruh perkembangan zaman dan cendrung
mempertahankan apa yang menjadi keyakinan.
Dalam dunia kampus mahasiswa dikenal sebagai
komunitas yang membawa perubahan.Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah
perubahan yang seperti apa? Ini merupakan pertanyaan yang mendasari sikap
dan gerak langkah mahasiswa itu sendiri.
Kemudian disamping itu,tentu ada langkah kongkrit atau gerakan representatif mahasiswa itu
sendiri untuk memberikan perubahan, tentunya perubahan sosial yang
diharapkan.Tanggung jawab moral mahasiswa sangat besar sebagaimana yang
tertuang dalam Tri Darma Perguruan yang kemudian mewajibkan mahasiswa untuk
membawa misi perubahan.
Tri Darma Perguruan Tinggi menyebutkan
pendidikan sebagai topang kegiatan yang mencerdaskan kehidupan bangsa baik
secara formal maupun non formal, kemudian penelitian merupakan salah satu
bentuk kepedulian mahasiswa untuk mengetahui kondisi masyarakat, dan yang
terakhir adalah pengabdian kepada masyarakat yakni sebagai bentuk nyata
mahasiswa untuk mengaplikasikan segala pengetahuannya
Langkah konkrit untuk memenuhi tanggung jawab
mahasiswa untuk merealisasikan ketiga Tri Darma Perguruan Tinggi tersebut, Institut Agama Islam (IAI) Al-Khairat Pamekasan mengadakan Perkuliahan Kerja Nyata (PKN) sebagai bentuk nyata pengejewantahan Tri
Darma tersebut. Kemudian PKN yang digunakan saat ini merupakan PKN berbasis PAR (Participatory,
Action And Research) yang kemudian diurutkan kedalam urutan kerja sebagai
berikut:
1.
Research (Penelitian) ini merupakan tahapan yang melakukan
pengecekan suatu permasalahan yang dirasakan oleh
masyarakat,kemudian permasalahan itu dikaji dan didiskusikan kemudian dicarikan
solusinya.
2.
Action (Aksi) ini setelah penelitian, kemudian
ditindaklanjuti dengan bentuk nyata dan dirumuskan kedalam tahap ini. Setelah
itu dicarikan alternatifnya masalah apa yang harus diselesaikan (Program Prioritas) lalu dirumuskan kedalam program kerja yang siap dilaksanakan.
3.
Participatory (Partisipasi) kedua poin diatas akan
dilaksanakan secara partisipasi artinya masyarakat harus dilibatkan secara
keseluruhan dalam rangka terjadinya perubahan pola pikir masyarakat.
Ketiga metode PAR ini mahasiswa bisa
bersama-sama dengan masyarakat dalam menyelesaikan segala permasalahan yang
dialaminya. Dalam metode PAR ini masyarakat secara keseluruhan terlibat dan
mahasiswa menjadi fasilitator, mediator dan motivator untuk memberikan
perubahan secara signifikan kepada masyarakat.
Perkulihan Kerja Nyata (PKN) adalah
nama lain dari Perkuliahan Kerja Nyata (PKN). Nama ini mungkin hanya diterapkan di Institut Agama Islam (IAI) Al-Khairat
Pamekasan, hal ini mungkin untuk sedikit menghindari kata PKN sebenarnya lebih
dekat dengan kepanjangan dari korupsi, kolusi
dan nepotisme.Tidak diketahui pasti mengenai alasan jelas dari penggunaan kata PKN ini. Hanya di hampir seluruh
pergururan tinggi di Indonesia,
semuanya menggunakan kata PKN. Dari program pemerintah pun demikian.
Namun secara hakekatnya PKN yang ada di kampus yang sudah berusia puluhan tahun ini sama dengan yang lainnya.Yaitu merupakan pelaksanaan dari falsafah pendidikan nasional, dalam rangka Tri darma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat sebagaimana penjelasan diatas.
Namun secara hakekatnya PKN yang ada di kampus yang sudah berusia puluhan tahun ini sama dengan yang lainnya.Yaitu merupakan pelaksanaan dari falsafah pendidikan nasional, dalam rangka Tri darma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat sebagaimana penjelasan diatas.
Kegiatan ini lebih mengutamakan
aktvitas nyata yang dilakukan oleh para mahasiswa, sehingga keberadaannya dalam masyarakat akan bermanfaat
bagi masyarakat, khususnya warga masyarakat
yang berada di lokasi PKN.
PKN yang merupakan bagian dari
Undang-Undang Sitem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 ini merupakan salah satu mata
kuliah dalam Perguruan Tinggi,dimana dalam kegiatan ini mahasiswa melakukan segala
tugas-tugas yang merupakan penerapan kegiatan akademik yang diwujudkan dalam kegiatan
langsung mahasiswa di masyarakat atau lembaga sehingga menjadi pengalaman yang
dapat meningkatkan kedewasaan atau keprofesionalisme mahasiswa untuk
memperbaharui dan mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Dengan demikian PKN memiliki makna
yang cukup signifikan. Selain aplikasi luhur perguruan tinggi dalam melakukan pengabdian
pada masyarakat dalam bentuk pengamalan ilmu dan pengetahuan, PKN juga merupakan aktifitas transformasi
sosial budaya sebagai upaya pengembangan dan proteksi sumber daya lokal yang
merupakan aset nasional yang sangat
berharga. Sebagaimana dijelaskan dalam Buku Juknis PKN XXIII berbasis PAR 2018 IAI Al-Khairat,
Bab II Pasal 2, PKN tahun
akademik 2017/2018 ini bertema
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program
Mahasiswa Mengabdi”.
Program PKN XXIII IAI Al-Khairat
Pamekasan tahun 2018, yang untuk kedua kalinya berbasis PAR
dan menggunakan system
bottom up, dilaksanakan
di daerah Kabupaten Pamekasan dan tersebar di beberapa beberapa desa, lembaga
pendidikan, dan pondok pesantren
berbeda.
Untuk PKN 2018
Kelompok X melaksanakan PKN di PP. Miftahul Ulum Padukoan Bicorong
Pakong Pamekasan. PP. Miftahul Ulum sendiri adalah sebuah Pondok Pesantren dengan Yayasan Al-Muarraf yang
menaungi beberapa jenjang pendidikan, yaitu, Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), Raudlatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP) , Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Madrasah Diniyan (MD)
Ula, Wustha dan Ulya.
B.
TUJUAN PELAKSANAAN PKN
Tujuan Pelaksanaan PKN IAI Al-Khairat
Tahun 2018 sebagaimana dijelaskan dalam Buku Petunjuk dan Teknis (Juknis) PKN XXIII
berbasis PAR IAI Al-Khairat 2018 Bab V
Pasal 7 yaitu :
- Memperjelas dan memperdalam
penghayatan (Empati) mahasiswa terhadap fungsi dan peran dirinya dalam
pembangunan di tengah-tengah Masyarakat.
- Mengorientasikan mahasiswa
ke arah pengenalan, pemahaman dan pemecahan masalah.
- Membantu program
pemerintah dalam pembangunan Khususnya Pembangunan Pengurus Pondok Pesantren / Lembaga Pendidikan
Pedesan.
C.
SASARAN
DAN TARGET PKN
Sasaran PKN XXIII
berbasis PAR juga terdapat dapa buku Juknis dijelaskan pada Bab VI pasal 11 yaitu :
- Pemberdayaan Pengurus Pondok
Pesantren / Lembaga Pendidikan Desa
- Pengelolaan Lembaga
Pendidikan
- Pengelolaan Pondok Pesantren
Sedangkan Targetnya dijelaskan pada Bab V
pasal 8 yaitu :
- Timbulnya rasa kesadaran
dan tanggung jawab mahasiswa terhadap masalah-masalah atau sejumlah
persoalan, sehingga dapat menempatkan dirinya
sesuai dengan fungsi
dan perannya di Pengurus Pondok Pesantren / Lembaga Pendidikan.
- Mahasiswa mengenal
secara langsung beberapa
metode pendekatan dalam
pemecahan masalah Pengurus
Kelembagaan khususnya Kepengurusan Pondok Pesantren.
- Meningkatka kesadaran dan penghayatan Pengurus Kelembagaan
khususnya Pengurus Pondok Pesantren terhadapat kehidupan keagamaan, Sosila
dan Pendidikan Masyarakat.
D.
SISTEMATIKA
PEMBAHASAN
Sampul Dalam
Lembar Pengesahan Pengasuh
Lembar Pengesahan & Persetujuan DPL
& LP3M
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B.
Tujuan Pelaksanaan PKN
C. Sasaran dan Target PKN
D. Sistematika Pembahasan
Bab II Proses Penerapan PAR
A. Proses Perkenalan dan Warga
Pondok Pesantren
B. Proses Pemahaman dan
Inkulturisasi
1. Observasi
2. Membangun Komunitas
3. Membangun Trust (Kepercayaan)
Bab III Deskripsi Umum &
Problematika Pondok Pesantren
A. Sejarah dan Letak Geografis
B.
Peta Demokrafis
1.
Bidang Kepesantrenan
2.
Bidang Lembaga Pendidikan
3.
Bidang Pengembangan Usaha
C. Problematika Umum Lembaga Pendidikan
1.
Masalah Pelaksanaan Pembelajaran
2.
Masalah Sarana Pendidikan
3.
Masalah Kenakalan Siswa
4.
Masalah Kedisiplinan
5. Masalah Kesadaran akan Kebersihan dan
Lingkungan
Bab IV Identifikasi Masalah, Potensi dan Kendala-Kendala
A. Identifikasi Masalah dan Prosesnya
1. Observasi
2. Wawancara
B. Identifikasi Potensi
C. Identifikasi Kendala
Bab V Realisasi dan Evaluasi Program
A. Perencanaan
B. Pelaksanaan
C. Evaluasi
D. Program Pendekatan dengan Lembaga
E. Identifikasi Hasil
Bab VI Penutup
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
Lampiran Fhoto
Lampiran-Lampiran
BAB II
PROSES PENERAPAN
PARTICIPATORY ACTION RESEARCH (PAR)
A.
Proses
Perkenalan dengan Warga Pondok Pesantren

Sebagaimana lazimnya orang yang masuk di Daerah orang
lain tentu banyak hal yang harus dilakukan.
Kemudian langkah awal untuk mengenali
Masyarakat tersebut dituntut untuk
melakukan observasi secara keseluruhan. Siapapun yang datang berkunjung sekaligus menetap ke
tempat masyarakat lain sangatlah penting melakukan proses perkenalan,
karena kami berada dilingkungan Pondok Pesantren maka langkah awal kami
mengenali seluruh civitas Pondok Pesantren, dan dimana kami sebagai peserta Perkuliahan
Kerja Nyata (PKN), untuk
membicarakan duduk persoalan tentang apa maksud dan tujuan kedatangan anggota
PKN ke Pondok Pesantren Miftahul Ulum Padukoan, kemudian kami kemas kedalam bentuk rill seperti melakukan perkenalan dengan masyarakat sekitar.
Disini kami disambut baik oleh pengasuh
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Padukoan beserta para dewan pengasuh yang di antaranya RKH. Ali Mufti
dan Ustad Kholik. Dalam sambutannya ada banyak hal yang disampaikan oleh
beliau tentang kondisi Pondok Pesantren dan Keadaan
Lembaga serta kondisi masyarakat sekitar.
Beliau mengatakan bahwa Kami sangat bersyukur, Pondok Pesantren kami yang jauh
dari jangkauan orang-orang dan bertempat di pedalaman serta sangat terpencil
ini, kali ini sudah terjangkau Peserta PKN yang mau melaksanakan PKN di Pondok
Pesantren ini, dimana sebelumnya tidak pernah ada peserta PKN di Pondok Kami
ini.
Kemudian
pesan beliau yang di sampaikan kepada kami sebagai anggota PKN
Perdana Di Pondok Pesantren salah satunya adalah jagalah nama baik Pondok
Pesantren serta nama baik Institut Agama Islam (IAI) yang mengutus kami. Dan
beliau juga berpesan tunjukanlah
dirimu sebagai orang- orang yang memberikan amanah terhadap orang yang belum
mengenal peradaban pendidikan dan berhati-hatilah, jangan sampai masyarakat
lain tersinggung dengan metode da’wah yang kita sampaikan.
Kemudian kami mengharap dengan kedatangan kalian ini mampu membawa perubahan
terhadap Pondok Pesantren kami, Khususnya masalah yang berhubungan dengan moral
tingkah laku santri kami, dan yang terakhir, karena Mayoritas kalian ini dari
Prodi Managemen Pendidikan Islam (MPI) yang tentunya mampu mengurai dan
mengelola Kelembagaan, maka kami mengahrap lembaga kami mulai dari PAUD, RA,
MI, SMP, SMK, MD (ULA, WUSTHO, DAN ULYA)
yang sangat jauh dari kesempurnaan baik dari sarana dan Prasarana serta Bagian
Tata Usaha Khususnya, kalian dapat menyalurkan Ilmu-Ilmu serta Aspirasi yang
kalian miliki.
Setelah melakukan perkenalan dengan pihak penngasuh
dan dewan pengasuh, kami
membagi kelompok kami menjadi 3 bagian (devisi) yakni, Divisi 1 sosialisasi
dengan masyarakat atau silaturrahmi ke rumah masyarakat, Devisi 2 Interview
atau silaturrahmi ke sebagian anggota dewan guru di PP. Miftahul Ulum, devisi 3 melihat kondisi kelembagaan dan
menganalisa potensi yang ada. Tindakan dan langkah yang dilakukan 3 divisi
di kelompok kami untuk mengambil sampel dalam penilitian kami adalah:
1.
Masyarakat

Langkah pertama yang kami lakukan adalah melakukan perkenalan dengan
masyarakat “Bapak. Kholik” salah satu
Pengurus Kelembagaan bagian Tata Usaha dan
“bapak Ali” sebagai kepala sekolah SMK Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum”,
dimana dalam pertemuan atau silaturrahmi tersebut banyak hal yang di ceritakan
mengenai kondisi Pendidikan Kelembagaan
serta keadaan Lembaga PP. Miftahul Ulum Padukoan Bicorong Pakong Pamekasan.
Dimana isi dari dialog tersebut salah satunya adalah, Harapan kepada kami
sebagai Peserta PKN, membantu membenahi kekurangan serta memberikan Sumbangsih
ide dan pemikiran pada lembaga kami khususnya bagian Tata Kelola Lembaga PP.
Miftahul Ulum ini.
2.
Pengasuh Yayasan Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum
Disini merupakan salah satu langkah kami sebagai peserta PKN berbasis PAR untuk melakukan silahturahmi. Dengan alsan kami bertempat di Pondok Pesantren
,dalam pertemuan ini kami kemas dengan Pembukan dan perumusan Program PKN yang
mana Program tersebut sudah kami Rumuskan dalam Rapat Interna Peserta PKN
,untuk mengawali Pelaksanaan PKN diisi dengan Tawassul kepada para auliya’
dan Guru- Guru serta masyarakat sekitar.
Sebagaimana Pengasuh PP. Miftahul Ulum merupakan orang yang di anggap yang paling utama,
karena beliau Pemimpin Pondo Pesantren
ini.
Kemudian kamipun memperkenalkan satu persatu di
antara kami dan beliaupun memberikan
beberapa masukan yang salah satunya adalah “mari kita kerjasama
untuk menjaga nama baik Perguruan Tinggi yang mengutus Kalian serta Almamater
pondok Pesantren ini dan marilah kita bersama sama dalam menata menyukseskan
Pelaksanaan Peserta PKN Al-Khairat ini secara maksimal serta mendapat Barokah
dan Ridho Allah. Amin”
B.
Proses
Pemahaman dan Inkulturasi
PAR memiliki tiga arti penting yang saling berkaitan
antara satu sama lain yang kemudian diartikan kedalam Partisipasi, Aksi
dan Riset. Dalam hal ini ketika melakukan riset atau hasil penelitian
harus ditindak lanjuti dengan bentuk nyata atau kedalam bentuk aksi. Proses
melakukan perubahan sosial tersebut, masyarakat / warga terkait
harus dilibatkan karena disinilah objek untuk melakukan
perubahan sosial. Disini merupakan letak partisipasi masyarakat untuk
memecahkan persoalan yang terjadi sehingga lahir perubahan pola pikir
ditengah-tengah masyarakat. Langkah awal sebelum melakukan perubahan sosial,
perlu sekali mengenali dan memahami kondisi Pondok Pesantren serta
lembaga yang berada dibawah naungannya baik yang Intern atau Eksternal. Langkah yang kami lakukan untuk mengenali kondisi tersebut adalah:
1.
Observasi
Observasi merupakan suatu metode pengamatan dimana tahap ini merupakan tahapan yang paling
urgen, karena untuk mengetahui lebih jauh tentang kondisi yang
ada. Disini observasi yang diambil
adalah secara langsung maupun tidak langsung. Observasi langsung seperti
keterlibatan dalam mengikuti musyawarah, Tahlillan/Istiqasah, Sholat berjemaah dan acara-acara lainnya.
Mahasiswa secara langsung ikut serta menjadi mediator
dalam membangun ide-ide kreatif, sarana komunikasi dan lain-lain. Sedangkan
dalam observasi tidak langsung mahasiswa peserta PKN Berbasis
PAR hanya melakukan pengamatan dari luar dan tidak
melakukan kegiatan langsung dalam proses kegiatan Pondok
maupun kelembagaannya dalam
melakukan kegiatan keseharian dan berbagai aktivitas lainya.
Observasi ini dilakukan oleh kelompok
X PKN Berbasis
PAR saat pertama kali datang di Yayasan
Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum Padukoan pada minggu pertama kami hadir. Hal ini di lakukan dalam rangka membina hubungan antara
kami dengan pengasuh dan dewan pengurus serta para santri dan
siswa, serta mengambil beberapa
informasi yang berkaitan dengan kondisi lingkungan setempat. Dari data yang
kami peroleh, kemudian kami rembuk kembali dalam satu musyawarah kelompok dalam
forum-forum evaluasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami secara
umum kondisi Pondok Pesantren dan kelembagaan serta menganalisa
apa saja yang harus kami lakukan.
Kesimpulan yang kami ambil dari data ini belum final, dan
kami perlu mengadakan observasi kembali untuk mengukuhkan kesimpulan yang kami
ambil dengan melakukan musyawarah lanjutan dewan-dewan
pengurus lain yang masih belum kami datangi. Setelah data itu di peroleh tentang seluk beluk Pondok
Pesantren serta keadaan lembaga yang ada dibawah naugan pondok tersebut, barulah data tersebut kami exsplor kepada dewan
pengasuh untuk memusawarahkan dengan peserta PKN mengenai hasil observasi kami. Proses pengambilan data tidak dengan cara top down,
akan tetapi proses eklsplorasi data tersebut kami lakukan dengan mengajak Keperngurusan
yang ada untuk berdiskusi
dan mencari solusi permasalahan yang mereka hadapi,
barulah menentukan skala prioritas persoalan yang paling
mendesak untuk secepatnya antisipasi.
2.
Membangun Komonitas
Komonitas
merupakan kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagai lingkungan,
umumnya memiliki ketertarikan, keinginan dan tujuan yang sama. Selaku pendatang
baru yang baru akan memulai sebuah komonitas dan menyatukan tujuan yang awalnya
berbeda menjadi sebuah tujuan yang sama maka banyak hal yang sejatinya harus di
perhatikan oleh peserta PKN Berbasis PAR kelompok X untuk membangun hal itu,
karena banyak hal yang sejatinya tidak kami inginkan bisa saja terjadi.
Meskipun dalam membangun komunitas itu kami merasa tertatih tatih. Akan tetapi,
berkat usaha dan kinerja keras yang dilakukan teman-teman PKN kelompok X bisa
dikatakan kami sukses membangun komonitas di PP. Miftahul Ulum yang menaungi
kami.
Dalam
hal membangun komonitas banyak hal yang dilakukan teman-teman PKN Berbasis PAR
kelompok X salah satunya mengintensfitaskan silaturarrahmi dengan masyrakat
sekitar, seringnya berkonsultasi dengan dewan pengasuh untuk membiacarakan
agenda atau hal-hal yang yang bersangkutan dengan kegiatan PKN, serta menjadi
mediasi bagi siswa yang membutuhkan bimbingan belajar dan menciptakan dan
menghidupkan kembali Program Pondok yang belum terealisasi.
3.
Membangu Trus ( Kepercayaan)
Langkah strategis untuk membangun kesadaran sosial
kemasyarakatan serta kepengurusan Pondok Pesantren
maupun Lembaga supaya terwujudnya lembaga
pendidikan dibawah naugan Pondok Pesanren yang memang betul-betul berbasis
Islami serta masyarakat yang
mandiri, peserta PKN Berbasis PAR kelompok X bertindak sebagai mediator dalam proses perubahan yang
diinginkan. Disini kami membangun komunitas-komunitas kecil. Kebetulan
kami melihat kondisi musholla sebagai tempat ibadah yang mengharuskan semua siswa/santri
berinteraksi dan sebagai tempat Belajar serta lapisan masyarakat pada umumnya untuk melakukan ibadah bersama.
Khusunya karena berada di lingkungan Pondok. Untuk meningkatkan kesadaran para
santri untuk menyadari hal tersebut.
Proses pembentukan komunitas ini dilakukan melalui forum,
hal utama yang kami lakukan adalah membicarakan dengan teman teman PKN hal apa
yang akan kita lakukan untuk mengatasi permasalahan dari sampel yang sudah kita
miliki, kemudian disini kami
berdiskusi mengenai permasalahan yang terjadi serta langkah
kongkrit yang akan kami lakukan dalam mengatasi hal tersebut.
Dari
beberapa permasalahan yang kami dapat dari hasil observasi ada suatu hal yang
cukup menyita perhatian kami selaku anggota PKN yang berbasis pendidikan yakni,
Kesemangatan dan Moral para santri yang miris, sedangkan basis dari pada
lembaga pendidikan tersebut merupakan pesantren, banyak guru yang lupa akan
tanggung jawabnya dan lebih mementingkan masalah materi.
Pertama kali kami datang ke PP.
Miftahul Ulum ini, yang mana disini merupakan lokasi pengabdian kami terhadap lembaga
pendidikan khusunya dan masyarakat pada umumnya. Tidak bisa dipungkiri ketika kami
bersosialisasi dengan masyarakat ternyata
hampir semua lapisan masyarakat beranggapan bahwa kedatangan peserta PKN dengan
membawa proyek. Mungkin karena minim pengetahuan dalam dunia pendidikan atau di
pengaruhi oleh sebagian pakar politik
yang begis akhirnya dapat meracuni pemikiran masyarakat. Inilah anggapan yang
harus di cegah dan di benahi sebab dapat mengahancurkan kepercayaan
dalam dunia ilmu pengetahuan dan kemanjuan Lembaga Pendidikan
serta Masyarakat sekitar.
Disini masyarakat masih kuat beranggapan bahwa kedatangan
peserta PKN dengan membawa finansial yang banyak dalam membangun program disegala
bidang. Pada dasarnya kedatangan kami tidak hanya melakukan seperti yang
diasumsikan oleh masyarakat selama ini. PAR memiliki tujuan yang paling urgen
yaitu belajar bersama lembaga dan masyarakat dalam melakukan pemberdayaan terhadap
kehidupan sosial.
Dalam
proses perkenalan baik dengan dewan pengasuh ataupun dengan para santri/siswa,
yang mana perkenalan terhadap santri atau siswa, kami mengambil siasat
membangun program- program santri yang sebelumnya masih belum ada dan
terlaksana diantanranya 1. Program Ilmu Qu’an, karena disini basisnya Pondok
Pesantren sangat miris jikalau santri tidak bisa mengaplikasikan Ilmu Al-Qur’an
Seperti Pemahaman Ilmu Tajwid, bacaan –
Bacaan yang baik, dan lainnya 2. Program Kaligrafi dan ada juga program
lainnya, kami menyampaikan beberapa hal yakni tugas dari pada anggota PKN.
Setelah
dua hari ka berada di PP. Miftahul Ulumkamipun mengundang pengasuh untuk
membicarakan atau diskusi beberapa permasalahan yang kami dapatkan dari hasil
observasi serta harapan pengasuh terhadap anggota PKN. Dari hasil pertemuan
tersebut kamipun mendapatkan beberapan hal atau harapan yang semestinya kami
lakukan dalam sekala waktu PKN dengan mendapatkan Barokah serta memaksimalkan
Program yang sudah dirumuskan dan kamipun memasukan hasil dari pada pertemuan
tersebut kedalam agenda kami selama PKN sebagaimana terlampir dalam agenda PKN
kelompok X.
BAB III
DESKRIPSI UMUM DAN
PROBLEMATIKA
YAYASAN AL-MUARRAF PP.
MIFTAHUL ULUM
A.
Deskripsi Pondok Pesantren
1.
Sejarah
dan Letak Geografis PP. Miftahul Ulum
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Merupakan salah atu Pondok Pesantren yang
terletak di Dusun Padukoan Desa Bicorong Kecamatan Pakong Kabupaten Pamekasan,
Nama Padukoan diambil dari istilah orang dahulu yaitu “Tempat Perguruan” kalau
sekarang dapat di Istilahkan dengan “Tempat Menimba Ilmu”. dan padukoan juga
merupakan salah satu tempat yang pada pada masa belanda menjadi target
pencarian orang-orang Belanda selain Dusun. Banyuanyar, Dusun. Bata-Bata. Jadi
PP. Miftahul Ulum dengan nama Yayasan Al-Muarraf ini berdiri mulai -+ Tahun
50_an masih ada hubungan darah dengan “KIAI. ISBAT” pengasuh PP. Banyuanyar.
PP. Miftahul Ulum pada saat itu masih berupa sebuah tempat kecil yang hanya
cukup beberapa orang untuk belajar, dalam istilah bahasa madura “ Langgeran”.
Namun setelah beberapa tahun kemudian tepatnya -+ Tahun 60_an PP. Miftahul Ulum
mendirikan Madrasah Diniyah (MD) dimana suatu jenjang pendidikan yang fokusnya
pada Ilmu Keagaan, kemudian lembat laun berkembang semakin maju, PP. Miftahul
Ulum pada Tahun -+ 80_an membuka jenjang Pembelajaran PAUD (Pendidikan Usia
Dini) dimana untuk menampung semua anak-anak untuk belajar berbagai macam ilmu.
kemudian -+ pada tahun 90_an membuka
jenjang pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang mana selain ada sarana untuk
belajar keagamaan di PP. Miftahul Ulum juga Pondok Pesantren tidak ingin
ketinggalan dari perkembangan zaman, PP. Mifathul Ulum juga ingin terjangkau
dan diakui oleh Aparat pemerintahan.
Kemudian PP. Miftahul Ulum dengan
jangka waktu dan mampu bertahan dalam dunia pendidikan akhirnya mampu membuka
jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada Tahun 2005 diberi nama
SMP Al-Muarraf yang pada saat ini menjadi kepala sekolah yaitu; Drs.H. ACHMAD DJUNAIDI , dan pada Tahun 2010
juga mampu membuka jenjang pendidikan Sekolah menengah Kejuruan (SMK) diberi
nama SMK Al-Muarraf dan yang menjadi kepala sekolah pada saat ini yaitu; ALI
WAFA, S.Pd. serta sudah mendapat Nilai Akreditasi B. Kemudian Setiap
jenjang pendidikan Mulai dari PAUD hingga SMK sampai pada tahun ini yang
menjadi pengasuh yaitu; KH. ACH MUZAMMIL.
Dalam penulisan Sejarah dan letak
Geografis PP. Miftahul Ulum Ini, mungkin tidak terlalu Sempurna karena sesuai
dengan dauh Pengasuh KH. ACH MUZAMMIL. “saya kurang begitu tahu dan tidak
berani menetapkan berapa tahun dan pada tahun berapa PP. Miftahul Ulum ini
berdiri setiap jenjang pada tahun berapa berdirinya, karena sebelum saya ada
disini semua pendidikan yang ada pada saat ini sudah terealisasi, jadi saya
memakai perkiraan saja. Dan juga sebetulnya masih ada yang lebih tahu dengan
Kongkrit tentang sejarah PP. Miftahul Ulum ini.” Jadi penulisan ini hanya
sekilas saja. Dan sesuai saran dan pesan Beliau “ kalau mau cari yang lebih
Kongkrit/ Mumtaz yang tahu tempatnya Jauh. Jadi tulis apa adanya dulu.”
2.
Peta Demokratis
Letak Keberadaan
Yayasan Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum dapat digambarkan dalam bentuk Diagram Ven, dengan Gambaran sebagai berikut;

Adapun jumlah
Robel (Rombongan Belajar) dari masing-masing jenjang pendidikan yang ada
dibawah naugan Yayasan Al-Muarraf PP. Miftahul Ulum Padukoan Bicorong Pakong
Pamekasan baik santri Colokan Maupun yang Aktif sebanyak 291/Orang dengan
rincian sebagai berikut;
|
NO
|
ROMBEL
|
IDENTITAS
|
JUMLAH
|
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
|||
|
1.
|
PAUD
|
4
|
5
|
9
|
|
2.
|
RA
|
10
|
9
|
19
|
|
3.
|
MI
|
25
|
25
|
50
|
|
4.
|
SMP
|
18
|
26
|
44
|
|
5.
|
SMK
|
15
|
22
|
37
|
|
6.
|
MD ULA
|
44
|
54
|
98
|
|
7.
|
WUSTHO
|
8
|
19
|
27
|
|
8.
|
ULYA
|
3
|
4
|
7
|
|
Jumlah
|
127
|
164
|
291
|
|
Melihat data di atas dapat dilihat bahwa dengan jumlah peserta didik yang
ada dibawah Naungan PP. Miftahul Ulum ini didominasi oleh perempuan dari pada
jumlah laki-laki. Sedangkan untuk mengetahui asal sensus siswa Rata-Rata dari
lingkungan Pondok Pesantren, namun ada Juga sebagian yang dari kecamatan Lain
seperti Waru Pamekasan.
sedangkan Jumlah
personil Guru dan Pegawai yang berada dibawah naugan Yayasan Al-Muarraf
PP.Miftahul Ulum dari semua jenjang pendidikan mulai dari Paud sampai dengan
SMK sebanyak 83/ Orang dengan rincian sebagai berikut;
|
NO
|
NAMA GURU
|
IDENTITAS
|
JUMLAH
|
|
|
LAKI-LAKI
|
PERAMPUAN
|
|||
|
1.
|
PAUD
|
-
|
3
|
3
|
|
2.
|
RA
|
-
|
4
|
4
|
|
3.
|
MI
|
10
|
5
|
15
|
|
4.
|
SMP
|
11
|
3
|
14
|
|
5.
|
SMK
|
13
|
4
|
17
|
|
6.
|
MD ULA
|
19
|
-
|
19
|
|
7.
|
WUSTHO
|
6
|
-
|
6
|
|
8.
|
ULYA
|
5
|
-
|
5
|
|
JUMLAH
|
64
|
19
|
83
|
|
a.
Bidang Kepesantrenan
Dalam bebeapa pesantren perlu diterapkan sistem kepemimpinan multi leader.
misalnya ada pesantren yang menerapkan pola dua pemimpin yakni urusan luar
kepesantrenan dan pimpinan bidang kepesantrenan sehingga terdapat pimpimnan
umum yang di pengang oleh seorang kiyai dan pimpinan harian yang mengurusi
kegiata praktis mengenai kependidikan dan sebagainya. Dengan model kepemimpinan
kolektif pesantren bisa menjadi Pondok Pesantren modern yang kelangsungannya
tidak tergantung pada seorang kiyai sebagai pemimpin tertinggi lagi tunggal.
Bila kiyai meninggal tongkat kepemimpinan bisa dilanjutkan oelh pemimpin
lainnya.
Upaya menerapkan model kepmimpinan kolektif dalam majemen pesantren
merupakan suatu ikhtiar pembinaan pesantren sakaligus salah satu jawaban dari
problem kepmimpinan tersebut. Disamping itu, model kepemimpinan menyebabkan
kiyai bisa membagi tugas kepada wakilnya sesuai keahlian yang dimilikinya
mikanisme kepemimpinan memiliki beberapa keuntungan antara lain: meringankan
beban lain sama-sama memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan dan masa
depan Pesantren, adanya Interaksi saling menerima dan memberi dan menumbuhkan
suasana demokratis.
Sekarang ini, dalam beberapa Pesantren memang terjadi perubahan mekanisme
suksesi yang cukup signifikan. Kini kepemimpinan telah ditentukan oleh
kalangan Pesantren sendiri atau dari luar Pesantren yang akan berimpilikasi
pada sifat dasar, ruang lingkup dan bentuk kepemimpinan Pesantren yang
unik. Dengan perubahan kecendrungan ini kiyai dan keluarganya harus bersikap
realistis dan sportif dalam pengangkatan pemimpin berikutnya. Kursi
kepemimpinan akan diduduki oleh orang yang layak, meskipun dari luar keluarga
inti kiyai itu sendiri ini berati Parameter kepemimpinan seseorang bisa
memduduki posisi pemimpin Pesantren adalah kapabilitas, kapasitas, dan
kompetensi. Putra mahkota tidak lagi menjadi ukuran utama kecuali dia memiliki
kemampuan yang memadai.
Berbicara masalah pesantren. Dan mengenai kegiatan santri dan Masalah
Program Kelembagaan, kata dewan Pengasuh (RKH. ALI MUFTI) orang yang sangat
berperan aktif dalam kegiatan kepesantrenan ini biasanya santri sangat antusias
dalam mengikuti kegiatan ataupun program yang sudah Tertata yang cukup baik,
seperti kegiatan berjemaah, mengaji al-qur’an dan mengaji kitab kuning.
Adapun fasilitas ibadah dan tempat ngaji yang ada di PP. Miftahul Ulum
adalah dibangunnya mushalla. Dimana mushalla tersebut ada dua yaitu mushalla
putra dan mushalla putri, yang teletak didepan Aula PP. Miftahul Ulum untuk
santri putra dan di disebelah Utara pondok putri untuk santri putri. Dari hasil
observasi lapangan, mushlla hanya digunakan untuk shalat jama’ah, mengaji
al-qur’an dan mengaji kitap kuning. Karena sehubungan dengan adanya masjid yang
ada di sebelah selatan PP. Miftahul Ulum, maka mushalla tersebut tidak ramai
didatangi oleh warga sekitar untuk shalat berjemaah. Oleh karena itu, mushalla
tersebut hanya khusus santri.
b.
Bidang Lembaga Pendidikan
Kekuatan pendidikan Pesantren masih diterima sebagai pendidikan alternatif
lamanya waktu pertumbuhan dan perkembangan Islam Indonesia serta berhasilnya
proses Da’wah mempertahankan kesepakatan bahwa Pondok Pesantren pendidikan Islam
Indonesia masih perlu ditingkatkan dari tahun ketahun. Disamping itu
keterbatasan tempat dan kurang cerahnya harapan lulusan sekolah umum menolong
kedudukan Pondok Pesantren pendidikan Islam, untuk selalu dapat melaksanakan
program studinya, baik secara menyeluruh maupun secara terbatas seperti
Pesantren intensif yang dilakukan oleh beberapa minggu.
Kuantitas Pendidikan Pesantren memiliki jumlah yang lebih besar dari pada
Pondok Pesantren Pendidikan umum lintasan sejarah pengembangan Islam di
Indonesia memberi kessempatan berdirinya Pondok Pesantren sejalan dengan
struktur menyebaran umat diseluruh tanah air.
Keterkaitan psikologis orang tua Muslim dengan Pondok Pesantren, hususnya
Pondok Pesantren Pendidikan Agama masih kuat. Adanya tradisi Keagamaan dan
kepemimpinan (Informal) pada Pesantren yang merupakan potensi Nasional untuk
pembangunan, hususnya pembinaan keimanan dan ketaqwaan yang menjadi Tujuan
Pendidikan Nasioanal tidak dapat dipungkiri bahwa pejuang-pejuang Islam
merintis gerakan Modern dan gerakan kemerdekaan, merekapun menempati panggung
kepemimpinan Informal ummatnya, baik itu dimasa kemerdekaan maupun akhirnya
kepemimpinan mereka diakui sebagai sesuatu yang turut mempengaruhi keterlibatan
ummat didalam pembangunan.
Berbicara peserta didik di PP. Miftahul Ulum Padukoan desa Bicorong bisa
dikatakan dari segi pendidikan masih tergolong sangat rendah. Hal ini bisa
dilihat dari rata-rata hanya sampai tingkat SMK. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah peserta didik yang ada pada tabel diatas. Sedangkan alumni
yang lulusan SMK hanya ada Sebagian orang yang sedang melanjutkan ke perguruan
tinggi. Disamping Itu dalam Pondok Pesantren Ini menerapkan Identitas
Kesalafannya yang sangat Kuat.
Dari data tersebut, jelas sekali bahwa dalam hal pendidikan PP. Miftahul
Ulum Padukoan desa Bicorong masih tertinggal. Padahal menurut sebagian warga
masyarakat, sebenarnya daya pikir peseta didik tidak terlalu rendah jika
peserta didik ini menempuh pendidikan di luar wilayah.
Adapun fasilitas pendidikan di PP. An-Nidhamiyah sampai saat ini hanya
terdapat 16 rombel yaitu satu gedung Paud & RA dengan Lokal yang
berdempetan, Enam unit gedung MI/MD, SMP tiga unit gedung, dan SMK tiga unit
gedung. Sementara jumlah anak-anak yang menempuh pendidikan di PP. Miftahul
Ulum adalah paud berjumlah 9/orang yang terdiri dari laki-laki 4 orang dan 6
orang perempuan, RA/ 19/Orang yang terdiri dari
10 Laki-Laki dan 9 Perempuan, Untuk MI berjumlah 50 orang yang terdiri
25 orang Laki-Laki dan 25 orang Perempuan. Untuk
MD berjumlah 98 orang yang terdiri Laki-Laki 44 Orang dan 54 orang Perempuan. Untuk Tingkat SMP sebanyak 44 orang yang terdiri 18/orang Laki-Laki dan
26/orang Perempuan. Sementara untuk SMK sebanyak 37 orang yang terdiri dari
15/orang Laki-Laki dan 22/ orang Perempuan. Untuk MD Wustho Sebanyak 27 Orang yang terdiri dari 8 orang Laki-Laki
dan 19 orang Perempuan, Untuk MD Ulya sebanyak 7 Orang Yang terdiri dari 3
orang Laki-Laki dan 4 orang Perempuan.
Akan tetapi setelah sebagian besar peserta didik yang lulus dari PP.
Miftahul Ulum jarang sekali yang melanjutkan ke tingkat yang lebih
tinggi. Mereka lebih memilih bekerja dari pada menjadi pelajar. Hal ini
dikarenakan Paradigma berpikir peserta didik tentang pentingnya pendidikan
sangat minim. Apalagi yang berkenaan dengan masalah Ekonomi yang dijadikan
alasan tidak Bisa melanjutkan Studi ke Jenjang Perguruan Tinggi.
c.
Bidang Pengembangan Usaha
Kalau dilihat dari fasilitas yang ada di PP. Miftahul
Ulum masalah pengembangan usaha sangat minim sekali, karena disamping tempatnya
terpencil dan jauh dari jangkauan masyarakat serta memang pihak Pondok
Pesantren tidak begitu antusias untuk mengembangkan fasilitas yang ada,
kerana Basisnya Salafiyah, sehingga sampai sekarang pengembangan usaha hanya
didapat dari Kopontren yang Konsumennya hanya dari kalangan Santri san
santriwati.
B.
Problematika Umum Pondok Pesantren
Setelah
Kami mengamati dan melakukan Observasi, banyak hal yang perlu diperhatikan dan
dipecahkan ;
1.
Masalah Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam perspektif sejarah, Pondok Pesantren pendidikan yang terutama
berbasis di pedesaan ini telah mengalami perjalanan sejarah yang panjang, sejak
sekitar abad ke-18. bahkan ada yang mengatakan sejak abad ke-13. Beberapa abad
kemudian penyelenggaraan pendidikan ini semakin teratur dengan munculnya
tempat-tempat pengajian. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian
tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri),
yang kemudian disebut pesantren. Pesantren pertama didirikan oleh
Syekh Maulana Malik Ibrahim. Meskipun bentuknya masih sangat sederhana,
pada waktu itu pendidikan pesantren merupakan satu-satunya Pondok Pesantren
pendidikan yang terstruktur. Sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi.
Di Pondok Pesantren inilah kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar
Islam, khususnya menyangkut praktek kehidupan keagamaan.
Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan Pondok Pesantren dalam
hubunganya dengan peningkatankualitas sumberdaya manusia (human
resource) merupakaan berita aktual dalam arus perbincanggan
kepesantrenan kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian setidaknya
terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:
1.
Potensi pendidikan.
2.
Penggembangan masyarakat.
Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisitem pendidikan
Pondok Pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal dengan Sunan Ampel.Terkait denggan sistem pengelolaan Pondok Pesantren dalam
interaksinya denggan perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi,
kalangan internal pesantren sendiri sudah mulai melakukan pembenahan salah satu
bentuknya adalah pengelolaan Pondok Pesantren formal sekolahan mulai tingkat
SD/MI, sampai perguruan tinggi, di lingkungan pesantren dengan menawarkan
perpaduan kurikulum keagamaan dan umum sertaperangkat keterampila yang
dirancang secara systematic dan itegralistik.
Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrsah Aliyah Program
Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di kembangkan pesantrenpun cukup
kompetitif dalam menarik minat masyarakat. Sebab ada semacam jaminan keunggulan
out put yang siap bersaing dalam kehidupan sosial. Dan pesantren dengan segala
keunikan yang dimilikinya masih sangat diharapkan menjadi penopong
berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia yang ditandai banyak sekarang
pesantren yang ada pendidikannya berupa formal dan tentunya non formal juga.
Ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem pendidikanya dengan
menciptakan model pendidikan modern yang tidak lain terpaku pada sistem
pengajaran klasik (wetonan,bandongan) dan materi kitab-kitab kuning. Tetapi
semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran, sarana
dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan modern. Modifikasi
pendidikan pesantren semacam ini telah di eksperimentasikan oleh beberapa
Pondok Pesantren seperti Darussalam (Gontor) dan Pesantren al-Amin (Madura). Serta banyak Pesantren lainnya.
Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan sistem
pendidikannya dengan cara memperluas cankupan wilayah garapan, masih banyak
pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan tradisional dan konvensional denggan
membatasi diri pada penggajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral
keagamaan semata.
Pesantren model pure klasik atau salafi ini memang unggul
dalam melahirkan santri yang memiliki kesalehan, kemandirian, dan penguasaan terhadap
ilmu-ilmu ke-Islaman. Kelemahanya, out put pendidikan pure salaf
kurang kompetitif dalam percaturan persaingan kehidupan modern. Padahal
tuntutan kehidupan global menghendaki kualitas sumberdaya manusia terdidik dan
keahlian di dalam bidangnya. Realitas out put pesantren yang memiliki sumber
daya manusia kurang kompetetif inilah yang kerap menjadikannya termaginalisasi dan
kalah bersaing dengan out put pendidikan formal baik agama maupun umum.
Penyebaran yang luas dengan keanekaragaman karakteristik yang dimiliki
pesantren saat ini di semua wilayah Indonesia menjadi potensi luar biasa dalam
percepatan pembanggunan di daerah-daerah. Jika upaya maksimal ini dilakukan
oleh pemerintah secara tepat bukan tidak mungkin kedepan bukan tidak mungkin
akan menjadi lahan subur penyemaian bibit-bibit unggul manusia Indonesia. Jika
melihat keadaan ini tampaknya akselerasi pendidikan dan pengelolaan masyarakat
di pesantren optomis bisa berjalan, namun bagaimanapun program-program ini
tergantung pada penerimaan kyai di pesantren sendiri, maupun pengurus pesantren
sebab pesantren memiliki kemandirian (otonomi) yang relative besar juga
memiliki basis konstituen yang relative solid di mayarakat dan
sumberdaya lokal yang kuat.
Sehingga intervensi dari luar akan cenderung kurang efektif. Hal ini
menjadi tantangan Departemen agama untuk scara terus menerus mensosialisasikan
dan mendorong pesantren-pesantren tersebut terlihat dalam akselarasi pendidikan
nasional akan dapat di tingkatkan scara drastis. Oleh sebab itu pelibatan
pesantren dalam akselerasi pendidikan nasional tidak bisa ditanggani secara
serampangan, apalagi karitatif dan birokatik tugas Departemen Agama yang
mendesak adalah bagaimana memperbesar partisipasi pesantren melalui program-program
yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pesantren itu sendiri.
Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah berkaitan
denggan pengelolaan keuanggan pesantren. Dalam pengelolaan keuangan akan
menimbulkan permasalahan yang serius apabila pengelolaanya tidak baik. Pengelolaan keuanggan pesantren yang baik sebenarnya
merupakan upaya melindunggi personil pengelolaan pesantren (Pengasuh, Ustadz,
atau pengelola pesantren dan pengelola Kelembagaan lainya) dari pandangan yang
kurang baik dari luar pesantren. Selama ini banyak
pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren denggan harta
milik Individu, walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren justru lebih
banyak bersumber dari kekayaan Individu. Namun dalam rangka pelaksanaan
manajemen yang baik sebaiknya diadakan pemilahan antara harta kekayaaan
pesantren dengan harta milik individu, agar kelemahan dan kekurangan pesantren
dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain, Pihak Internal Maupun
Ekstrenal termasuk orang tua santri.
Setelah kami mendata dan mengamati pembelajaran di PP. Miftahul Ulum
Padukoan Desa bicorong ini, sebagian besar yang menjadi permasalahan
disetiap jenjang yaitu masalah kurangnya membaca dan menulis sehingga
Para peserta didik minim sekali yang paham terhadap mata pelajaran yang ada di
PP. Miftahul Ulum ini, dan sebagian besar yang sangat minim sekali dari hasil
observasi kami terkait kepesantrenan yaitu masalah kurangnya masih Kurangnya
pemahaman santri terhadap membaca kitab kuning hal ini disebabkan masih belum
ada program khusus tentang Pemahaman Kitab Kuning di Pondok Pesantren Tersebut.
Dan terkait masalah kesopanan dan kedisiplinan santri yang sangat Minim.
Oleh karena itu, kami dari rekan-rekan PKN mencoba
berunding dengan dewan Pengasuh (RKH. ALI MUFTI) untuk memecahkan maslah
tersebut sehingga dari hasil perundingan atau musyawarah rekan-rekan PKN dan
Dewan Pengasuh mandapatkan keputusan untuk mengadakan program tambahan yakni
program cepat membaca kitab kuning dan praktek kutubiyah setiap hari yang
dahulunya Program Ini Punah dan dihidupkan kembali, dan juga kami rekan-rekan
PKN memberikan Contoh tentang kedisiplinan dan Kesopanan dengan menyalurkan
peringatan melalui Penempelan Aksara-Aksara yang menyinggung tentang Kesopana
dan Kedisiplinan serta Pemberian Motivasi yang dilaksanakan dalam salah satu
Program PKN yaitu; Kuliah Tujuh Menit (Kultum) setiap setelah Shalat Subuh.
2.
Masalah Sarana & Prasarana Pendidikan
Pengelolaan sarana dan prasarana dalam meningkatkan
kualitas pendidikan di Pondok Pesantren sangatlah penting.
Diantara
usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, Sarana dan
Prasarana yang memadai merupakan salah satu faktor yang berperan penting untuk
menunjang kualitas pendidikan, agar proses pendidikan di sebuah Pondok
Pesantren tersebut berjalan dengan lancar sesuai tujuan yang telah ditentukan.
Masalah sarana pendidikan yang ada di PP. Miftahul Ulum yaitu kurangnya
Lokal atau Pembangunan, dengan satu bukti bahwa sampai sekarang ini khusus
untuk gedung perpustakaan masih belum ada, sehingga fasilitas untuk media
pembelajaran Pondok Pesantren Sangatlah minim sekali. Dengan demikian, Para
peserta didik sangat terbatas untuk mengembangkan pengetahuannya disebabkan
kurangnya sarana pendidikan.
Selain itu, salah satu problematika sarana pendidikan yaitu tidak ada buku
pegangan (lks) bagi peserta didik. Sehingga mayoritas
mata pelajaran tidak tuntas tiap semesternya. Oleh karena itu yang
jadi korban adalah peserta didiknya dengan bukti sulitnya menjawap soal-soal
ujian. Dan yang paling Miris tidak adanya sama sekali Sarana Komputer pada tiap
Tingkatan Kantor Lembaga Mulai dari PAUD sampai SMK. Sehingga dalam menyusun
Managemen Tata Usaha Pondok Pesantren maupun Lembaga yang ada dibawah naugannya
kesulitan dalam hal Penyimpanan data-data Pondok maupun Kelembagaan. Sehingga managemen Tata Usahanya sangat
Kurang.
3.
Masalah
Kenakalan Santri
Santri adalah sebutan bagi Murid yang mengikuti Pendidikan di Pondok Pesantren. Pondok
Pesantren adalah sekolah pendidikan umum yang persentasi ajarannya lebih banyak
ilmu-ilmu pendidikan agama Islam. Kebanyakan muridnya tinggal di asrama yang disediakan di sekolah itu.
Pondok Pesantren banyak berkembang di pulau Jawa.
Panggilan Santri Pondok X artinya ia pernah/lulus dari Pondok Pesantren X.
Panggilan Santri Kyai KH artinya ia pernah diajar oleh Kyai KH.
Umumnya, sebutan santri Kyai juga berarti ia pernah menjadi
anak asuh, Anak Didik, kadang - kadang mengabdi (biasanya di rumah kediaman) kyai yang bersangkutan (Wikipedia). Sedangkan
Pesantren adalah sebagai Pondok Pesantren pendidikan-agama dan Pusat penyebaran
Islam yang unik ke Indonesia telah menarik mintatnya para peneliti yang ingin
mendalami kebudayaan dan agama di Indonesia serta para Jurnalis Internasional
setelah pemboman Bali pada tahun 2002. Dewasa ini pesantren di Indonesia
semakin berkembang serta beranekaragam hingga dapat dikatakan sulit tugasnya
seorang peneliti yang berusaha untuk mengklasifikasi modelnya sebuah Pondok
Pesantren sebagai yang modern atau yang tradisional.
Cita-cita Pesantren adalah meneruskan estafet perjuangan Nabi. Begitupun
idealitas pesantren sebagai basic pertahanan ajaran-ajaran Islam. Namun
realitanya justru berbalik. Ternyata prinsip-prinsip pesantren mulai bergeser
dikalangan santri, khususnya para remaja.Pergeseran ini disebabkan
kecenderungan mereka mengikuti budaya-budaya luar yang tak sejalan dengan
prinsip pesantren. Pelanggaran-pelanggaran atau prilaku negatif santri kerap
bermuara pada budaya tersebut, seperti melihat konser musik, kekerasan fisik,
pencurian, pacaran, pesta miras atau sabu-sabu, dan lain-lain tetapi itupun
juga tidak semua santri melakukan kenakalan-kenakalan semacam itu. Cara
penampilan santri tidak sedikit yang mengikuti gaya yang sedang tren di
kalangan selebritis, seperti; model pakaian yang gaul, gaya rambut yang modis
dan berwarna, gelang tangan dan memakai kalung. Belum lagi cara bergaul yang
sok abis, seperti tidak lagi bersikap tawadlu pada guru dan orang-orang
sekitarnya terutama orang tua, tutur kata yang kasar, suka urakan dan rendahnya
sikap menghormati. Budaya dan Etika Non-Religius seperti itu ditelan mentah-mentah
tanpa disikapi secara kritis.
Kemerosotan moral santri ini mengacu pada rendahnya pemahaman ajaran
ulama-ulama yang tertuang dalam bentuk ahwal (prilaku), lisan (wejangan) atau
tulisan (kitab/buku). Akibatnya, identitas santri sedikit demi sedikit mulai
terkikis seiring perkembangan usia, lebih-lebih pada remaja. Diperparah lagi
karena pengaruh pesatnya laju budaya modern dan informasi tanpa ada filter
ketat. Obyek perhatian santri dalam berpikir, bersikap dan bertindak juga mulai
bergeser mengikuti aturan main remaja sebaya yang berkembang di lingkungan
eksternal pesantren. Kontrol diri yang lemah akan menambah daftar
"kenakalan" santri yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima. Begitupun bagi
mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak
bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan ilmu
pengetahuannya.
Dari data yang kami dapatkan tentang kenakalan santri di PP. Miftahul Ulum
ini adalah salah satu seringnya Para santri yang tidak masuk sekolah,
hal itu disebabkan dengan eratnya pergaulan antara santri dengan siswa yang
bukan santri (colokan), sehingga banyak sekali Para santri yang bolos sekolah
karena tidak bisa dipungkiri bahwa peserta didik yang ada di Pondok Pesantren
Ini didominasi dengan peserta didik (bukan statusntnya santri) yang mayoritas
mereka hanya hura-hurakan, senang pada dunia Hedonis dan tidak pernah
memikirkan pelajarannya bahkan Apatis.
Menurut pandangan kami, faktor utama yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu
kurangnya perhatian dan motivasi dari Para senioritas yang ada di Pondok
Pesantren Tersebut. Bisa kami simpulkan bahwa hal seperti ini adalah masalah
yang turun-temurun dari sejak dahulu, itu juga yang dijelaskan oleh salah
satu pendidik/guru SMP Miftahul Ulum (bapak Kholik).
4.
Masalah Kedisiplinan Santri
Tujuan utama pendidikan dalam Islam bukan hanya untuk mencetak generasi
yang cerdas secara akademik melainkan juga cerdas secara Emosional dan
Spiritual. Fenomena penyimpangan perilaku peserta didik yang sekarang banyak
terjadi merupakan gambaran belum berhasilnya proses pendidikan khususnya dalam
pembinaan Akhlak. Pondok Pesantren sebagai cerminan
terbaikpendidikan Islam memiliki cara tersendiri dalam pembinaan akhlak,
salah satunya adalah melalui penerapan kedisiplinan yang disinyalir mampu
melahirkan generasi berakhlak mulia.
Adapun problematika yang dihadapi di Pondok Pesantren Miftahul Ulum tidak
jauh berbeda, yaitu kurangnya SDM pembina, kurangnya kesadaran disiplin santri,
problem pribadi dan psikologis santri serta orang tua, Sarana Prasarana yang
belum memadai, dan belum adanya dokumentasi terkait konsep pembinaan akhlak
yang bisa dijadikan acuan serta belum lengkapnya dokumentasi terkait konsep penerapan
kedisiplinan.
Di samping beberapa persoalan di atas, masalah kedisiplinan santri menjadi
sangat berarti bagi kemajuan Pondok Pesantren itu sendiri. Di Pondok
Pesantren yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang
baik.sebaliknya pada Pondok Pesantren yang tidak tertib kondisinya akan jauh
berbeda.
Berdasarkan hasil obsevasi kami selama kurang lebih tiga minggu kami
tinggal di Pondok Pesantren Ini, terdapat banyak santri yang
melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap tata tertib sekolah.
Pelanggaran-pelangaran yang kami maksud adalah salah satu terlambatnya santri
masuk sekolah. Sedangkan tata tertib yang berlaku bagi siswa-siswi disekolah
SMP/SMK Miftahul Ulum adalah diberikan sangsi membaca yasin dihalaman sekolah.
Dari banyaknya santri yang sering melanggar setiap harinya menunjukkan bahwa
kedisiplinan santri masih belum teratasi.
Dan kami sempat memberikan solusi kepada kepala sekolah SMK Al-Muarraf PP.
Miftahul Ulum (Bapak ALI, S,Pd) bahwa jika memang siswa/santri harus dituntut
untuk disiplin sebaiknya dilakukan setelah sebelumnya Para guru dan karyawan
juga menanamkan disiplin, baik untuk Persiapan mengajar maupun disiplin kerja
yang lebih utama, karena dari pengamatan kami sehari-hari ternyata bukan hanya
siswa/santri yang tidak disiplin, akan tetapi pendidik dan tenaga kependikannya
yang juga kurang disiplin.
5.

Masalah Kesadaran akan Kebersihan Lingkungan

Masalah Kesadaran akan Kebersihan Lingkungan
Kebersihan adalah salah satu aspek nilai Islam di pondok. Dalil yang
komplit tentang kebersihan, pastilah para ustad sudah hafal diluar kepala. Jadi
tidak perlu kita menggarami air laut. “Kebersihan adalah bagian dari iman”.
Dalil ini sudah dihapalkan sejak masa sekolah di Taman Kanak-Kanak. Karena
Kebersihan bagian dari iman maka ini perlu dibuktikan dengan perbuatan.
Tidak cukup dengan lesan saja. Seorang ulama dalam sebuah bukunya bahkan
menyatakan bahwa, "Dalam masalah kebersihan, Islam memiliki sikap yang
tidak dapat ditanding oleh agama apapun. Islam memandang kebersihan sebagai
ibadah dan sekaligus cara untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Bahkan Islam mengkategorikan kebersihan sebagai salah satu kewajiban
bagi setiap Muslim." Luar biasa. Dengan demikian fikih pertama yang
dipelajari oleh umat Islam adalah masalah kebersihan (al-thaharah).
Apakah untuk mewujudkan kebersihan sebagai ibadah, perlu ilmu
pengetahuan tambahan? Kalau iya, bentuknya seperti apa?
Baiklah. Dalam ilmu kesehatan lingkungan sarana Sanitasi Rumah, Asrama,
Pondok antara lain Kepadatan Hunian, Penerangan Alami, Penyediaan Air Bersih,
Sarana Pembuangan Kotoran Manusia, Sarana Pembuangan Sampah, Konstruksi
Bangunan, Ventilasi, Suhu Dan Kelembaban.
Sebuah observasi oleh ahli kesehatan lingkungan didapatkan gambaran antara
lain banyak diketemukan sanitasi Ponpes (Pondok Pesantren) yang kurang memadai,
kebersihan perorangan santri yang buruk, pengetahuan dan perilaku santri yang
kurang mendukung pola hidup sehat, serta pihak pengelola Lembaga Pendidikan
yang kurang tertarik dengan masalah sanitasi lingkungan ponpes.
Sejauh yang kami tahu tentang kesadaran akan kebersihan dari Para santri
cukup baik. Bahkan semua santri memiliki jadwal piket Secara Umum yaitu setiap
hari Minggu mengadakan Kerja Bakti semua santri di Halaman PP. Miftahul Ulum.
khususnya di halaman pondok, dan termasuk dihalaman posko PKN. Setiap harinya
kami sebagai peserta PKN ikut berpartisipasi dalam pembersihan di halaman
tersebut dan bahkan itu sudah menjadi rutinitas santri setiap harinya Baik
Santri Putri maupun santri putra.
Akan tetapi, satu hal yang sangat mengganjal bagi kami, yaitu sering
rusaknya tempat sampah, hal itu disebabkan kurangnya rasa memiliki terhadap fasilitas
pesantren, bahkan ada diantara rekan-rekan PKN yang sempat bertanya tentang ada
tidaknya tong sampah kepada salah satu santri yang pada
saat itu sedang membuang sampah dengan memggunakan tangannya, santri
tersebut menjawab bahwa masalah tempat sampah memang tidak pernah awet karena
selalu dijadikan bola pimpong dengan sebagian santri.
Dengan permasalahan tersebut, maka muncul inisiatif dari kami pertama
membuat Aksara Peringatan tentang Kebersihan yang diletakkan disetiap Penjuru
dan kami juga membuat Tempat sampah yang lumayan ada dan baik, dan
alhamdulillah rencana itu terealisasi dengan lancar.
BAB
IV
IDENTIFIKASI,
POTENSI
DAN
KENDALA-KENDALA
A.
Identifikasi Masalah dan Prosesnya
Adapun masalah-masalah yang ada di PP. Al-Muarraf
sangat begitu kompleks. Salah satunya adalah kurang tertatanya
Manajemen kepesantrenan, sehingga secara subtansial apabila manajemennya kurang
baik, maka semua kegiatan terbengkali. Salah satu contoh masalah adiministrasi
Pondok Pesantren, di Pondok Pesantren maupun Lembaga yang berada dibawah
naungannya ini juga demikian.
Akan tetapi sebelum membahas lebih jauh tentang
masalah yang ada di PP. Miftahul Ulum ini, alangkah lebih baiknya, jika
kita harus mengetahui bagaimana masalah-masalah yang harus diidentifikasi.
Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan identifikasi masalah tersebut
melalui:
1.
Observasi
Langkah awal yang peserta PKN Berbasis PAR lakukan
adalah dengan melakukan observasi secara langsung di lapangan. Observasi ini
bertujuan untuk mengetahui pola kepesantrenan baik Manajemen Kepesantrenan
maupun pola kegiatan santri sehari-hari.
Dari hasil observasi inilah kami mendapatkan beberapa
data tentang kondisi dan problematika Pondok Pesantren ini, serta bagaimana
pola kegiatan santri dalam sehari-harinya, sehingga kesimpulan umum
sementara yang kami dapat adalah meliputi:
a.
Pondok Pesantren Miftahul
memiliki beberapa jenjang Pendidikan diantaranya PAUD, MI, SMP, SMK, MD ULA,
WUSTHO dan ULYA Serta Pondok Pesantren yang mampu menampung para siswa/santri
dan bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar, meskipun masih banyak dikalangan
masyarakat yang masih belum sadar akan pentingnya suatu pendidikan. Namun hal
ini tentunya telah menjadi satu point emas, sehingga tidak salah dengan adanya
Pondok Pesantren ini telah membawa keharuman masyarakat sekitar.
b.
Kurang tertatanya manajemen
pesantren maupun Kelembagaan yang berada dibawah Naungan Pondok Pesantren, ini
menimbulkan kurang baiknya administrasi pesantren dan segala kegiatan yang ada
di Pondok Pesantren, seperti kegiatan ubudiyah, kegiatan Belajar Mengajar dan lain-lain.
c.
Dalam pola kegiatan santri Pondok
Pesantren memiliki integritas yang sangat minim dan kurang semangatnya santri
untuk membaca buku atau kitab. Hal ini dapat dilihat karena terbatasnya
fasilitas Pondok Pesantren, dan kurang termotivasinya dari berbagai elemen baik
dari senioritas maupun dari pihak orang tua
d.
Kepedulian terhadap kebersihan
lingkungan sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kekompakan santri
sehari-hari, dengan adanya penjadwalan piket kebersihan setiap hari (setelah
Asyar) dan Jadwal Piket Mingguan setiap Hari Minggu Pagi.
2.
Wawancara

Dari hasil observasi tersebut kemudian kami lanjutkan
dengan melakukan wawancara langsung bersama Dewan Pengasuh yang
memang penanggung Jawab segala program yang ada untuk mengetahui
persoalan-persoalan yang ada di Pondok Pesantren secara mendetail. Sedangkan
wawancara kami lakukan, baik secara formal ( Langsung Sosialisasi dengan Dewan
Pengasuh ) ataupun non formal (dilakukan ketika kumpul dengan santri sambil
minum kopi dan lain sebagainya). Dari beberapa hasil wawacara tersebut kami
mendapatkan beberapa data tentang beberapa persoalan yang ada di Pondok
Pesantren ini. Secara umum masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut
meliputi:
a.
Kurangnya Kesadaran Akan pentingnya
pendidikan
Santri yang Berada Di Pondok Pesantren An-Nidhamiyah
Ini Masih Sangat minim Akan pentingnya Pendidikan Sehingga Para Santri Lebih
Mementingkan Kesenian-Kesenian Yang Ada. Sehingga tak pernah berfikir Bahwa
Pendidikan Itu Sangatlah Penting untuk Masa Depan yang Akan Di jalani.
b.
Kurang Tertatanya Managemen Pendidikan
Di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Ini untuk Menejemen
pesantren sangatlah Minim. Di karenakan Pengurus Yang Ada Di Pondok Pesantren
Miftahul Ulum Ini Kurang Menyadari Terhadap Job yang di pegang. Penyebabnya
tidak lain Kerena Pengurus Yang Ada Tidak Ada Pelantikan Secara Resmi.
Akibatnya Pengurus tersebut kurang Begitu Paham Terhadap Jobnya. Sehingga tidak
tertatalah menejemen pesantren secara Rapi.
c.
Kurang Termotivasinya Santri Untuk Membaca
Karena sudah tertera di poin Nomor dua ataupun sudah
tidak tertatanya menejemen pesantren. Maka otomatis juga Tidak Ada pengurus
Yang Mengontrol Santri Untuk Membaca ataupun Belajar. Kalau menunggu kemauan
dari santri untuk membaca ataupun belajar, sangatlah sulit tanpa ada pantauan
Dari pengurus Yang Bertugas.
B.
Identifikasi Potensi
Walaupun ada permasalahan yang sering dihadapi oleh
Pondok Pesantren ini dan minimnya Motivasi serta kurang tertatanya
Manajemen Pesantren, Pondok Pesantren ini juga memiliki beberapa
potensi yang dimanfaatkan oleh santri meliputi:
1.
Potensi Kesenian Dan Olahraga
a.
Futsal/Bola
Olahraga
Futsal/Boal ini juga banyak di gemari oleh para santriwan sehingga para santri
untuk Kesenian Futsal ini Latihannya setiap Sore. Dari saking Senengnya dan
karena adanya lapangan/Lahan yang Memadai.
b.
Musik Rebana Al-Banjari
Musik Rebana Al-Banjari
Kesenian
yang Ini Bisa Juga di katakan banyak penggemarnya karena berkenaan dengan
undangan yang selalu menunngu maka, para santri jadi semangat untuk selalu
latihan setiap ba’da Isya’ pada Malam Selasa. Dan untuk ini Pengasuh juga
sangat merespon positif dengan Kegiatan ini karena bisa selalu di iringi dengan
shalawat yang indah.
2.
Potensi Pendidikan
a.
Paud
b.
RA
c.
MI
d.
SMP
e.
SMK
f.
MD Ula, Wustho dan Ulya
Dari beberapa potensi di atas, dapat dilakukan analisa
jika potensi tersebut bisa dimanfaatkan secara maksimal dan didukung oleh skill
manajerial yang bagus dari pihak Pondok Pesantren dan tidak menutup kemungkinan
problematika Pondok Pesantren bisa di atasi dengan cepat.
C.
Identifikasi Kendala
1.
Kendala
Kesenian dan Olahraga
a.
Dari kegiatan Futsal yang menjadi
kendala pada santri yaitu kurang baiknya fasilitas lapangan.
b.
Dari Musik Rebana yang menjadi
salah satu kendala pada potensi santri yaitu dengan kurang lengkapnya alat-alat
yang biasa digunakan untuk Musik Rebana.
2.
Kendala Lembaga Pendidikan
a.
Pada Pendidika Anak Usia Dini
(PAUD) ini yang sangat menjadi penghambat pada perubahan yang signifikan adalah
dengan kurangnya lokal yang bisa memadai untuk anak usia dini, karena Lokan
yang dipakai sat ini masih tergabung satu Lokal dengan Jenjang Pendidikan RA.
3.
Pada Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah
(MI) ini adalah masih minimnya tenaga pendidik dan kependidikan yang lulus
Strata Satu, sehingga ada kalanya masih kesulitan untuk memecahkan masalah yang
timbul dari peserta didik.
4.
Pada pendidikan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) ini yang menjadi suatu kendala pada potensi yang ada didalamnya
adalah masih banyaknya tenaga pendidik yang tidak sesuai dengan frofesi yang
diampuh atau tidak linier.
5.
Dari Pendidikan Menengah Kejuruan
(SMK) yang menjadi salah satu kendala pada potensi yang ada adalah kurangnya
sarana pendukung terhadap jurusan yang ada di SMK, kurang liniernya tenaga
pendidik dan kependikan yang diampuh pada mata pelajaran sehingga masih banyak
yang merasa kesulitan dalam menghadapi masalah-masalah yang ada di mata
pelajaran masing-masing, dan kurangnya pemantapan terlebih dahulu terhadap
materi yang akan disampaikan kepada peserta didik, sehingga banyak sekali
peserta didik yang merasa sulit untuk menanggapi materi yang disampaikan dengan
cerna.
Dari semua
kendala-kendala yang terjadi dalam setiap tahapan diatas yang terpenting dalam
masalah ini yaitu; masalah berkenaan dengan Pembiayaan atau keuangan yang
sangat Minim sehingga pengadaan sarana dan Prasarana Santir ataupun Masalah
perlengkapan Sarana Kelembagaan sangat terhambat, dan juga berpengaruh dengan daya
belajar siswa/siswi.
3. Kendala Sarana dan Prasarana
Sarana dan
prasarana merupakan hal yang urgen bagi dalam suatu pendidikan tidak terpenuhi,
sarpras merupakan salah satu penunjang dalam suskesnya pendidikan baik formal
maupun Nonformal. Yang terjadi pada PP. Miftahul Ulum ini sangat terbatasnya
sarana perlengkapan belajar santri/siswa. Dikarenakan pembiayaan yang kurang
memadai.
4. Kendala Internal (Dari Anggota PKN)
a.
Menejemen waktu tiap-tiap anggota PKN yang berbeda
b.
Minimya skill mahasiswa dalam melakuakan sosialisai, baik dengan siswa atau
guru.
c.
Sebagian mahasiswa belum maksimal
memahami konsep Participatory, Action dan
Research (PAR).
d.
Masih tingginya sifat egoisme antar
anggota
5. Kendala Eksternal (Dari Pondok Pesantren atau
Lembaga Pendidikan)
a.
Terpenting Minimnya Pendanaan
karena tidak adanya atau sangat sedikitnya pengembangan usaha.
b.
Beberapa Pengurus Pesantren atau
Lembaga belum memahami metode yang digunakan oleh anggota PKN
c.
Minimnya komunikasi dari guru
walaupun sudah didatangi ke kantor dalam artian “harus membuka bicara terus.”
e.
Kurang adanya keberanian untuk
mengungkapkan suatu permasalahan
f.
Paradigma Pengurus Pondok ataupun
lembaga cendrung menginginkan sesuatu yang instan, sehinggasulit untuk di
ajakmelakuakan proses perubahan yang membutuhkan waktu dan kemampuan yang
maksimal
g.
Ada salah satu guru yang sulit untuk
diajak komunikasi
6. Kendala Lain-lain
a.
Masih kurangnya kesadaran dan tidak
adanya kekompakan masyarakat disekitar Pondok Pesantren.
b.
Waktu PKN yang singkat membuat
kegiatan ini kurang maksimal
c.
Kerjasama antara PKN dengan sebagian Pengurus yang
mempunyai sifat egois sangat minim.
BAB
V
REALISASI
DAN EVALUASI PROGRAM
A.
Perencanaan
Beberapa rencana program yang telah disusun bersama
Peserta PKN dan Pengasuh serta Dewan Pengasuh ada sekitar Delapan program yang
menjadi skala prioritas yang akan dilaksanakan, ada bermacam-macam kategori
program yang direncanakan bersama Pengasuh, Dewan Pengasuh dan peserta PKN yang
memiliki kaitan terhadap permasalahan-permasalahan dan
menjadikan program tersebut sebagai suatu solusi
adapun program yang Delapan tersebut adalah:
1.
Manajemen Pesantren dan Lembaga.
2.
cara cepat membaca kitab kuning
3.
Tartilul Qur’an
4.
Bela Diri (Pasopati)
5.
Kaligrafi
6.
Musik Rebana (Hadrah Al Banjari)
7.
Pembuatan Tempat Sampah Pondok, Papan Nama Pondok, Bank Data,
Struktur, Pembuatan Pagar Pasarean , Pembuatan denah Arah Pondok, pembuatan
Aksara tentang Kebersihan.
8.
Lomba Menggali Potensi Santri/Siswa Sekaligus Pengajian Umum.
B.
Pelaksanaan
1.
Managemen
Pesantren dan Lembaga
Kata manajemen pesantren berasal dari bahasa yaitu management yang
dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola.
sedangkan secara Termenologis menurut Davis (1976,hal.2) yang di kutip oleh
mede pidarta terbagi kepada manajemen sebagai peranan dan manajemen sebagai
tugas, hal ini memberi jalan untuk membedakan kedua istilah itu. Menejemen
sebagai tugas ialah melaksanakan Fungsi-Fungsi menejemen, sementara itu salah
satu menejemen sebagai peranan di sebutkanperan administrasi Eksekutif.
Peserta PKN Ke XXIII Berbasis PAR IAI Al-Kahairat Pamekasan kelompok X
Telah Mengangkat Program Manajemen Pesantren atau Lembaga, program ini adalah
program Unggulan kami yang mana program ini kami menemukan dari hasil observasi
di Pondok Pesantren Miftahul Ulum dan juga merupakan permintaan khusus dari
dewan pengasuh ingin membenahi dan melengkapi Administrasi pesantren maupun
Lembaga, dengan adanya prgram ini pihak Pondok Pesantren sangat berapresiasi
terhadap apa yang dilaksanan oleh peserta PKN karena memang sudah sepantasnya
Pondok Pesantren yang sudah agak lama berdiri memiliki manajeman yang jelas.
2.
Cara Cepat
Baca Kitab Kuning
Sejak tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab-kitab klasik diberikan sebagai
upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren yaitu mendidik calon-calon ulama’
yang setia terhadap paham Islam tradisional. Karena itu kitab-kitab Islam
klasik merupakan bagian integral dari nilai dan paham pesantren yang tidak
dapat dipisah-pisahkan.
Penyebutan kitab-kitab Islam klasik di dunia pesantren lebih populer dengan
sebutan “kitab kuning”, tetapi asal usul istilah ini belum diketahui secara
pasti. Mungkin penyebutan istilah tersebut guna membatasi dengan tahun karangan
atau disebabkan warna kertas dari kitab tersebut berwarna kuning, tetapi
argumentasi ini kurang tepat sebab pada saat ini kitab-kitab Islam klasik sudah
banyak dicetak dengan kertas putih.
Kitab-kitab Islam klasik adalah kepustakaan dan pegangan para Kyai di
pesantren. Keberadaannya tidaklah dapat dipisahkan dengan Kyai di pesantren.
Kitab-kitab Islam klasik merupakan modifikasi nilai-nilai ajaran Islam,
sedangkan Kyai merupakan personifikasi dari nilai-nilai itu. Di sisi lain
keharusan Kyai di samping tumbuh disebabkan kekuatan-kekuatan mistik yang juga
karena kemampuannya menguasai kitab-kitab Islam klasik.
Dengan demikian, pengajaran kitab-kitab Islam klasik merupakan hal utama di
pesantren guna mencetak alumnus yang menguasai pengetahuan tentang Islam bahkan
diharapkan di antaranya dapat menjadi Kyai.
Maka dari itu Kmi selaku Peserta PKN Kelompok X mengadakan program yang
Sehubungan dengan salah satu hasil dari wawancara dengan Dewan Pengasuh, yang
mengatakan bahwa santri yang ada di Pondok ini masih minim sekali pemahamannya
terhadap membaca kitab kuning, maka
Dalam program ini kami menghidupkan program Baca kitab yang asalnya ini
memang keinginan dewan pengasuh namun belum terealisasi, untuk itu kami berinisiatif
untuk melaksanaknnya dan program ini diberi nama “NUBDAH” Adapun kegiatan ini dilaksanakan mulai
tanggal 01 Agusus 2018 setiap Malam saat Jam Belajar.
3.
Tartilul
Qur’an
Al-qur’an merupakan ilmu yang wajib dipelajari dan
sangat dibutuhkan dalam kehidupan menuju hidup yang sempurna. Salah satu
termasuk keahlian dan kewajiban seorang santri paham dalam membaca al-Qur’an
dengan baik dan sempurna, karena sangat miris sekali apabila alumni pondok
pesantren lemah dalam membaca Al-Qur’an.
Untuk itu kami dalam sosialisasi perumusan program PKN dengan dewan
pengasuh untuk mengadakan program Baca Al-Qur’an meliputi; pemahaman
Maharijul Khuruf, Lagu-lagu tartil dan Ilmu Tajwid yang dilaksanakan setiap
selesai shalat Magrib dan dilanjutkan setelah Isya’ saat Jam Belajar sebagai
salah satu Program Peserta PKN.
4.
Bela Diri
(Pasopati)

Menteri Agama, Suryadharma Ali mengatakan pencak silat
akan menjadi bagian dari pembelajaran wajib di madrasah dan Pondok Pesantren
seluruh Indonesia dalam satu tahun ke depan. Pasalnya, saat ini pencak silat
yang merupakan unsur bela diri tradisional bangsa tidak banyak dipelajari anak
muda Indonesia dan lebih memilih seni bela diri dari luar negeri.
“Dalam tradisi yang berkembang, pencak silat bukan hanya mengajarkan seni
dan beladiri saja, namun juga penguatan akhlak anak didik,” ujarnya dalam acara
peluncuran pencak silat sebagai pembelajaran di madrasah dan Pondok Pesantren
di Serang Banten, Sabtu (21/9/2013).
Ia mengemukakan dahulu santri yang ingin belajar pencak silat memiliki
persyaratan agama yang ketat. Mereka dilarang keras melakukan kegiatan maksiat
atau hal-hal yang dilarang agama, termasuk dilarang berlaku sombong. Ini
menunjukkan pendidikan akhlak bagi setiap para pesilat. Karenanya, lanjut
Menag, silat memiliki pendidikan akhlak yang tinggi, yang tidak ada diajarkan
pada setiap beladiri dan olahraga lain saat ini.
“Disinilah pentingnya madrasah dan pesantren sebagai Pondok Pesantren pendidikan agama, menguatkan kembali pembelajaran silat,” ujarnya.
“Disinilah pentingnya madrasah dan pesantren sebagai Pondok Pesantren pendidikan agama, menguatkan kembali pembelajaran silat,” ujarnya.
Saat ini, lanjut dia, baru madrasah dan pesantren di Banten saja yang sudah
diwajibkan pembelajaran silat. Namun, satu tahun ke depan pihaknya menargetkan
seluruh madrasah dan pesantren sudah menjadikan silat sebagai pembelajaran
wajib Selanjutnya berhubungan dengan santri yang mayoritas hobbi terhadap
kesenian, maka kami juga mengadakan kegiatan yang sifatnya Kesenian yakni
dengan mengadakan Bela Diri, Bela Diri yang diajarkan ini adalah salah satu
aliran Pagar Nusa yang diberi nama Pasopati. Dengan pengajuan angket untuk
kemudian diceklist kepada santri yang berminat ternyata kegiatan ini banyak peminatnya,
sehingga kegiatan digelar bersamaan dengan Program Kutubiyah diatas, Namun
hanya saja kegiatan dilaksanakan tiga kali dalam satu minggu.
5.
Musik Rebana
(Hadrah Al Banjari)
Musik rebana merupakan salah satu dari sekian banyak
seni tradisional yang ada di berbagai daerah Indonesia yang bernafaskan
keislaman. Seni rebana mengandung nilai-nilai religius, etika, dan norma ajaran
yang diduga dapat menjadi salah satu alternatif untuk membantu mengatasi krisis
moral bangsa Indonesia dewasa ini. Seni rebana tidak hanya dilestarikan oleh
komunitas pendukungnya di pesantren, melainkan juga telah dikembangkan menjadi
seni komersial yang mampu memberikan kontribusi bagi kelangsungan hidup
pendukungnya, baik secara sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Dengan
kemanfaatan tersebut, maka sangatlah krusial musik rebana dipertimbangkan untuk
menjadi salah satu materi pembelajarn seni di sekolah umum.
Untuk mengoptimalkan fungsi musik rebana dalam dunia pendidikan, diperlukan
pemahaman yang menyeluruh. Sekurang-kurangnya mencakup pemahaman terhadap
makna-makna simbolik pada musik rebana, refleksi nilai-nilai dari musikalitas,
dan perumusan metode pengajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan
bagi peserta didik. Program Rebana ini Memang sudah ada dan terlaksana di PP.
Miftahul Ulum dan dari peserta PKN hanya memberikan pembinaan lebih lanjut dan
pembenahan dalam kegiatan Al-Banjari ,Adapun kegiatan ini dilaksanakan 2 kali
dalam satu minggu setiap malam Selasa dan Jum’at.
6.
Pembuatan Tempat
Sampah, Papan Nama Pondok Pesantren, Bank Data,Struktur, Pembuatan Pagar
Pasarean , Pembuatan denah Arah Pondok, pembuatan Aksara tentang Kebersihan.
Program ini adalah program yang sifatnya hanya ingin melengkapi sebagian
Inventaris yang sangat dibutuhkan oleh orang banyak, baik itu inventaris pondok
maupun inventaris Mushalla Maupun Kelas.

Salah satu kegiatan yang kami laksanakan dalam
melengkapi inventarisasi Pondok Pesantren, yaitu dengan membuat Tempat sampah
untuk halaman pondok putra. Ada lagi yang menjadi program kami yaitu kami
membuat Papan nama Pondok Pesantren dengan tujuan salah satunya adalah untuk
memberitahukan kepada semua orang bahwa di desa Bicorong bertempat di dusun
Padukoan ini ada Pondok Pesantren yang bernama Miftahul Ulum. Oleh karena itu,
papan nama tersebut kami sengaja diletakkan di pinggir jalan raya.
Selanjutnya selain dari itu, kami membuat Aksara Tentang Kedisiplinan dan
kebersiha serta Kesopanan dengan dilakukan diposko kami, hal ini merupakan
salah satu kegiatan tambahan yang merujuk pada kebutuhan Pondok Pesantren serta
sebagai Peringatan Pada semua santri pada khususnya.
Dan selanjutnya pembuatan tempat Sampah dan Sapu Lidi
sebagai perlengkapan dan sarana kebersihan lingkungan PP. Miftahul Ulum agar
tercipta lingkungan yang bersih dan Indah.
Dan juga pembuatan pagar Pasarean (Makam) Umum
Masayrakat Padukoan agar masayarakat dapat membedakan mana pemakaman keluarga
PP. Miftahul Ulum dan masayrakat sekitanya.
C.
Evaluasi Program
Dari program yang telah dilaksanakan tersebut, anggota PKN kelompok X melakukan evaluasi dari berbagi eleman
terkait program yang telah dilaksanakan mulai dari Kepengurusan Pesantren
Maupun Lembaga, santri/ siswa, guru, kepala sekolah. Ternyata program yang kami
laksanakan membuahkan hasil diantaranya mulai adanya sifat kesadaran akan
lingkungan bersih, kesopanan, kedisiplinan dalam diri Santri Khususnya,
Pengelola/pengurus pendidikanguru, ini ditandai dengan Kebersihan Lingkungan,
meningkatnya kesopanan santri dan bagi guru sedikit menyadari akan tanggung
jawabnya serta nilai kepribadian guru
sebagai pendidik sudah mulai muncul. Bagi pengurus/.pengelola Pendidikan baik
pesantren maupun Lembaga mulai bermunculan dengan dimulai dari perlengkapan administrasi
kelembagaan serta administrasi pesantren.
Akan tetapi
ketika melakukan evaluasi pada siswa, ternyata masih ada siswa yang belum
berubah. Yang menjadi tolak ukur kami adalah sikap keseharian siswa ketika
sekolah ataupun tidak yaitu tetap seperti biasa. Evaluasi yang kami
lakukan kurang begitu maksimal, ini disebabkan
waktu yang singkat yaitu hanya satu bulan.
D. Program Pendekatan dengan Pengurus
Pesantren maupun Lembaga
Disamping
beberapa program tersebut, ada beberapa program yang dilakukan oleh anggota PKN
kelompok X sebagai pendekatan dengan Pesantren dan Lembaga Pendidikan ,
adapun program tersebut adalah meliputi:
1. Membersihkan lingkungan, mushalla dan halaman sekolah.
2. Membantu mengajar PAUD, RA, MI, SMP, SMK, MD Ula,
Wustho dan Ulya
3. Membantu mengajar Al-Quran
4. Membuat papan nama Pondok Pesantren
5. Membuat Aksara Tentang Kebersihan, Kedisiplinan serta
Motivasi semangat belajar di berbagai penjuru Pesantren dan Lembaga.
6. Membuat Sarana Kebersihan
7. Membuat Pagar Pasarean (Makam)
E.
Identifikasi Hasil
Dari beberapa program yang dilaksanakan berdasarkan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi Pondok Pesantren Khusunya masalah
santri serta Program, anggota PKN berhasil melakukan identifikasi hasil terkait perubahan perilaku
santri dan pengurus Pendidikan yang mulai membenahi bagian tata usaha yang
dimulai dari pembenahan administrasi. Hal ini bisa dilihat kedisiplinan dan
kesadaran yang mulai tumbuh dari santri maupun pengurus/pengelola Pendidikan
Tetapi masih ada juga di setiap tingkatan belum ada perubahan yang signifikan
dan seperti biasa sering tidak ada guru yang masuk, alasannya karena masih ada
anggota PKN yang bisa menggantikannya. Padahal itu merupakan kewajiban yang
tidak boleh ditinggalkan karena ada anggota
PKN. Dan juga dengan adanya peserta PKN pengasuh sangat mengapresiasi
keberadaan kami rekan PKN, karena kata beliau mampu merubah kesadaran santri,
pengurus, serta masyarakat bahwa betapa pentingnya pendidikan itu.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
semua pemaparan di atas, bisa disimpulkan bahwa permaslahan yang dihadapi oleh
Yayasan Al-Muarraf PP. Miftahul
Ulum (berdasarkan skala prioritas) adalah yang terpenting masalah minimnya pendanaan untuk berbagai pembenahan
Sarana dan Prasarana, kurang tertatanya manajemen kelembagaan khusunya,
apatisme yang masih tinggi, standar pendidikan yang masih belum mempuni, dan
kurangnya kesadaran pengelola pendidikan tentang fungsi dan tanggung jawabnya.
Selain itu masih ada beberapa permasalahan yang sudah kami identifikasi namun
tidak sempat kami laksanakan, karena minimnya waktu dan keterbatasan kemampuan
kami.
Adapun yang sudah
kami identifikasi namun belum sempat kami pecahkan tentang penglolaan koperasi
pesantren. Karena hasil pantauan kami
masih banyak yang perlu benahi dari koperasi pesantren terutama di sektor
pengelolaan serta miknisme dalam dunia koperasi.
Dari semua yang
para peserta PKN
PAR Kelompok X telah
lakukan ditempat pengabdian, PP. Miftahul Ulum, mulai
dari proses perkenalan,
penelitian hingga aksi yang dilakukan,
bahwa proses penerapan
PAR itu akan
sangat membantu apabila mendapat dukungan
penuh dari berbagai
pihak. Karena partisipasi
dari semua pihak, khususnya pengurus lembaga dan semua peserta
PKN adalah poin terpenting yang harus sangat
diperhatikan dalam melakukan
aksi dari penelitian.
Selain itu kekompakan
dari semua peserta juga sangat menentukan keberhasilannya. kemudian agar kemanfaatannya bisa terus-menerus dirasakan oleh banyak pihak khususnya para pengurus/ pengelola pendidikan yang diteliti, pihak Pondok Pesatren khususnya pengasuh dan dewan pengasuh yang memiliki peran penting di Pondok Pesantren tersebut harus diikutkan sepenuhnya. Karena walau bagaimanapun merekalah yang berwenang terhadap program yang dibentuk oleh peserta PKN. Kalaupun peserta
PKN semangat, tapi ketika peserta PKN keluar dari pihak lembaga tidak ada tindak lanjut yang serius, maka apa yang telah direncakan tentunya tidak cukup berpengaruh baik.
dari semua peserta juga sangat menentukan keberhasilannya. kemudian agar kemanfaatannya bisa terus-menerus dirasakan oleh banyak pihak khususnya para pengurus/ pengelola pendidikan yang diteliti, pihak Pondok Pesatren khususnya pengasuh dan dewan pengasuh yang memiliki peran penting di Pondok Pesantren tersebut harus diikutkan sepenuhnya. Karena walau bagaimanapun merekalah yang berwenang terhadap program yang dibentuk oleh peserta PKN. Kalaupun peserta
PKN semangat, tapi ketika peserta PKN keluar dari pihak lembaga tidak ada tindak lanjut yang serius, maka apa yang telah direncakan tentunya tidak cukup berpengaruh baik.
B.
Rekomendasi
1.
Kepada Panitia
PKN
a.
Panitia PKN
harus memberikan pembinaan
secara intensif kepada
semua peserta PKN yang
akan melakukan pengabdian, karena
ternyata apa yang ada di tempat PKN banyak tidak ada pelajarannya di kampus
secara akademik.
b.
Penjelasan
tentang konsep PAR
terhadap peserta PKN
harus dilakukan jauh- jauh
harus sebelum keberangkatan, agar
mereka bisa belajar
lebih banyak sebelum terjun ke lapangan.
c.
Pembinaan dan
pengawasan terhadap peserta PKN di tempatnya oleh DPL dan LP3M juga harus dilakukan secara intensif,
sehingga semua anggota kelompok tidak lalai dan benar-benar terarah dalam
melakukan aksi.
d.
Tranparansi dana PKN yang sudah di
keluarkan oleh mahasiswa.
2. Kepada Pihak Pondok Pesantren
a.
Semua program yang dibentuk diharap untuk selalu diawasi
dan ditindak lanjuti serta tidak dibiarkan lenyap begitu
saja meskipun peserta
PKN telah meninggalkan tempat.
3.
Kepada Pihak Lembaga Pendidikan Islam
b.
Menertibkan manajemen lembaga.
c.
Meningkatkan kualitas tenaga pendidik.
d.
Membenahi sarana dan prasarana
4.
Kepada Guru dan Pengelola Pendidikan
a.
Lebih meningkatkan kedisiplinan.
b.
Meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab
c.
Peningkatan Pengelolaan menuju lebuh baik
5.
Kepada Santri/Siswa
a.
Taatilah peraturan yang ada di Pondok Pesantren maupun lembaga.
b.
Belajarlah dengan giat karena masa depan ada di tangan kalian.
c.
Belajarlah disiplin waktu sejak dini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar